Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Tuesday 2 October 2012

Meninjau Ulang Kurikulum PT



Dimuat di Suara Merdeka, Sabtu 29 September 2012

DESAIN kurikulum perguruan tinggi (PT) harus ditinjau ulang. Pasalnya, kurikulum pendidikan PT saat ini cenderung ”membelenggu” mahasiswa dan hanya menciptakan lulusan ”kuat hafalan” serta menggampangkan persoalan.
Bahkan, pendidikan etika dan moral yang menjadi instrumen membentuk karakter/budi pekerti justru dihilangkan. Ini harus segera dibenahi.
Penghilangan materi pendidikan etika dan moral disebabkan haluan kebijakan yang ada dalam UU Pendidikan Nasional. UU Pendidikan tak mengamanatkan secara eksplisit mata kuliah etika dan moral. UU itu hanya mengamanahkan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Lalu, kenapa pendidikan karakter tak diamanahkan? Seharusnya, pendidikan etika dan moral ada di Pendidikan Pancasila. Namun, materi Pendidikan Pancasila saat ini lebih ditekankan pada pendidikan kewarganegaraan, sementara pendidikan karakter yang membentuk cara berpikir dan cara bersikap mahasiswa saat terjun ke masyarakat malah diabaikan.
Jadi, tak mengherankan jika generasi muda yang masuk ke pemerintahan saat ini banyak terjerat banyak kasus, termasuk kasus korupsi, makelar kasus, dan sebagainya. Kenapa demikian? karena pendidikan karakternya kurang.
Bicara soal kurikulum yang mengandung materi nilai etika dan moral juga harus berbicara tiga hal.
Pertama, pengertian pendidikan karakter dan materi-materi pelajaran itu sendiri secara keilmuan. Kedua, sikap terhadap materi pelajaran itu. Ketiga, manifestasi dari teori-teori di bangku kuliah dalam kehidupan nyata. Pengetahuan itu ditulis di buku, dan nilai-nilainya harus diterapkan dalam perilaku manusia sehari-hari.
Pergeseran
Perlu diketahui, bahwa mata kuliah bukan satu-satunya alat membentuk watak atau karakter seseorang. Yang harus ditekankan adalah implementasi nilai-nilai yang ada dalam mata kuliah tersebut. Seharusnya, selama masa pendidikan, semua tingkah laku dinilai. Jika menyontek diberi sanksi, dikurangi nilainya, sampai dikeluarkan dari ruangan dan bahkan di-drop out. Begitu juga jika menyakiti orang lain, ada sanksi tegas. Itulah yang dinamakan proses mendidik, bukan sekadar menghafal pelajaran.
Pendidikan budi pekerti yang ditanamkan secara dini akan melahirkan pribadi berkualitas, taat norma, dan tertib hukum, serta berakhlak mulia. Ketika mereka memegang tanggung jawab sebuah jabatan, mereka sudah dibentengi, tidak akan korupsi dan menyalahgunakan jabatan. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan oleh PT adalah link and match antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan lapangan kerja. Saat ini, sistem pendidikan kita belum berhasil menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan lapangan kerja yang semakin kompetitif. Bahkan, PT hanya menjadi ”pabrik pencetak pengangguran berpendidikan”.
Kurikulum pendidikan suatu bangsa semestinya terkait dan selaras dengan arah pembangunan nasional. Saat ini, arah pembangunan nasional tak jelas, sehingga arah kurikulum pendidikan untuk mencetak manusia unggul juga tak jelas. Karena itu, pemerintah perlu memperjelas arah pembangunan bangsa. Setelah itu, baru dijabarkan dalam kurikulum dan metode pembelajarannya.
Tanpa kejelasan arah pembangunan bangsa, kurikulum pendidikan menjadi kabur, bisa dijejali berbagai materi pelajaran tak penting, bahkan bisa disisipi kepentingan politik sesaat. Padahal, seharusnya kurikulum pendidikan untuk kemajuan bangsa tak boleh ada kepentingan politik.
Revisi Kurikulum
Atas permasalah di atas, Kemendikbud harus merevisi kurikulum PT. Diharapkan kurikulum baru itu dapat diterapkan pada tahun ajaran baru 2013-2014 mendatang.
Untuk meningkatkan kualitas serta kompetensi lulusan PT, Kemendikbud perlu mengkonsep kurilkulum jitu dan brilian. Kurikulum itu harus menyangkut tiga unsur penting, yakni unsur attitude, skill, dan knowledge , serta menyangkut tiga ranah pendidikan, dari kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sebab, ketiga hal itu belum nyambung. Sementara dunia kerja membutuhkan itu semua tersambung agar dunia pendidikan semakin link and match dengan pasar kerja. Meskipun knowledge sudah dipenuhi di jenjang S1, namun keduanya masih kurang dalam attitude.
Padahal, dalam bekerja sangat dibutuhkan attitude. Unsur attitude inilah yang belakangan sering diributkan masyarakat di dunia kerja.
Selain itu, kualitas lulusan PT memang tak hanya ditentukan isi kurikulum, namun juga ditentukan pada proses pembelajaran di kelas dan di lingkungan kampus. Jika dosen masih menggunakan metode mengajar ”konvensional”, maka kurikulum sebagus apa pun tak bisa membentuk lulusan berkualitas. Proses itu penting untuk membentuk lulusan siap pakai. Karena itu, seluruh kampus dan sekolah juga harus meningkatkan kualitas pengajarnya, karena hal itu merupakan keniscayaan. (24)

– Ida Pitalokasari, mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, aktivis Lembaga Pers Mahasiswa Islam Cabang Semarang

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Meninjau Ulang Kurikulum PT Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda