Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Tuesday 1 July 2014

Etika Dakwah Media Massa

Dalam rangka memeriahkan KPI EXPO 2012 Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, warga IAIN baru-baru ini disibukkan dengan beberapa agenda. Kegiatan ini digelar tanggal 14-18 Mei 2012, yang terdiri dari Workshop Literasi Media, Seminar Nasional, Festival Film Mahasiswa Nusantara, Sekolah Jurnalistik Siswa dan Mahasiswa se-kota Semarang, Muswil dan Muskerwil, Rapat Pra Konggres 3 Forkomnas KPI, serta Gema Shalawat dan Tausiyah.

Tak mau ketinggalan, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Mereka baru-baru ini menggelar Seminar Nasional dengan tema “Etika Dakwah di Media Massa.”

Acara ini digelar hari Selasa, 15 Mei 2012 di Auditorium II Kampus 3 IAIN Walisongo. Seminar ini dibuka Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag (Rektor IAIN Walisongo). Serta dilakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan KPI Pusat.

Media merupakan dunia kecil yang mempunyai kekuatan besar dalam kehidupan manusia. Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai daya jangkau luas dan tak mengenal sekat-sekat keagamaan. Maka dari itu, dakwah agama apa pun yang dilakukan melalui media dapat menjangkau siapa saja dan dari agama apa saja. Dengan demikian, dakwah harus tepat sasaran dengan cara dan gaya yang ditampilkan harus efektif dan tidak menelurkan penyesatan. 

Sejak dulu, dakwah Islam telah dilakukan para founding fathers melalui jalur media massa. Misalnya, seni-budaya yang dikemas dalam bentuk tontonan Jawa, pagelaran budaya, dan sebagainya. Lewat pagelaran itu, banyak nilai Islam yang disisipkan. Karena itu, Islam menyebar di masyarakat dengan cepat dan diterima dengan damai. Demikian yang disampaikan KH. Ahmad Tohari, salah satu budayawan pada saat menyampaikan materinya.

Drs. H. Anashom, M.Hum, mengatakan, media seharusnya memperhatikan etika dalam menyampaikan dakwah. Pasalnya, selama ini banyak media yang ngawur dalam menampilkan suguhan pada masyarakat. “Maka, sudah saatnya media harus introspeksi dan mengutamakan etika dakwah,” tutur Anas salah satu pembicara dari Forum Komunikasi Lembaga Dakwah Jawa Tengah.
Etika Dakwah
Prie GS, salah satu pembicara mengatakan, dalam berdakwah, para pendahulu tak hanya memperhatikan kemampuan berkomunikasi, namun mereka menunjukkan nilai kepribadian, sehingga wibawa mereka memberi sumbangan pada keberhasilan dakwah.
Media dakwah harus mampu menanamkan nilai-nilai ajaran Islam. Pasalnya, Islam mempunyai tujuan membangun akhlaqul karimah dan mendentumkan perdamaian. Para pendahulu sangat mengutamakan nilai Islam sebagai etika dakwah. Meskipun sebenarnya mereka berhadapan dengan masyarakat yang mayoritas beragama Hindu, Budha, Animisme, dan Dinamisme.
Sebagai praktisi media, Prie GS memandang dakwah dari perspektif nilai berbasis artistik. Sebagai contoh jika da’i adalah artis ternama di dunia hiburan internasional, hal ini akan lebih menarik daripada da’i yang memiliki tampang pas-pasan. Artinya, dakwah sangat cocok dipelopori figur artis. Maka, sudah saatnya artis mempelopori dakwah di negeri ini.
Acara ini dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan. Selain KH. Ahmad Tohari, Drs. H. Anashom, M.Hum, Prie GS, acara ini juga diisi M. Riyanto, SH, M.Si (Ketua KPI Pusat), Gusmus (ulama), dan dimoderatori Fakhrurrozi, M.Ag (Dosen Fakultas Dakwah dan Ketua Ikadi Jawa Tengah).
 Pergeseran
Saat ini, dakwah di media massa sudah berjalan baik. Para juru dakwah yang menulis di media cetak rata-rata menguasai etika dakwah. Selain itu, mereka juga mendominasi dan sibuk berceramah di radio dan televisi. Namun, karena persaingan keras pada industri media, maka dakwah melalui jalur televisi sudah terbawa arus “memenuhi tuntutan pasar” atau mengejar nama saja. Jadi, hal ini harus segara dibenahi secara menyeluruh.
Di dunia sastra, dakwah sudah berjalan dengan baik. Puisi, cerpen, teater, lagu, dan novel menjadi media dakwah yang sangat produktif. Namun, karena tuntutan penguatan identitas, seringkali sastra dakwah terbawa arus formalisme agama. Hal ini membuat karya sastra tersebut menjorok dan memasuki wilayah para guru agama.
Maka dari itu, sudah saatnya media massa memperhatikan “etika dakwah” sebagai kunci keberhasilan syiar Islam. Pergeseran nilai-nilai dakwah di media massa, tak lain merupakan akibat dari miskinnya pengetahuan dan penegakan etika dakwah. Jadi, “etika dakwah” menjadi jawaban atas problem tersebut.
Pengirim: Hamidulloh Ibda, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Etika Dakwah Media Massa Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda