Temanggung, HI STUDY CENTRE - Hamidulloh Ibda Ketua Program Studi Pendidikan Guru MI (PGMI) STAINU Temanggung menjadi pemateri selama dua hari, 24-25 Februari 2018, dalam Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) yang digelar oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) GRIP STAINU Temanggung.
Acara ini diikuti anggota magang dan beberapa peserta pendaftar serta panitia. Acara ini dimulai pada pukul 18.00 WIB dengan mujahadah bersama untuk meningkatkan ukhuwah batiniyah setiap peserta PJTD. Sebagai UKM yang bergerak di dunia jurnalistik, LPM Grip didedikasikan menjadi kunci pencetak mahasiswa intelektual karena mereka bisa berdialektika lewat tulisan.
Kemudian dilanjutkan dengan acara pembuka yaitu MAKRAB bersama senior LPM GRIP angkatan pertama, acara tersebut bertujuan untuk memberikan kesan, pesan, dan motivasi bagi anggota baru. "LPM GRIP sebagai lembaga jurnalistik harus mampu mencegah akan tantangan media di era global ini, karena hari ini tantangan itu nyata adanya di depan kita" ungkap Roni Nefriyadi salah satu senior LPM Grip.
Kemudian Almaksirun yang juga senior dari LPM GRIP menjelaskan bahwa dalam mengikuti kejurnalistikan kita bukan sekedar mencari pengalaman, keilmuan, namun juga persaudaraan diantaranya. "Ini terlihat ketika setiap anggotanya rapat kerja saling membantu dan mendorong dalam kebaikan," bebernya.
Setelah makrab acara dilanjutkan dengan pelatihan grafis dan layout yang dipandu langsung oleh anggota LPM GRIP yaitu Malik Abdul Aziz dan Adi Prasetyo (mahasiswa PAI 6A). Acara tidak berhenti di malam itu saja namun juga berlanjut pada Minggu (25/2/2018) pagi hari yang dimulai sekitar pukul 09.15 WIB diisi oleh Bapak Hamdulloh Ibda dosen STAINU Temanggung dan jurnalis Jawa tengah.
Beliau menjelaskan banyak mengenai jurnalistik, pers, media massa dan sosial. Beliau menjelaskan seorang wartawan dalam mencari kebenaran harus dengan klarifikasi dan wawancara. "Namun wartawan mahasiswa bukan hanya sekadar itu saja namun juga ilmiah dengan data yang benar-benar valid," lanjut dia.
Adapun fungsi dari pers sendiri, katanya, bukan hanya sekadar sebagai informasi, pendidikan, hiburan namun juga kontrol sosial.
Maka dari itu, penting untuk memahami hal-hal yang dibutuhkan dalam kejurnalistikan "Untuk menjadi wartawan bukan itu saja namun juga harus memahami Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), dan bahasa yang akan digunakan mulai dari logis, menarik, ekonomis dan lainnya.
Acara ditutup dengan foto bersama dan masukan dari materi. Peserta dalam PJTD itu juga akan difollow up dalam mempraktikkan teori-teori dasar jurnalistik tersebut. Mereka juga akan digembleng untuk berdakwah serta menghidupkan budaya intelektual lewat tulisan. (Dama).
Acara ini diikuti anggota magang dan beberapa peserta pendaftar serta panitia. Acara ini dimulai pada pukul 18.00 WIB dengan mujahadah bersama untuk meningkatkan ukhuwah batiniyah setiap peserta PJTD. Sebagai UKM yang bergerak di dunia jurnalistik, LPM Grip didedikasikan menjadi kunci pencetak mahasiswa intelektual karena mereka bisa berdialektika lewat tulisan.
Kemudian dilanjutkan dengan acara pembuka yaitu MAKRAB bersama senior LPM GRIP angkatan pertama, acara tersebut bertujuan untuk memberikan kesan, pesan, dan motivasi bagi anggota baru. "LPM GRIP sebagai lembaga jurnalistik harus mampu mencegah akan tantangan media di era global ini, karena hari ini tantangan itu nyata adanya di depan kita" ungkap Roni Nefriyadi salah satu senior LPM Grip.
Kemudian Almaksirun yang juga senior dari LPM GRIP menjelaskan bahwa dalam mengikuti kejurnalistikan kita bukan sekedar mencari pengalaman, keilmuan, namun juga persaudaraan diantaranya. "Ini terlihat ketika setiap anggotanya rapat kerja saling membantu dan mendorong dalam kebaikan," bebernya.
Setelah makrab acara dilanjutkan dengan pelatihan grafis dan layout yang dipandu langsung oleh anggota LPM GRIP yaitu Malik Abdul Aziz dan Adi Prasetyo (mahasiswa PAI 6A). Acara tidak berhenti di malam itu saja namun juga berlanjut pada Minggu (25/2/2018) pagi hari yang dimulai sekitar pukul 09.15 WIB diisi oleh Bapak Hamdulloh Ibda dosen STAINU Temanggung dan jurnalis Jawa tengah.
Beliau menjelaskan banyak mengenai jurnalistik, pers, media massa dan sosial. Beliau menjelaskan seorang wartawan dalam mencari kebenaran harus dengan klarifikasi dan wawancara. "Namun wartawan mahasiswa bukan hanya sekadar itu saja namun juga ilmiah dengan data yang benar-benar valid," lanjut dia.
Adapun fungsi dari pers sendiri, katanya, bukan hanya sekadar sebagai informasi, pendidikan, hiburan namun juga kontrol sosial.
Maka dari itu, penting untuk memahami hal-hal yang dibutuhkan dalam kejurnalistikan "Untuk menjadi wartawan bukan itu saja namun juga harus memahami Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), dan bahasa yang akan digunakan mulai dari logis, menarik, ekonomis dan lainnya.
Acara ditutup dengan foto bersama dan masukan dari materi. Peserta dalam PJTD itu juga akan difollow up dalam mempraktikkan teori-teori dasar jurnalistik tersebut. Mereka juga akan digembleng untuk berdakwah serta menghidupkan budaya intelektual lewat tulisan. (Dama).
0 komentar:
Post a Comment