Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday 21 July 2023

Pengalaman Menjadi Reviewer di Empat Jurnal Internasional Terindeks Scopus


Temanggung, Hamidullohibda.com
– Menjadi reviewer atau peninjau ahli di jurnal ilmiah menjadi tugas tambahan seorang dosen atau akademisi. Sebab, dosen hanya wajib melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan-pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.


“Kalau menjadi editor atau reviewer di jurnal ilmiah, even kegiatan seminar, itu aslinya tugas tambahan dan nilai plus meski bisa integral pada kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Meski demikian tidak semua dosen bisa menjadi reviewer jurnal ilmiah,” kata dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung, Hamidulloh Ibda di sela-sela menjadi penguji pada ujian munaqosyah skripsi pada Sabtu (22/7/2023).

Pihaknya mengatakan, bahwa dalam dunia publikasi ilmiah atau di dunia jurnal, terdapat empat aktor. Pertama adalah reader, atau pembaca. Semua orang bisa menjadi pembaca asal bisa mengakses sebuah jurnal yang sekarang melalui sistem online atau Open Journal Systems (OJS). Kedua, author atau penulis. Ini juga semua orang bisa, meski penulis harus melakukan revisi, koreksi, atau konfirmasi dari editor dan reviewer.

Ketiga, reviewer atau peninjau. Dalam konteks ini, reviewer adalah para ahli yang memiliki pengalaman di bidangnya, baik itu bidang sesuai ruang lingkup jurnal, bidang metodologi, dan juga pengalaman publikasi dibuktikan dengan impact factor, h-index di Scopus atau Google Scholar, dan banyaknya jumlah sitasi yang biasanya diminta oleh editor menjadi dewan reviewer atau mitra bestari pada sebuah jurnal ilmiah dibuktikan dengan ID Scopus, ID WoS, ID Orcid, ID Google Schoolar, ID Sinta dan lainnya.

“Reviewer ini tidak ditentukan oleh jenjang pendidikannya, namun lebih pada rekam jejak karya akademiknya. Banyak profesor dan doktor tidak bisa menjadi reviewer, karena memang tidak punya banyak publikasi, h-index Scopus tinggi, sitasi banyak, dan bisa jadi tidak punya artikel yang terindeks Scopus satupun. Toh, contohnya, saya belum lulus doktor pun diminta jadi reviewer di jurnal internasional bereputasi di Turki, Britania Raya, dan terbaru dari Amerika Serikat dan Canada,” kata dia.

Meski demikian, seorang ahli menurut KKNI minimal level 7, 8 sampai 9 yang jika dilihat dari jenjang pendidikan minimal seorang magister atau lulusan S2. "Tapi tidak semua magister dan doktor punya tulisan terindeks Scopus, ahli menulis dan meneliti," katanya.

Keempat, editor, adalah seorang atau sejumlah orang yang bertugas mengelola, mengatur, dari penerimaan artikel/naskah dari penulis, melakukan editing, seleksi, dan menjadwalkan penugasan reviewer untuk meninjau artikel, mengembalikan naskah hasil review kepada penulis, sampai menerbitkan artikel pada sebuah jurnal.

Dari keempat aktor di atas, sebenarnya yang paling susah adalah menjadi reviewer yang alamiah, tanpa unsur kedekatan, kenal, atau pertemanan, apalagi dalam skala internasional. Oleh karena itu, Ibda dari 2017-sekarang mengabdikan dirinya pada berbagai jurnal nasional terakreditasi dan terindeks Sinta, dan jurnal internasional terindeks Scopus. Ibda tercatat menjadi editor dan reviewer pada 23 jurnal. Rinciannya 4 jurnal internasional terindeks Scopus, 2 jurnal internasional, dan 17 jurnal nasional.

Untuk jurnal internasional terindeks Scopus, Ibda menjadi reviewer di sejumlah jurnal. Pertama, reviewer Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi (terindeks Scopus Q4) jurnal milik Pegem Akademi Yayıncılık Turki. Kedua, reviewer Cogent Education  (terindeks Scopus Q2) milik Taylor & Francis, sebuah perusahaan multinasional di Britania Raya yang berdiri sejak 1852. Ketiga, reviewer di Journal of Ethnic and Cultural Studies (terindeks Scopus Q1), sebuah jurnal milik Florida Gulf Coast University Amerika Serikat. Keempat, Journal of Learning for Development (JL4D) (terindeks Scopus Q3) yang dikelola Commonwealth of Learning Canada.

“Jadi kemarin pada 16 Juli 2023 pukul 21.56 WIB, saya diinvite oleh Hasan Aydin, Ph.D., Editor-in-Chief, Journal of Ethnic and Cultural Studies untuk ditugaskan menjadi reviewer pada sebuah naskah ilmiah. Biasanya, saya diminta langsung via email, diberi user dan password untuk mengakses OJS pada jurnalnya,” kata Ibda.

Kemudian, kata Ibda, pada 22 Juli 2023 pukul 04.15 WIB pihaknya mendapatkan email oleh Dr Tony John Mays dari Commonwealth of Learning Canada untuk mereview satu paper di Journal of Learning for Development (JL4D).

Selain itu, Ibda juga menjadi reviewer di jurnal internasional yang lain, yaitu reviewer International Journal Ihya' 'Ulum al-Din milik State Islamic University (UIN) Walisongo Semarang Indonesia, dan reviewer IJSL: International Journal of Social Learning milik Indonesian Journal Publisher in cooperation with Indonesian Social Studies Association (APRIPSI).

Sedangkan kiprah lain sebagai pimred, editor, dan reviewer di jurnal nasional dan jurnal nasional terakreditasi berjumlah 17 jurnal, yaitu Pemimpin Redaksi ASNA: Jurnal Kependidikan dan Keagamaan (2018-sekarang), Pemimpin Redaksi Majalah MOPDIK Ma’arif Jateng (2018-sekarang), editor dan reviewer Jurnal Ilmiah Citra Ilmu (2017-sekarang), editor dan reviewer Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial (2019-sekarang), reviewer JRTIE: Journal Of Research And Thought On Islamic Education (2019-sekarang), reviewer At-Thullab: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (2020-sekarang), reviewer AR-ROSYIDAH: Jurnal Pendidikan dan Humaniora (2021-sekarang), reviewer BASICA: Journal of Arts and Science in Primary Education (2021-sekarang), editor Tamu Tatar Pasundan: Jurnal Diklat Keagamaan (2022), reviewer Jurnal Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran (2022-sekarang).

Selain itu juga reviewer El-Miaz: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar (2022-sekarang), reviewer JIPSI: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Sains Islam Interdisipliner (2022-sekarang), reviewer Fikroh: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam (2022-sekarang), reviewer ZAHRA: Research and Tought Elementary School of Islam Journal (2022-sekarang), reviewer dan editor An-Nawa: Jurnal Studi Islam (2023-sekarang), reviewer EDUCATUM: Scientific Journal of Education (2023-sekarang), reviewer MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam (2023-sekarang), dan reviewer tamu pada sejumlah jurnal nasional.

Selain menjadi reviewer, Ibda tercatat sudah memiliki 5 artikel yang terbit dan terindeks Scopus, memiliki H-Index 3 pada Scopus. "Dua artikel akan terbit di jurnal Scopus Q3 besuk September 2023, dan satu naskah menunggu antrean pemuatan," tutur dia.

Secara kuantitatif, Wakil Rektor I INISNU Temanggung itu telah menulis 39 buku yang salah satunya berbahasa asing yaitu "Education Design and Virtual Learning Technology" yang diterbitkan penerbit internasional yaitu UK-Indonesian Scholars Network (UKISN) pada 2021. Sedangkan total publikasi berupa artikel ilmiah pada jurnal dan prosiding berjumlah 62 artikel kurun 2017-2023.

Pihaknya berharap, melalui kiprah internasional itu mampu membawa harum nama kampus dan menduniakan kampus lokal dalam dunia publikasi ilmiah pada skala global di dunia. (*)

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Pengalaman Menjadi Reviewer di Empat Jurnal Internasional Terindeks Scopus Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda