Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Thursday 27 April 2017

Mendorong Literasi Membaca Guru SD (Lanjutan)



Oleh Hamidulloh Ibda
Tulisan ini dimuat Radar Tegal Rabu 22 Maret 2017


Survei yang dilakukan sejak 2003 hingga 2014. Indonesia hanya unggul dari Bostwana yang puas di posisi 61. Sedangkan Thailand berada satu tingkat di atas Indonesia, di posisi 59. Kondisi ini membuktikan budaya baca di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain.

Di sisi lain, budaya membaca di kalangan anak-anak juga masih rendah. Budaya menonton televisi ternyata mendominasi hampir semua anak-anak MI dibandingkan budaya membaca. USAID Prioritas pada Maret 2016 merillis rata-rata orang Indonesia melihat televisi dalam sehari selama 300 menit, padahal di negara maju rata-rata hanya 60 menit. Hasil penelitian internasional, Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 tentang kemampuan membaca siswa juga menyebutkan bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia menduduki urutan ke-69 dari 76 negara yang disurvei.

Hasil itu lebih rendah dari Vietnam yang menduduki urutan ke-12 dari total negara yang disurvei. Oleh karena pentingnya kemampuan tersebut dikuasai oleh siswa sejak awal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) juga telah mengeluarkan peraturan tentang penumbuhan budi pekerti salah satunya tentang budaya membaca 15 menit di awal pembelajaran.

Literasi Membaca
Dalam dunia bahasa, membaca hanya salah satu dari keterampilan berbahasa. Sebab, keterampilan berbahasa (language arts, languange skills) meliputi empat aspek, yaitu keterampilan meyimak/mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills) yang kesemuanya itu biasa disebut “catur tunggal” bahasa (Tarigan, 1990: 1). Keempat aspek kemampuan berbahasa merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang ilmu.

Haryadi (2008: 184) menjelaskan bahwa membaca, dalam dunia bahasa juga dikelompokkan menjadi tiga hal, yaitu model membaca, metode membaca dan teknik membaca. Ketiganya bisa diterapkan guru untuk mendorong minat baca. Sebab, membaca memang membutuhkan kemampuan. Dalam studi bahasa, untuk menjadi pembaca yang baik dan kritis, kita harus memahami perbedaan mendasar tentang model membaca, metode dan teknik membaca. Masing-masing memiliki perbedaan mendasar karena tujuan, konsep dan caranya berbeda.

Oleh karena itu, guru SD/MI sebagai peletak kecerdasasan intelektual, spiritual dan emosional pertama kali kepada murid, maka harus menjadi contoh dan paham tentang perbedaan di atas. Guru MI harus memiliki keterampilan membaca kritis sebagai langkah awal untuk memajukan pendidikan dasar.

Bagi guru SD/MI yang tidak hobi dan suka membaca, jika diminta membaca apalagi membaca kritis pasti menjenuhkan bahkan “menyiksa”. Padahal, sebenarnya aktivitas membaca menyimpan berjuta rahasia. Mukhsin Akmadi (1990: 75-76) menjelaskan bahwa salah satu manfaat membaca adalah memperoleh kesenangan. Dalam hidup yang normal, teratur, nyaman, kita memang mendapatkan kesenangan dari berbagai yang berbeda.

Sudah saatnya guru SD/MI menggelorakan budaya baca. Hal itu akan semakin mudah dengan adanya “gadget” yang dimiliki semua guru. Daripada digunakan untuk bermain game dan medsos, lebih baik gadget tersebut digunakan untuk membaca, baik itu artikel, berita dan juga e-book (buku digital), e-journal (jurnal digital), e-paper (koran digital), dan berbagai sumber yang bisa meningkatkan kualitas guru. Jika guru tidak mau membaca, lalu apakah pantas mereka disebut guru?
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Mendorong Literasi Membaca Guru SD (Lanjutan) Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda