Oleh Hamidulloh Ibda
Tahun 2017, saya menulis buku Sing Penting NUlis Terus Panduan Praktis Menulis Artikeldan Esai di Koran (Formaci, 2017). Di dalamnya, terdapat judul yang hampir sama dengan subjudul di tulisan ini, yaitu seputar mencari ide di water closet (WC), toilet, kamar mandi, kamar kecil, jedhing, atau sebutan lain. Memang terbukti. Sejak tahun 2008, saya sering mendapatkan ide ketika di WC. Agak lama. Tidak sekadar saat mencari ide untuk menulis artikel ringan, esai, opini, namun dalam menulis agak berat seperti artikel ilmiah untuk publikasi di jurnal terindeks Scopus pun ternyata juga sama.
WC menjadi satunya-satunya tempat bagi saya mendapatkan ide cemerlang untuk menulis artikel terindeks Scopus. Jika tidak percaya, buktikan sendiri. Kalau tidak mendapatkan ide, paling tidak Anda mendapatkan bau alam yang pesing, pusing, dan pening dengan penuh kejujuran.
Dalam dunia akademik, menulis artikel yang diterbitkan di jurnal yang terindeks oleh Scopus adalah pencapaian prestisius bagi para peneliti di berbagai bidang ilmu. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa menemukan ide cemerlang untuk artikel yang akan ditulis bisa menjadi tantangan tersendiri. Berbagai cara telah dicoba oleh para peneliti untuk memancing inspirasi, dan satu tempat yang jarang terpikirkan adalah kamar mandi. Meskipun terdengar tidak konvensional, namun kamar mandi telah terbukti menjadi tempat yang sangat produktif untuk menghasilkan ide-ide segar dan kreatif.
Apakah WC Efektif?
Untuk mencari ide cemerlang dalam menulis artikel Scopus, serta strategi untuk mengoptimalkan waktu di sana memang tidak perlu baca tulisan ini. Sebab, ini hanya pengalaman pribadi, tidak bisa digeneralisasi. Tapi setidaknya, pengalaman saya ini menjadi tambahan informasi dan tambahan inspirasi, kalau bisa sih.
Pertanyaannya, mengapa WC? Ya, jelas ada beberapa alasan. Pertama, privasi, kesendirian, kesunyian, dan jauh dari hiruk pikuk urusan dunia. Kamar mandi atau WC menjadi salah satu tempat di rumah yang menyediakan privasi penuh. Tidak ada gangguan dari dunia luar, sehingga pikiran memiliki ruang yang tenang untuk merenung dan berpikir tanpa gangguan.
Kedua, saya bisa mendapatkan ide, mengingat, membayangkan ide / gagasan dengan penuh ketenangan daripada saat diskusi, seminar, atau baca buku. Ini aneh. Ya, baca buku tentu dapat ide, tapi merumuskan ide, dan meluapkannya ke dalam ide cemerlang dalam bentuk sebuah inovasi, kreasi, novelty, tentu lebih efektif di WC. Ini saya lo ya.
Ketiga, fokus pada ide-ide sederhana namun membahana. Aktivitas rutin seperti mandi atau membersihkan diri tidak membutuhkan pemikiran yang terlalu dalam. Otak kita dapat beralih ke mode default dan mulai mengembara ke ide-ide yang belum terpikirkan. Ditambah lagi ketika buang hajat. Ini momentum untuk menuangkan ide-ide terserak seharian yang belum menjadi sebuah gagasan utuh.
Keempat, pengalaman sensorik. Aktivitas seperti mandi menjadi pengalaman sensorik yang kaya. Air yang mengalir, aroma sabun, dan sentuhan air pada kulit dapat merangsang indera dan merangsang otak untuk menghasilkan ide-ide baru.
Kelima, pemecahan masalah subliminal. Bagi saya, terkadang, ketika kita fokus pada tugas yang sederhana seperti mandi, otak kita bekerja di latar belakang untuk memecahkan masalah yang rumit. Kamar mandi memberikan kesempatan bagi otak untuk melakukan pemrosesan subliminal yang sering kali menghasilkan ide-ide brilian.
Keenam, terlalu asyik di WC, kadang menjadikan istri saya marah. Namun sejak dulu sudah saya pesan, jika saya lagi di WC, jangan diganggu. Karena ini ritual sakral yang sejak dulu selalu menghasilkan tulisan-tulisan besar. Terbukti, sejak 2008-sekarang, saya menulis ribuan opini/esai di media massa, puluhan artikel ilmiah dan buku. Ini riil. Bukan teori.
Strategi Mencari Ide di WC
Nah, secara teknis, sebenarnya saya ingin berbagi hal-hal teknis yang saya lakukan. Pertama, gunakan catatan dinding. Tempelkan catatan atau papan tulis di dalam kamar mandi. Saat ide datang, Anda dapat langsung mencatatnya. Ini memungkinkan Anda untuk menangkap ide-ide yang muncul secara spontan tanpa harus mengandalkan ingatan. Ini dulu. Kalau sekarang ya jelas Anda bisa bawa gawai, tapi ingat jangan sampai kecemplung bak mandi.
Kedua, dengarkan musik, webinar, kuliah umum, seminar atau podcast. Mendengarkan musik yang menenangkan atau podcast, seminar, webinar yang inspiratif saat mandi dapat merangsang pikiran Anda dan membantu Anda mencari ide-ide baru.
Ketiga, membaca artikel, berita, dan lainnya sesuai kesukaan dan yang akan ditulis. Ini penting untuk menambah wawasan. Bisa jadi, ini bisa jadi lo ya, saat di WC, Anda membaca artikel itu lansung masuk ke pikiran, daripada niat serius membaca artikel di luar WC.
Keempat, berpikir di luar kotak. WC sering kali adalah tempat yang tepat untuk berpikir di luar kotak. Beranikan diri untuk mempertanyakan asumsi-asumsi yang sudah ada dan cari solusi alternatif yang kreatif.
Kelima, gunakan teknologi seperti gawai, dan yang lain sesuai yang Anda punya lah. Jika Anda memiliki ide cemerlang saat di kamar mandi dan tidak punya pena dan kertas, manfaatkan teknologi. Gunakan fitur voice memo di ponsel pintar Anda atau kirim email kepada diri sendiri untuk mencatat ide tersebut. Perlu juga mencatat ide-ide itu di memo, pesan, nanti ketika sudah banyak, dikirim ke WA dan disalin di Microsoft Word. Nah, jadi deh tulisan.
WC, toilet, atau kamar mandi mungkin bukan tempat yang konvensional untuk mencari ide cemerlang, tetapi telah terbukti efektif bagi banyak penulis dan peneliti termasuk saya sendiri. Dengan suasana yang tenang, fokus yang tidak terpecah, dan stimulasi sensorik yang kaya, kamar mandi bisa menjadi tempat yang produktif untuk memunculkan ide-ide segar yang dapat memperkaya artikel yang Anda tulis.
Jadi, jangan ragu untuk memanfaatkan waktu mandi Anda untuk merenungkan ide-ide brilian yang dapat mengangkat kualitas artikel Anda ke tingkat berikutnya. Tidak percaya, Tidak percaya, yo buktikno dewe lah!
La, mosok aku kon ngeter ning WC?
-Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., dosen dan Wakil Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung, reviewer pada 18 Jurnal Internasional Terindeks Scopus, reviewer pada 9 jurnal internasional, editor dan reviewer pada 25 jurnal nasional.
0 komentar:
Post a Comment