Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Saturday, 1 February 2025

Makna Qoutes “Ilmu itu Seperti Air” Imam Syafi’i


Hamidullohibda.com
– "Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk." Demikian petuah bijak dari Imam Syafi'i, seorang cendekiawan muslim terkemuka. Analogi yang beliau gunakan sangatlah kuat dan relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Air yang menggenang, tanpa adanya sirkulasi, akan menjadi kotor, berbau, dan tidak layak digunakan. Begitu pula dengan ilmu pengetahuan.

 

"Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk."

 

Imam Syafi'i, seorang ulama besar yang dikenal dengan kedalaman ilmu dan kebijaksanaannya, meninggalkan banyak warisan pemikiran yang relevan sepanjang masa. Salah satu kata bijaknya yang penuh makna adalah: "Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk." Qoute ini mengandung filosofi mendalam tentang hakikat ilmu, pentingnya mengamalkan, serta menjaga dinamika dalam proses belajar.

 

Bayangkan sebuah kolam yang airnya tenang dan tidak pernah diganti. Lama-kelamaan, air di kolam tersebut akan menjadi keruh, kotor, dan berbau. Hal ini tentu saja tidak baik bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.

 

Sekarang, bandingkan dengan sebuah sungai yang airnya selalu mengalir. Air di sungai tersebut selalu bersih dan segar karena terus bergerak dan diperbarui. Hal ini tentu saja sangat baik bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya.

 

Ilmu pengetahuan juga demikian. Jika kita hanya berdiam diri dan tidak mau belajar, maka ilmu yang kita miliki akan menjadi usang dan tidak bermanfaat. Namun, jika kita terus belajar dan mencari tahu hal-hal baru, maka ilmu yang kita miliki akan terus berkembang dan memberikan manfaat bagi banyak orang.

 

Makna Qoute

Secara literal, air adalah elemen yang jernih dan bermanfaat jika terus mengalir. Namun, jika dibiarkan diam dalam satu tempat tanpa pergerakan, air tersebut akan menjadi keruh, bahkan bisa membusuk. Analogi ini menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan harus terus berkembang dan diamalkan agar tetap bermanfaat. Ilmu yang hanya disimpan tanpa dipraktikkan atau dibagikan akan kehilangan maknanya dan bisa menjadi beban, bukan manfaat.

 

Imam Syafi'i ingin menekankan bahwa ilmu bukan sekadar akumulasi pengetahuan di dalam pikiran. Ilmu adalah sesuatu yang harus dihidupkan melalui praktik, diskusi, refleksi, dan berbagi. Dengan demikian, ilmu akan tetap segar, relevan, dan memberikan manfaat yang luas.

 

Satu hal yang dapat kita tangkap dari perumpamaan tersebut adalah bahwa ilmu pengetahuan itu sifatnya dinamis, ia akan terus berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, sebagai manusia yang berakal, kita tidak boleh hanya berpuas diri dengan ilmu yang sudah kita miliki. Kita dituntut untuk terus belajar, mencari tahu, dan mengembangkan ilmu pengetahuan kita.

 

Sama halnya dengan air yang mengalir, ilmu pengetahuan juga harus diamalkan dan dibagikan kepada orang lain. Ilmu yang hanya disimpan untuk diri sendiri, tanpa ada usaha untuk menyebarluaskan, sama saja dengan air yang menggenang. Ia tidak akan memberikan manfaat bagi siapa pun.

 

Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Lantas, bagaimana kita dapat mengimplementasikan nasihat Imam Syafi'i ini dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, mengamalkan ilmu. Ilmu harus diterjemahkan dalam tindakan nyata. Misalnya, seseorang yang memahami konsep kejujuran harus mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar mengetahuinya secara teoritis.

 

Kedua, berbagi pengetahuan. Mengajar atau berbagi ilmu kepada orang lain adalah cara efektif untuk menjaga agar ilmu tetap "mengalir." Diskusi, seminar, atau mentoring adalah bentuk nyata dari proses ini. Jangan pelit untuk berbagi ilmu pengetahuan dengan orang lain. Semakin banyak ilmu yang dibagikan, semakin banyak pula manfaat yang akan kita dapatkan.

 

Ketiga, belajar sepanjang hayat. Ilmu tidak boleh berhenti hanya karena seseorang merasa sudah cukup tahu. Seperti air yang terus mengalir, proses belajar harus berkelanjutan. Membaca buku baru, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, dan membuka diri terhadap pemikiran baru adalah bagian dari implementasi ini. Termasuk, saya dan istri yang kuliah sampai jenjang S3 juga menerapkan prinsip ini. Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang sudah dimiliki. Teruslah belajar dan mencari tahu hal-hal baru, baik melalui pendidikan formal maupun informal.

 

Keempat, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Dunia terus berubah dan berkembang. Oleh karena itu, kita juga harus terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan. Mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari: Ilmu pengetahuan yang kita miliki tidak akan ada artinya jika tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, berusahalah untuk selalu mengamalkan ilmu yang kita miliki.

 

Kelima, bahan refleksi dan evaluasi. Ilmu yang diamalkan juga perlu dievaluasi untuk memastikan relevansinya. Dengan refleksi, seseorang dapat memperbaiki pemahaman dan mengadaptasi ilmu sesuai dengan konteks baru.

 

Nilai-Nilai yang Terkandung

Sejumlah nilai penting saya temukan dalam nasihat di atas. Pertama, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang memberi dampak positif, tidak hanya untuk individu tetapi juga untuk masyarakat. Kedua, ketekunan. Menuntut ilmu dan mengamalkannya memerlukan ketekunan dan semangat yang terus menyala.

 

Ketiga, kerendahan hati. Seseorang yang memahami bahwa ilmu harus terus "mengalir" akan selalu merasa perlu untuk belajar lebih banyak, menghindari sikap merasa paling tahu. Keempat, dinamika dan fleksibilitas. Ilmu bersifat dinamis dan harus disesuaikan dengan perubahan zaman. Ketidakmauan untuk berkembang bisa menyebabkan ilmu menjadi usang.

 

Qoute Imam Syafi'i ini mengajarkan kita bahwa ilmu adalah anugerah yang harus dirawat dan dikembangkan. Seperti air yang jernih karena terus mengalir, ilmu akan tetap hidup dan bermanfaat jika kita terus belajar, mengamalkan, dan berbagi dengan orang lain. Dengan begitu, ilmu tidak hanya menjadi harta pribadi, tetapi juga sumber kebaikan yang mengalir tanpa henti dalam kehidupan manusia.

 

Nasihat Imam Syafi'i tentang ilmu yang seperti air ini sangatlah penting untuk kita renungkan dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan itu sifatnya dinamis dan harus terus dikembangkan. Selain itu, ilmu pengetahuan juga harus diamalkan dan dibagikan kepada orang lain agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

 

Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang makna dari ungkapan Imam Syafi'i. Mari kita jadikan ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

 

Next
This is the most recent post.
Older Post
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Makna Qoutes “Ilmu itu Seperti Air” Imam Syafi’i Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda