Setelah
melalui proses panjang, akhirnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan
10 partai politik (parpol) peserta Pemilu 2014. Sembilan parpol, termasuk muka
lama atau penghuni DPR dan satu lainnya adalah Partai Nasdem sebagai pendatang
baru. Sementara 24 partai lainnya termasuk PBB yang menduduki peringkat 10 di
Pemilu 2009, tersingkir.
Dengan
hanya 10 parpol ini yang berhak maju di Pemilu 2014, diperkirakan hanya akan
ada maksimal empat kandidat presiden-wakil presiden. Terlebih, jika batas
minimal parpol di parlemen yang bisa mengusung calon presiden pada Pemilu 2014,
seperti sebelumnya, yaitu 20 persen perolehan kursi parlemen, atau 25 persen suara
nasional.
Menakar Capres
Jika ini
dipertahankan maka diperkirakan hanya akan ada koalisi dari Partai Golkar,
PDIP, Demokrat dan Gerindra. Dari keempat kemungkinan koalisi ini, baru Golkar
yang secara jelas mencalonkan Abu Rizal Bakrie sebagai calon presiden.
Seharusnya nama-nama calon presiden itu memang sudah muncul di tahun 2013.
Ada
keuntungan jika sejak awal pencalonan presiden itu diumumkan, yaitu segala
tindakan, perilaku, ucapan dan lainnya bisa mendapatkan perhatian publik secara
lebih. Apalagi, para kandidat presiden tentu akan memperkenalkan diri lewat
sebuah komunikasi politik, entah berupa kata, frasa ataupun kalimat yang mudah
diingat para pemilih. Yang jelas, slogan para kandidat.
Kembali
ke Pemilu 2014 nanti, calon-calon presiden kemungkinan sudah mulai memikirkan
kata, frasa ataupun kalimat yang mudah diingat oleh para pemilih. Dulu, mantan
Presiden Abdurahman Wahid memiliki ungkapan, “Begitu aja kok repot!”. Meski
tidak tahu persis apa makna kalimat itu tapi jika frasa ini sudah terucap maka
segala permasalahan seharusnya mudah diatasi. Artinya, bisa saja dianggap tidak
penting-penting amat untuk dibahas atau jangan-jangan memang masalah itu berat
dan sukar dipecahkan.
Pada era
Presiden Soeharto, unsur penanda tadi memang bukan sekedar kalimat tapi sering
diucapkan dengan senyuman. Tak heran, jika Alm Pak Harto dikenal sebagai a
smiling general (Jenderal yang suka tersenyum). Satu pernyataan yang masih
diingat ketika beliau mengatakan, “Saya gebuk!” sambil tersenyum menyikapi
potensi kerusuhan di Tanah Air.
Tahun
2009, usaha untuk membangun sebuah simbol pernah dilakukan oleh Rizal
Mallarangeng me-lalui icon RM 09, yang sangat eye catch karena meminjam istilah
CR 7 yang lebih dulu ada untuk julukan pesepakbola terkenal Portugal, Christiano
Ronaldo. Hal lain yang masih diingat dari 2009 adalah semboyan Pak JK, “Lebih
cepat, lebih baik,” sebagai mudah diingat dan memiliki makna multitafsir.
Memang,
perlu dipadukan antara semboyan dari kata, frasa atau kalimat tadi de-ngan icon
gambar yang juga mudah diingat agar para pemilih dan bagi para simpatisan, icon
gambar akan lebih mudah diproduksi dan tidak menunggu bantuan dari pusat.
Namun, yang terpenting, kata, frasa, kalimat atau simbol dan gambar yang
digunakan dalam Pemilu 2014 sebaiknya bukan sekedar janji kampanye. Tetapi,
benar-benar harus dijalankan saat mereka menjadi pemimpin bangsa.
Capres Ideal
Siapa saja capresnya, yang penting progresif dan
membawa perubahan signifikan bagi Indonesia. Latar bekalang tak begitu penting,
baik mereka dari kalangan militer, sipil, dosen, petinggi partai, pengusaha
serta dari Jawa dan Luar Jawa. Apalagi, problem di Indonesia begitu kompleks,
ini merupakan PR besar yang harus dituntaskan presiden setelah SBY.
Tingkat pengangguran semakin meningkat harus membuat calon presiden ideal Republik Indonesia lebih maju dan serius. Indonesia butuh
kandidat kuat dan tangguh, figur terpercaya dengan pola pikir, kepribadian dan tingkah laku santun namun dilandasi dengan ketegasan, kelugasan dan berani bertindak demi kepentingan rakyat tanpa penuh pencitraan palsu.
Hasil
dari pengangguran ini salah satunya berakibat meningkatnya kejahatan termasuk informasi terjadinya pembajakan sebuah mikrolet dengan tewasnya korban hanya karena
mempertahankan handphone yang nilainya tidak lebih dari tiga juta rupiah.
Lowongan pekerjaan yang idela atau job vacancy saat ini merupakan impian bagi hampir 40 juta angkatan kerja di
Indonesia. Namun,peluang atau
kesempatan kerja yang ada kini semakin menurun dan kalaupun ada, jaminan kesejahteraan justru semakin membuat was-was bagi sebagian penduduk
Indonesia. Di desa, saat ini sawah-sawah yang harus dikerjakan semakin
berkurang. Di perkotaan dengan seenaknya perusahaan kini membuat hampir semua posisi atau job position menjadi
karyawan kontrak lepas dan karyawan kontrak tidak langsung atau outsourcing.
Akibatnya,
standar gaji semakin menurun tajam sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Hal ini Nampak semakin meningkatnya kebutuhan pinjaman multiguna
yang seharusnya untuk usaha atau membangun rumah.
Pribadi figur ideal harus
dimiliki capres RI. Mereka harus berwawasan lua, paham masalah lokal, nasional dan internasional, Insya Allah figur seperti itu mampu memenuhi harapan rakyat saat ia terpilih menjadi
Presiden RI periode 2014-2019 mendatang pada Pilpres 2014. Capres ideal pasti
akan mampu membuka berbagai peluang kerja dengan meningkatnya pertumbuhan nyata ekonomi (atau pertumbuhan riil) bukan pertumbuhan imajiner yang ditampilkan
oleh pemerintah saat ini.
Yang
jelas, apakah ada capres ideal yang muncul saat ini? Kita tunggu saja. Rakyat
sangat merindukan sosok seperti itu.
Tulisan ini dimuat di Koran Pagi
Wawasan, Rabu, 23/1/2013
0 komentar:
Post a Comment