Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Wednesday 15 September 2021

Review Buku Critique of Pure Reason Karya Immanuel Kant

Oleh Hamidulloh Ibda

Pertama kali mendapat tugas mereview, meresensi, atau menimbang buku Critique of Pure Reason atau Kritik atas Nalar Murni karya Immanuel Kant dari Prof. Dr. Marsigit, MA., memang begitu berat. Buku ini menjadi karya Immanuel Kant yang dinilai sebagai salah satu yang paling monumental bahkan dinilai sangat berpengaruh di sejarah kefilsafatan maupun filsafat itu sendiri. Buku ini juga dinilai menandai titik awal kelahiran filsafat modern. Buku ini ditulis sebagai akumulasi catatan-catatan singkat yang dikumpulkan dan dicetak sebagai cetakan pertama pada 1781 yang kemudian dicetak beberapa kali.

Dari beberapa artikel yang membedah buku Kant ini, ditemukan bahwa Kant telah menyelesaikan beberapa problem. Pertama, problem antara rasio, sains, dan skeptisisme. Kedua,  moral yang kontradiktif antara tuntutan individu atau kesadaran eksistensial/motif kewajiban dan kesadaran sosial atau motif kecenderungan. Dengan mempercayakan diri pada moral dasar, sebab jika semua individu dalam suatu komunitas semua sudah baik, maka menjadi baik semua. Ketiga, Kant telah membuat manusia menjadi kreatif, kritis dan dinamis dengan memposisikan penghargaan yang begitu besar pada rasio manusia dalam menjalankan aktivitas di dunia ini. Sebaliknya, Kant tidak menggantungkan diri pada realitas alam yang mempengaruhi dirinya. Oleh karenanya, Kant menolak moralitas heteronom; moralitas yang tidak berpijak pada ukuran diri pengambil kebijakan atau maksim, melainkan pada pertimbangan_pertimbangan lain seperti kebahagiaan dan kegunaan. Untuk lebih jelasnya perlu kita telaah buku ini sesuai dengan hasil bacaan.


B.SEKILAS TENTANG IMMANUEL KANT

Immanuel Kant (1724-1804) lahir di Konisberg, sebuah  kota kecil di Prussia Timur. Ia  berasal dari keluarga Protestan yang saleh. Sejak tahun  1740, Kant mengkaji filsafat, matematika, dan teologi di  Konisberg. Karena faktor  ekonomis sejak tahun 1747-1755,  Kant mulai terdorong menjadi guru pribadi. Setelah itu, Kant diangkat menjadi dosen di  Universitas dan pada tahun 1770 diangkat menjadi guru besar logika  dan metafisika di Konisberg.  Sedang Kant meninggal pada  tahun 1804, tapi sebelum  meninggal dunia, Kant sudah agak  lama berhenti menjadi dosen  karena usianya yang sudah lanjut.

Kemudian kehidupan  Kant sebagai filsuf dibagi menjadi dua periode. Pertama, zaman pra_kritis yang dilalui dengan menganut pendirian rasionalistis yang dilancarkan Wolff. Kedua,  zaman kritis adalah keadaan di mana Kant berangsur-angsur meninggalkan rasionalisme karena  dipengaruhi oleh David Hume. Kant pada zaman kedua ini memulai menguba wajah filsafat secara radikal. Kant sendiri menamakan filsafatnya dengan kritisisme sebagai lawan dogmatisme.

Karya-karya Kant adalah Critique of Pure Reason banyak membicarakan tentang akal manusia dan batasannya. Kemudian dilanjutkan karya lainnya seperti Prolegomena of the Metaphysik of Moral, Goundwork of the Metaphysik of Morals (1783), Critique of Practical Reason (1788), Critique of Jugdment (1790), Religion within the Limits of Reason Alone (1793), Metaphysic of Morals (1997), dan lainnya.


C.REVIEW BUKU CRITIQUE OF PURE REASON

Sekilas jika membaca buku ini, pembaca akan menemukan berbagai temuan. Dimulai dari bingung, pusing, atau hanya berhalusinasi. Memang benar adanya, dari beberapa review atau kajian yang sudah dilakukan banyak akademisi, buku Kant: Kritik atas Akal Budi Murni (Critique of Pure Reason) sangat sulit dan membingungkan, sehingga para pembaca pertama buku itu salah paham. Termasuk saya juga tidak paham buku ini, bahkan harus membaca sampai 50 kali tetap belum paham sepenuhnya buku ini.  Wajar kemudian buku ini unik, dan menantang, dan bisa bila tidak sanggup putus asa dan menyerah.

Maka antara 1 buku, tapi dua buku Kant: Kritik atas Akal Budi Murni (Critique of Pure Reason), ada buku sebelum revisi dan ada setelah revisi. Kant membuat revisi bukunya (dan menyatukan edisi asli dan edisi revisi sekaligus), dan kemudian ia juga menulis buku lain yang meringkaskan buku tersebut, berjudul Prolegomena untuk setiap Metafisika di Masa Depan yang mampu menyebut dirinya sebagai Ilmu.

Deskripsi

Buku karya Kant ini merupakan cetakan tebal sebanyak 785 halaman, dengan rincian sebagai berikut:

General editors' preface halaman vii

Acknowledgments halaman xi

Introduction, Paul Guyer (dari Universitas Pennsylvania), dan kedua Allen W. Wood (dari Universitas Yale) berada pada halaman 1

Note on translation halaman 73

Bibliography halaman 77

Isi Buku utama Immanuel Kant "Critique of Pure Reason" (Kritik der reinen Vernunft),  atau diterjemah menjadi (Kritik atas Akal Budi Murni) atau (KABM) terdapat pada halaman 81 sampai halaman 704. 

Editorial Notes  halaman 705

Glossary halaman 757

Index  buku ada pada halaman 775


Isi buku ini adalah  Motto (added in the second edition), Dedication (as in the first edition of 1781) atau pengantar edisi pertama 1781, (as in the second edition of 1787,  atau pengantar edisi kedua 1787,  Preface (to the first edition) atau kata pengantar edisi pertama, Preface to the second edition, atau kata pengantar edisi kedua. Dilanjutkan dengan table da nisi edisi pertama. Table of Contents (as in the first edition). Introduction (as in the first edition) atau Pendahulan pada edisi pertama, dengan rincian pembahasan sebagai berikut (I) The idea of transcendental philosophy On the difference between analytic and synthetic judgments, atau (II) Division of transcendental philosophy.  Introduction (as in the second edition)

Buku ini membahas (I)  On the difference between pure and empirical cognition. Atau perbedaan antara pengetahuan murni dengan pengetahuan empirik; (II) We are in possession of certain a priori cognitions, and even the common understanding is not without them. Atau Intelektual manusia dalam keadaan yang tidak filosofis  Dan Dikuasai oleh Kognisi bersifat apriori, (III) Philosophy needs a science that determines the possibility, the principles  and the domain of all a priori cognitions. Atau Filsafat memerlukan Ilmu Pengetahuan  yang menentukan kemungkinan, prinsip tertentu, dan jangkuan pengetahuan manusia secara apriori, (IV) On the difference between analytic and synthetic judgments. Atau Letak perbedaan antara analisis dan pertimbangan sintesis, (V) Synthetic a priori judgments are contained as principles' in all theoretical sciences of reason. 

Atau Pada semua ilmu teoritis tentang akal budi, dan dalam penilaian sintesis apriori memiliki beberapa prinsip, (VI) The general problem  of pure reason. Atau Masalah umum pada akal budi murni, (VII) The idea and the divisions of a special sciences under the name of a critique of pure reason. Atau Idea Pembagian ilmu berdasarkan pada kritik akal budi murni.


D.TEMUAN PEMBACA

Sebagai pembaca atau oran yang mereview buku ini, ada beberapa temuan yang masih perlu didiskusikan dari buku ini. Pertama, Kant bermaksud untuk “membela sains”. Kant menolak keraguan yang terjadi sebelumnya, yaitu keraguan pada sains seperti pendapat skeptisisme David Hume dengan mengatakan bahwa teori ilmu pengetahuan (sains) dapat dibenarkan apabila mempunyai dasar a priori, dan cara memperolehnya melalui rasio murni (pure reason). Rasio di sini berperan aktif dalam mengelola sensasi masuk ke persepsi lalu menjadi konsepsi.

Kedua, Immanuel Kant berusaha menentukan seberapa banyak yang dapat diketahui melalui nalar saja, terpisah dari bukti pengalaman masa lalu. Dia menantang gagasan tentang pengetahuan apriori, atau apa yang kita pikir sudah kita ketahui, dengan alasan bahwa hanya karena sesuatu terjadi dengan cara yang sama sepuluh ribu kali tidak berarti hal itu akan terjadi dengan cara yang sama pada sepuluh ribu kali pertama.

Ketiga, Kant berusaha mendamaikan rasionalisme (yang beranggapan bahwa pengetahuan (pengenalan) dicapai secara apriori, lepas dari pengalaman) dan empirisisme (yang menekankan pada aposteriori). Ini dinilai sebagai usaha besar atau kerja raksasa yang dilakukan Kant. Dalam hal ini Kant berupaya menjelaskan bahwa  pengetahuan manusia merupakan  paduan atau sintesa antara unsu_unsur apriori dengan unsur-unsur  aposteriori. Sedangkan letak  radikalitas Kant dalam filsafatnya  adalah pembalikan pengertian  tentang pengetahuan yang dulu  dianggap bahwa pengetahuan  dengan mengandaikan bahwa si  subyek mengarahkan diri pada  obyek, sedangkan yang betul  menurut Kant adalah obyek yang mengarahkan diri pada si subyek. Dalam hal ini, manusia  mempunyai peran signifikan untuk menangkap dan memahami realitas (obyek pengetahuan) itu sendiri. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa realitas itu adalah yang sudah dipermak dan dikayasa oleh pengertian kita.

Keempat, Kant dalam buku ini mengajak pembaca untuk mengenal proses manusia dalam mencapai ilmu pengetahuan yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) pengenalan taraf inderawi, (2) pengenalan taraf akal budi, (3) pengenalan taraf rasio. Dapat dijelaskan, bahwa (1) pengenalan taraf inderawi, Kant mengatakan bahwa pengenalan adalah sintesis antara unsur apriori dengan unsur aposteriori. Unsur apriori memaikanperanan bentuk dan unsur aposteriori memainkan peranan materi. Menurut Kant, unsur apriori sudah ada pada taraf indrawi. Oleh karena itu, pengenalan selalu ada dua bentuk pengenalan apriori, yaitu ruang dan waktu. Jadi, ruang tidak merupakan ruang kosong, di mana benada-benda diletakkan; ruang pada dirinya sendiri. Selanjutnya waktu tidak merupakan arus tetap, di mana pengindraan-pengindraan bisa ditempatkan. Kedua-duanya merupakan bentuk apriori dari pengenalan indrawi. Karena itu, kedua-duanya berakar pada struktur subyek sendiri.

Selanjut (2) pengenalan taraf akal budi yaitu pengenalan pada taraf akal budi (verstand) yang dibedakan dengan rasio (vernunft). Tugas akal budi adalah menciptakan orde antara data-data indrawi. Dengan kata lain, akal budi adalah yang mengucapkan putusan-putusan. Pengenalan akal budi merupakan sintesis antara bentuk (form) dan materi. Materi adalah data-data indrawi dan betuk adalah aprioriyang terdapat pada akal budi. Bentuk apriori ini oleh Kant disebut kategori yang terbagi menjadi 12 sebagai berikut: Pertama, Kuantitas yang terbagi lagi menjadi tiga; kesadaran kesatuan, kesadaran pluralitas, kesadaran totalitas. Kedua, Kualitas dibagi lagi menjadi tiga bagian; realitas, negasi dan pembatasan. Ketiga, Relasi dibagi menjadi tiga; substansi_aksidensi, sebab-akibat dan komunitas. Keempat, Modalitas yang dibaginya menjadi tiga; kemungkinan dan kemustahilan, eksistensi dan non-eksistensi, keniscayaan dan kontigensi.Salah satu contoh antara substansi dan kausalitas sebagai berikut; kita membentuk putusan bahwa A menyebabkan B, maka sahnya putusan itu tidak mesti langsung dari realitas, melainkan kita harus memikirkan hubungan kausalitas antara A dan B. Dengan penjelasan bahwa ketika kita misalnya melihat sesuatu dengan memakai kaca mata hitam, maka kita akan melihat semua obyek yang kita lihat hitam, tapi hitamnya obyek yang kita lihat, tidak berarti bahwa obyek yang kita lihat itu adalah hitam. Jadi, hitamnya obyek yang kita lihat itu hanyalah bentuk keniscayaan bagi kita sendiri karena kita melihatnya memakai kaca mata hitam. Karena itu, Kant meskipun menegaskan kepastian dan keabsolutan sains, ia tetap menilai bahwa sains masih mempunyai keterbatasan dan kerelativan. Terbatas pada objek empiris, relatif sesuai dengan cara kita melihat dan memahaminya.

Kemudian (3) Pengenalan taraf rasio, Kant mengatakan bahwa tugas rasio adalah menarik kesimpulan dari putusan_putusan. Dengan kata lain, rasio mengadakan argumentasi_argumentasi. Seperti akal budi menggabungkan data-data inderawi dengan mengadakan putusan-putusan, demikian pun rasio menggabungkan putusan_putusan. Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi-argumentasi dengan dipimpin oleh tiga ide, yaitu jiwa, dunia dan Allah. Dengan ide inilah Kant ingin mencapai kesatuan terakhir dalam bidang jiwa, dunia dan Allah. Ketiga ide itu mengatur pengenalan kita, tapi tidak temasuk pengalaman. Karena kategori hanya sampai pada apa yang dapat dialami.


D.PENUTUP

Review di atas membuka banyak hal kepada penulis. Setidaknya, pembaca dapat memahami bahwa konsep kritik atas nalar murni manusia. Dengan pembedaan antara rasio murni dengan rasio praktis, maka Kant pada dasarnya ingin mengatakan bahwa yang mampu menembus pengetahuan noumena seperti obyek keyakinan adalah rasio praktis yang termuat dalam buku keduanya, yaitu The Critique of Practical Reason. Dapat dipahami bahwa Kant adalah termasuk aliran filsafat dualisme, karena telah membedakan antara dunia fenomena dan dunia hakiki meskipun Kant meletakkan fenomena sebagai bagian dari noumena.

Buku ini membuat pembaca harus terus mengulanginya, karena dari paparan di atas tentu akan berbeda lagi ketika pembaca mengulangi membaca lagi. Meski demikian, buku ini tentu menjadi diktat untuk memudahkan mahasiswa S3 Universitas Negeri Yogyakarta untuk belajar Filsafat Pendidikan Sekolah Dasar.


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Review Buku Critique of Pure Reason Karya Immanuel Kant Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda