Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday 23 May 2014

PENGERTIAN OBJEK FORMAL & MATERIAL, SERTA KEDUDUKAN FILSAFAT ILMU DALAM SISTEMATIKA FILSAFAT


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan. Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung kepada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi berada pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.


Perubahan dari pola pikir mite-mite ke rasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bias dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.

Dari penelitian alam semesta dan manusia, munculah ilmu-ilmu seperti astronomi, kosmologi, fisika, kimia, biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih khusus lagi dan sekaligus semakin aplikatif dan serta manfaatnya.

Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi, radikal, dan integral mengenai hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu merupakan penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan (epistemologi), sebab ‘pengetahuan ilmiah’ tidak lagi adalah a higher level dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum sebagaimana yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diajukan adalah sebagai berikut.
Apakah pengertian filsafat ilmu?
Apa saja objek formal dan objek material filsafat ilmu?
Bagaimana kedudukan filsafat ilmu dalam sistematika filsafat?

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Filsafat Ilmu
Pengertian Filsafat
Secara etimologis, istilah “filsafat”, yang merupakan padanan kata falsafah (bahasa Arab) dan philosophy (bahasa Inggris), berasal dari kata bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata philein atau philos dan sophia. Kata philein atau philos berarti kekasih, sahabat, bisa juga berarti cinta (love). Adapun kata sophia berarti kebijaksanaan atau kearifan (wisdom) bisa juga berarti pengetahuan. Jadi secara harfiah, filsafat dapat diartikan dengan cinta kebijaksanaan (love of wisdom)  dalam bahasa Inggris atau sahabat pengetahuan sedangkan yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan al-hikmah.

Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (sekitar abad ke-6 SM) ketika ia ditanya apakah seoarang yang bijaksana. Ketika itu ia menjawab dengan rendah hati bahwa ia hanyalah filosofis, yakni orang yang mencintai pengetahuan. Akan tetapi, kebenaran kisah itu sangat diragukan karena pribadi dan kegiatan Phytagoras telah bercampur dengan legenda; bahkan tahun kelahiran dan kematiannya pun tak diketahui dengan pasti (dalam Rapar, 2012: 14). Kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti halnya banyak dipakai sekarang ini oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-399 SM).

Aristoteles (murid Plato) memiliki gagasan mengenai filsafat. Antara lain, ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada. Ia pun mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selaku peri ada” (being as being) atau peri ada sebagaimana adanya” (being as such) (Rapar, 2012: 15).

Menurut  Hakim dan Beni (2008: 16), filsafat adalah pengetahuan tentang berpikir kritis sistematis; pengetahuan tentang pemahaman universal terhadap semua persoalan; dan pengetahuan tentang kebenaran pemikiran yang tanpa batas dan masalah yang tidak pernah tuntas. Filsafat juga merupakan kebebasan beripikir manusia terhadap segala sesuatu tanpa batas dengan mengacu pada hukum keraguan atau segala hal.

Hal senada juga diungkapkan oleh Surajiyo (2008: 6) yang mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukanlah mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.

Dengan memperhatikan batasan-batasan yang tentunya masih banyak yang belum dicantumkan, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha menyelidiki sesuatu sedalam-dalamnya berdasarkan pikiran atau rasio mengenai kehidupan yang dicita-citakan.

Pengertian Ilmu
Secara etimologis, ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari bahasa Latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam bahasa Jerman wissenschaft.

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.

Dari segi maknanya, pengertian ilmu menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas, dan metode. Ketiga hal itu merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Pemahaman ilmu sebagai aktivitas, metode, dan pengetahuan menurut Gie (2004: 90) dapat diringkas menjadi bagan sebagai berikut:

                        Sebagai proses                                    : Aktivitas penelitian
Pengertian Ilmu          Sebagai prosedur                    : Metode ilmiah
                        Sebagai produk                                   : Pengetahuan sistematis

Ilmu Sebagai Aktivitas Penelitian
Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, melainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas ini bersifat rasional, kognitif dan teleologis.

Tujuan yang ingin dicapai atau dilaksanakan adalah sebagai berikut: pengetahuan, kebenaran, pemahaman, penjelasan, peramalan, dan pengendalian.

Ilmu Sebagai Metode Ilmiah
Pengertian ilmu sebagai aktivitas penelitian perlu diurai lebih lanjut agar dapat dipahami. Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan pengetahuan yang ada.

Ilmu sebagai pengetahuan sistematis
Para filsuf dan ilmuwan sepaham bahwa ilmu terutama berupa suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis. Ciri sistematis berarti bahwa berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan-hubungan ketergantungan dan teratur.

Adapun menurut Daoed Joesoef dalam Surajiyo (2008: 59) menunjukkan bahwa pengertian ilmu pengetahuan mengacu pada tiga hal, yaitu produk, proses, dan masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk, yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarnnya oleh masyarakat ilmuwan. Ilmu pengetahuan sebagai proses, artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang dikehendaki. Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak-tanduknya, perilaku, dan sikap serta tutur katanya diatir oleh empat ketentuan, yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih, dan skeptisisme yang teratur. 

Dari beberapa definisi ilmu di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu bidang yang berasal dari berbagai pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil dari suatu gejala yang dianalisa dan diperiksa secara teliti dengan menggunakan metode-metode tertentu (rasional, sistematik, logis, dan konsisten) sehingga didapat penjelasan mengenai gejala yang bersangkutan.

Hal ini diperkuat oleh Abdullah dalam tulisannya yang berjudul “Peran Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Teori Akuntansi” yang menyatakan bahwa ilmu merupakan rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan.

Pengertian Filsafat Ilmu
Cabang filsafat yang membahas masalah ilmu adalah filsafat ilmu. Tujuannya mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Surajiyo (2008: 45) memberikan definisi mengenai filsafat ilmu sebagai penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya dengan pokok perhatiannya yaitu proses penyelidikan ilmiah itu sendiri. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu), metasciencei, dan science of science (ilmu tentang ilmu).

Filsafat ilmu adalah cabang dari filsafat yang banyak digunakan sebagai pijakan untuk mengembangkan ilmu yang merupakan bagian dari epistimologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah) (Suriasumantri, 2010:33). Lebih lanjut filsafat ilmu tentu saja juga untuk mengembangkan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam. Dalam hal ini filsafat ilmu merupakan jaringan cabang ilmu satu dengan lainnya sehingga ilmu pengetahuan dapat ditelusuri sampai ke induk filsafatnya.

Adapun Beerling dalam Surajiyo (2008: 46)  membedakan filsafat ilmu menjadi dua, yaitu:
Filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:
Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah;
Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu;
Konsekuensi pragmatik-etik penyelenggara ilmu, dan sebagainya.
Filsafat ilmu dalam arti sempit: menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.

Dari beberapa pendapat mengenai definisi filsafat ilmu, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu yaitu:
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu.
filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, 
cabang filsafat yang mencoba mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu) dari segi ciri-ciri dan cara pemerolehannya.

Objek Material dan Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek kajian adalah sasaran yang menjadi fokus bahasan dalam sebuah kajian.    Filsafat ilmu mempunyai dua objek kajian, yaitu objek material dan objek formal.

Objek Material
Menurut Hakim dan Beni (2008: 19) Objek material fisafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.

Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu (Surajiyo, 2009: 5). Objek ini merupakan hal yang diselidiki (sasaran penyelidikan), dipandang, disorot, atau dipermasalahkan oleh suatu disiplin ilmu. Objek ini mencakup hal-hal yang bersifat konkret (seperti makhluk hidup dan benda mati) maupun abstrak (seperti keyakinan dan nilai-nilai).

Menurut Mustansyir (2003: 44) dalam filsafat ilmu, objek material adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.

Objek Formal
Objek formal filsafat adalah pencarian terhadap yang ada dan yang mungkin ada secara kontemplatif pada permasalahan yang tidak dapat dijangkau oleh pendekatan empiris dan observatif yang berada dalam  sains (Hakim dan Beni, 2008: 19).

Menurut Surajiyo (2009: 7) objek formal merupakan sudut pandang yang ditujukan pada bahan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu diselidiki. Seperti fisika, kedokteran, agama, sasrta, sejarah, dan sebagainya.

Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu, apa fungsi ilmu pengetahuan, dan bagaimana memperoleh kebenaran ilmiah. Probem-problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis (Mustansyir, 2003: 44).

Dari pengertian para ahli tersebut, dapat disimpilkan bahwa objek material merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Sedangkan objek formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu.


Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Sistematika Filsafat
Tempat keduduan filsafat ilmu di dalam sistematika filsafat sebagai keseluruhan:

Being (ada)
Knowing (tahu)
Axiologi (nilai)
Ontologi
Epistemologi
Etika
Metafisika
Logika dan Metodologi
Estetika

Filsafat Ilmu


Tempat kedudukan filsafat ilmu ditentukan oleh dua lapangan penyelidikan filsafat ilmu berikut.

Sifat pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan epistemologi yang mempunyai fungsi menyelidiki syarat-syarat pengetahuan manusia dan bentuk-bentuk pengetahuan manusia.

Menyangkut cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan logika dan metodologi. Ini berarti cara-cara mengusahakan dan memperoleh pengetahuan ilmiah berkaitan erat dengan susunan logis dan metodologis serta tata urutan berbagai langkah dan unsur yang terdapat dalam kegiatan ilmiah pada umumnya. (Beerling, dalam Surajiyo, 2008: 47).

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat). Filsafat ilmu merupakan cabang dan filsafat yang secara khusus membahas proses keilmuan manusia.

Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilai. Pengertian filsafat disederhanakan sebagai proses dan produk, yang mencakup pengertian filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dan para filsuf pada zaman dahulu, teori, sistem tertentu yang merupakan hasil dan proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, dan filsafat sebagai problema yang dihadapi manusia.

Berpikir merupakan subjek dari filsafat akan tetapi tidak semua berfikir berarti berfilsafat. Subjek filsafat adalah seseorang yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh dan mendalam. Objek filsafat, objek itu dapat berwujud suatu barang atau dapat juga subjek itu sendiri contohnya si aku berfikir tentang diriku sendiri maka objeknya adalah subjek itu sendiri.

Objek filsafat dapat dibedakan atas 2 hal :
Objek  material merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan
Objek formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu.

Tempat kedudukan filsafat ilmu ditentukan oleh dua lapangan penyelidikan filsafat ilmu berikut.

Sifat pengetahuan ilmiah.
Menyangkut cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan logika dan metodologi. (Beerling, dalam Surajiyo, 2008: 47).

DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Hakim, Atang. A., dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum dari Mitologi Sampai Teofilosofi Cetakan Pertama. Bandung: CV Pustaka Setia.
Muntu, Abdullah. 2007. Peran Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Teori Akuntansi. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis, dan Sektor Publik (JAMBSP) ISSN 1829 – 9857, Vol. 4 No. 1 – Oktober 2007: 98 – 112.
Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rapar, Jan Hendrik. 2012. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Surajiyo. 2008. Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Bumi Aksara.
_______ . 2009. Ilmu Filsafat (Suatu Pengantar). Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun. S. 2010. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer Cetakan Kedua Puluh Dua. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu, diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 pukul 02: 47.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: PENGERTIAN OBJEK FORMAL & MATERIAL, SERTA KEDUDUKAN FILSAFAT ILMU DALAM SISTEMATIKA FILSAFAT Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda