Hamidullohibda.com – "Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk." Demikian petuah bijak dari Imam Syafi'i, seorang cendekiawan muslim terkemuka. Analogi yang beliau gunakan sangatlah kuat dan relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Air yang menggenang, tanpa adanya sirkulasi, akan menjadi kotor, berbau, dan tidak layak digunakan. Begitu pula dengan ilmu pengetahuan.
"Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk."
Imam Syafi'i, seorang ulama besar yang dikenal dengan kedalaman ilmu
dan kebijaksanaannya, meninggalkan banyak warisan pemikiran yang relevan
sepanjang masa. Salah satu kata bijaknya yang penuh makna adalah: "Ilmu
itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu
membusuk." Qoute ini mengandung filosofi mendalam tentang hakikat ilmu,
pentingnya mengamalkan, serta menjaga dinamika dalam proses belajar.
Bayangkan sebuah kolam yang airnya tenang dan tidak pernah diganti.
Lama-kelamaan, air di kolam tersebut akan menjadi keruh, kotor, dan berbau. Hal
ini tentu saja tidak baik bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.
Sekarang, bandingkan dengan sebuah sungai yang airnya selalu mengalir.
Air di sungai tersebut selalu bersih dan segar karena terus bergerak dan
diperbarui. Hal ini tentu saja sangat baik bagi kehidupan manusia dan makhluk
lainnya.
Ilmu pengetahuan juga demikian. Jika kita hanya berdiam diri dan tidak
mau belajar, maka ilmu yang kita miliki akan menjadi usang dan tidak
bermanfaat. Namun, jika kita terus belajar dan mencari tahu hal-hal baru, maka
ilmu yang kita miliki akan terus berkembang dan memberikan manfaat bagi banyak
orang.
Makna Qoute
Secara literal, air adalah elemen yang jernih dan bermanfaat jika terus
mengalir. Namun, jika dibiarkan diam dalam satu tempat tanpa pergerakan, air
tersebut akan menjadi keruh, bahkan bisa membusuk. Analogi ini menggambarkan
bahwa ilmu pengetahuan harus terus berkembang dan diamalkan agar tetap
bermanfaat. Ilmu yang hanya disimpan tanpa dipraktikkan atau dibagikan akan
kehilangan maknanya dan bisa menjadi beban, bukan manfaat.
Imam Syafi'i ingin menekankan bahwa ilmu bukan sekadar akumulasi
pengetahuan di dalam pikiran. Ilmu adalah sesuatu yang harus dihidupkan melalui
praktik, diskusi, refleksi, dan berbagi. Dengan demikian, ilmu akan tetap
segar, relevan, dan memberikan manfaat yang luas.
Satu hal yang dapat kita tangkap dari perumpamaan tersebut adalah bahwa
ilmu pengetahuan itu sifatnya dinamis, ia akan terus berkembang dan berubah
seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, sebagai manusia yang berakal, kita
tidak boleh hanya berpuas diri dengan ilmu yang sudah kita miliki. Kita
dituntut untuk terus belajar, mencari tahu, dan mengembangkan ilmu pengetahuan
kita.
Sama halnya dengan air yang mengalir, ilmu pengetahuan juga harus
diamalkan dan dibagikan kepada orang lain. Ilmu yang hanya disimpan untuk diri
sendiri, tanpa ada usaha untuk menyebarluaskan, sama saja dengan air yang
menggenang. Ia tidak akan memberikan manfaat bagi siapa pun.
Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Lantas, bagaimana kita dapat mengimplementasikan nasihat Imam Syafi'i
ini dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, mengamalkan ilmu. Ilmu harus
diterjemahkan dalam tindakan nyata. Misalnya, seseorang yang memahami konsep
kejujuran harus mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar
mengetahuinya secara teoritis.
Kedua, berbagi pengetahuan. Mengajar atau berbagi ilmu kepada orang
lain adalah cara efektif untuk menjaga agar ilmu tetap "mengalir."
Diskusi, seminar, atau mentoring adalah bentuk nyata dari proses ini. Jangan
pelit untuk berbagi ilmu pengetahuan dengan orang lain. Semakin banyak ilmu
yang dibagikan, semakin banyak pula manfaat yang akan kita dapatkan.
Ketiga, belajar sepanjang hayat. Ilmu tidak boleh berhenti hanya karena
seseorang merasa sudah cukup tahu. Seperti air yang terus mengalir, proses
belajar harus berkelanjutan. Membaca buku baru, mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, dan membuka diri terhadap pemikiran baru adalah bagian dari
implementasi ini. Termasuk, saya dan istri yang kuliah sampai jenjang S3 juga menerapkan
prinsip ini. Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang sudah dimiliki.
Teruslah belajar dan mencari tahu hal-hal baru, baik melalui pendidikan formal
maupun informal.
Keempat, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Dunia terus berubah
dan berkembang. Oleh karena itu, kita juga harus terus mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan. Mengamalkan ilmu dalam kehidupan
sehari-hari: Ilmu pengetahuan yang kita miliki tidak akan ada artinya jika
tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, berusahalah untuk
selalu mengamalkan ilmu yang kita miliki.
Kelima, bahan refleksi dan evaluasi. Ilmu yang diamalkan juga perlu
dievaluasi untuk memastikan relevansinya. Dengan refleksi, seseorang dapat
memperbaiki pemahaman dan mengadaptasi ilmu sesuai dengan konteks baru.
Nilai-Nilai yang Terkandung
Sejumlah nilai penting saya temukan dalam nasihat di atas. Pertama, ilmu
yang bermanfaat adalah ilmu yang memberi dampak positif, tidak hanya untuk
individu tetapi juga untuk masyarakat. Kedua, ketekunan. Menuntut ilmu dan
mengamalkannya memerlukan ketekunan dan semangat yang terus menyala.
Ketiga, kerendahan hati. Seseorang yang memahami bahwa ilmu harus terus
"mengalir" akan selalu merasa perlu untuk belajar lebih banyak,
menghindari sikap merasa paling tahu. Keempat, dinamika dan fleksibilitas. Ilmu
bersifat dinamis dan harus disesuaikan dengan perubahan zaman. Ketidakmauan
untuk berkembang bisa menyebabkan ilmu menjadi usang.
Qoute Imam Syafi'i ini mengajarkan kita bahwa ilmu adalah anugerah yang
harus dirawat dan dikembangkan. Seperti air yang jernih karena terus mengalir,
ilmu akan tetap hidup dan bermanfaat jika kita terus belajar, mengamalkan, dan
berbagi dengan orang lain. Dengan begitu, ilmu tidak hanya menjadi harta
pribadi, tetapi juga sumber kebaikan yang mengalir tanpa henti dalam kehidupan
manusia.
Nasihat Imam
Syafi'i tentang ilmu yang seperti air ini sangatlah penting untuk kita
renungkan dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan itu
sifatnya dinamis dan harus terus dikembangkan. Selain itu, ilmu pengetahuan
juga harus diamalkan dan dibagikan kepada orang lain agar dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya.
Semoga
artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang makna dari
ungkapan Imam Syafi'i. Mari kita jadikan ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk
meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
0 komentar:
Post a Comment