Tulisan ini dimuat
di Koran Pagi Wawasan, 19 Oktober 2012.
Saat ini, isu ancaman Angelina Sondakh/Angie untuk membuat “Tsunami Senayan” ramai di
media massa. Terlepas benar atau tidak, hal ini menarik untuk dikaji ulang. Pasalnya, fakta baru terkait dengan kasus dugaan suap
proyek-proyek di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus terungkap. Indikasi
keterlibatan kalangan lebih strategis daripada yang telah dijerat Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) pun semakin menguat.
Dalam persidangan kasus itu di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis
(11/10), mantan Direktur Pemasaran Grup Permai Mindo Rosalina Manulang bersaksi
untuk terdakwa Angelina Sondakh. Rosa mengungkapkan Angie pernah menjenguknya
di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, dan mengatakan akan menciptakan “tsunami”
di Senayan (Kompas, 12/10).
Dalam konteks itu, Angelina juga menyebut nama Ketua Umum DPP
Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Dalam BAP itu disebutkan pula bahwa Angelina
mengatakan kepada Rosa, “Ini saya juga
baru dari rumah Mas Anas. Saya nggak
mau dikorbankan sendiri.” Demikian kata Angie yang diberitakan di media
massa. Kesaksian Rosa itu menguatkan kesaksian mantan Wakil Direktur Keuangan
Grup Permai Yulianis dalam persidangan sebelumnya tentang keterlibatan sejumlah
nama anggota DPR dalam proyek kongkalikong dengan Grup Permai.
Selain Angelina dari Partai Demokrat, menurut Yulianis, ada I
Wayan Koster (PDIP), Aziz Syamsuddin (Golkar), Zulkarnaen Djabar (Golkar),
Abdul Kadir Karding (PKB), Said Abdullah (PDIP), Olly Dondokambey (PDIP), dan
seorang dari PKS, tetapi Yulianis lupa namanya. Para anggota dewan itu, menurut
pengakuan Yulianis, memainkan peran sebagai broker proyek yang ada di mitra
komisi masing-masing. Mereka telah membantah dan mengatakan Yulianis menebar
fitnah.
Ancam Buat “Tsunami”
Angie mengancam akan
membongkar semua praktik “percaloan anggaran” yang melibatkan sejumlah oknum
anggota DPR. Angie mengistilahkan ancamannya itu bisa menjadi badai “tsunami”
yang akan menghantam kredibilitas DPR. Ancaman terdakwa kasus dugaan tindak
pidana korupsi pembahasan anggaran di Kemenpora dan Kemendikbud itu disampaikan
kepada Rosa.
Kasus Angie memang
berujung pelik. Jika diberitakan, maka tak akan pernah habis. Pada persidangan
sebelumnya, saat mendengar kesaksian Yulianis, mantan Wakil Direktur Keuangan
Permai Group, terungkap sejumlah “kaki tangan” perusahan Nazaruddin itu adalah anggota
DPR di sejumlah komisi. Dan hingga kini, Rosa masih dibayangi ancaman amat kuat,
sehingga perlu “keamanan ekstra” hingga memilih menggunakan rompi antipeluru.
Sementara itu, penyidik
KPK kembali melanjutkan penyidikan terhadap kasus dugaan tindak pidana korupsi
pembangunan Pusat Pelatihan Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di
Hambalang, Bogor. Langkah tersebut harus dilakukan dengan serius untuk
memberantas koruptor.
Membantah
Di sisi lain, Angie justru “membantah” mengancam akan melakukan
tsunami di DPR jika dikorbankan dalam kasus itu. Angie mengungkapkan itu saat
menanggapi keterangan dari Direktur Pemasaran PT Anak Negeri (perusahaan yang
tergabung dalam konsorsium Permai Grup) Mindo Rosalina Manulang yang memberi
kesaksian di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (11/10).
Angie mengaku tak ada percakapan yang menyebut saya akan
membuat tsunami di DPR. Angie juga membantah seluruh keterangan Rosa. Angie
mengelak pernah bertemu Rosa pada Februari 2010. Dia juga membantah menerima uang
suap dari mantan anak buah mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin demi menggiring pengarahan anggaran proyek di Kemendiknas.
Akan tetapi, Rosa tetap kukuh dengan keterangannya. Rosa mengaku
memberi uang Rp15 miliar kepada Angie pada Maret 2010 sampai November 2011
sebagai imbalan dalam penggiringan pembahasan anggaran proyek di Kementerian
Pendidikan Nasional. Menurut Rosa, uang itu tak hanya dinikmati Angie, tapi
dibagi kepada salah satu anggota Komisi X dari F-PDIP I Wayan Koster. Lebih
lanjut, menurut Rosa, Angie mendapat jatah fee 5% dari total anggaran pengadaan
laboratorium di beberapa universitas yang turun sebesar Rp610 miliar (Sindo,
12/10).
Kejujuran Angie
Pengungkapan Rosa tentang ancaman Angie berupa tsunami Senayan
itu menegaskan kembali dugaan publik bahwa Angie bukan “aktor tunggal” dalam
praktik kongkalikong yang melibatkan para wakil rakyat dan para petinggi partai
berkuasa. Karena itu, kita perlu mendorong Angelina agar lebih terbuka dan
berpihak kepada kebenaran dengan memaparkan apa yang ia ketahui tentang
keterlibatan pihak lain dalam kasus korupsi.
Tidak ada gunanya bagi Angie untuk melindungi dan membuat tawar-menawar
dengan pihak-pihak merugikan rakyat. Lebih baik, Angiei bersikap lebih
kooperatif seperti Rosa dalam pengungkapan kasus itu.
Sebagai mantan anggota Badan Anggaran DPR sekaligus Koordinator
Kelompok Kerja (Pokja) Komisi X DPR, Angie sangat mungkin mengetahui dan
menyimpan fakta yang dapat membantu KPK menjerat siapa pun terlibat kasus
korupsi. Bukan pilihan bijak jika Angie menyembunyikan semua fakta itu dan
memilih menanggung sendiri akibat pelanggaran hukum yang juga dilakukan orang
lain.
Yang penting Angie harus jujur. Selain itu, KPK juga harus
menindaklanjuti pengakuan Rosa itu sebagai petunjuk untuk mendapatkan bukti
hukum dalam menjerat tokoh yang berperan jauh lebih sentral daripada Angelina
dalam mencuri uang negara. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Post a Comment