Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Thursday 27 December 2012

Ibu, Kau Wanita Mulia


Oleh Hamidulloh Ibda
Tulisan ini dimuat di Radar Bangka, Senin, 24 Desember 2012
Setiap tanggal 22 Desember, hampir seluruh masyarakat Indonesia memeringati Hari Ibu. Dalam peringatan tersebut, selalu diwarnai dengan berbagai kegiatan seremoni dan ekspresi sebagai bentuk “penghargaan” sekaligus momentum untuk mengingatkan kembali peran ibu yang demikian besar dalam berbagai dimensi. Pasalnya, ibu merupakan perempuan mulai di dunia ini. bahkan, ada suatu hadist menyatakan bahwa “surga ada di telapak kaki ibu”. 

Pada awalnya, peringatan Hari Ibu berangkat dari 22 Desember 1928, saat Kongres Perempuan pertama di Indonesia diselenggarakan. Momentum peringatan ini diharapkan akan membawa dampak bagi sikap dan mental anak bangsa untuk terus menghargai ibu dan menempatkannya sebagai bagian penting dalam kehidupan. Pasalnya, selama ini banyak anak bangsa yang lalai dan menyepelekan peran ibu mereka dalam kehidupan di dunia ini.
Posisi Ibu
Dalam agama mana pun, ibu merupakan sosok yang memperoleh posisi terhormat. Islam, misalnya, di sejumlah ayat dalam Alquran dijelaskan peran ibu dan kewajiban umat untuk berbakti. Demikian halnya dalam salah satu hadis Rasul menjelaskan ibu sebagai orang yang harus paling dihormati. Rasul menyebutnya hingga tiga kali, baru kemudian sang ayah.

Dalam dimensi sosiologis, ibu memiliki peran yang sangat besar dalam membangun peradaban masyarakat. Peradaban masyarakat terbentuk dari budaya keluarga. Di sanalah, ibu memiliki peran yang sangat strategis. Dalam lingkup keluarga, ibu  sebagai sosok yang melahirkan, mendidik, dan membimbing. Seorang ibu adalah sosok yang berkorban tanpa pamrih. Peran ibu tidak dapat tergantikan. Ibulah yang mengandung, melahirkan, dan menyusui. Tidaklah mengherankan jika kemudian ibu mampu menentukan karakter dan menanamkan nilai-nilai pengorbanan bagi sang anak dan menjadi dorongan bagi sang suami dalam segala aktivitasnya. 

Ibu merupakan tonggak dari segelanya. Ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang pintar dan keluarga yang terdidik yang kemudian akan mampu membangun masyarakat yang bermartabat. Atas dasar itulah, sungguh tepat jika kemudian ibu menjadi sosok penting yang akan menentukan maju mundurnya sebuah bangsa, sebab bangsa yang besar berangkat dari masyarakat maju yang terbangun atas keluarga-keluarga yang baik.
Membalas Ibu
Dalam dimensi kekeluargaan, membalas kasih ibu merupakan kewajiban bagi sang anak. Anak yang hanya bisa memberikan cinta, perhatian, hormat dan doa kepada ibu tidak akan mampu untuk membalas pengorbanan yang telah ibu berikan bagi masa depan anak-anaknya. Meskipun ibu telah wafat, masih menjadi kewajiban bagi sang anak untuk mendoakannya sebagai bentuk pengabdian. Apalagi, jika melihat perkembangan sosial saat ini, di mana peran ibu tidak sekadar dalam ranah domestik namun juga pada saat yang sama ibu juga mampu berperan dalam ranah publik, sehingga beban kerja ibu semakin besar.

Di wilayah pesisir pedalaman, misalnya, menunjukkan bagaimana sosok ibu di kalangan nelayan dan petani memiliki jam kerja yang jauh lebih tinggi dibandingkan suami. Ibu dituntut tidak saja mengelola rumah tangga, namun juga menjadi bagian penting keluarga dalam memperoleh penghasilan. Jam kerja ibu mulai dari jam empat pagi menyiapkan sarapan, bersih-bersih rumah hingga jam sembilan malam menidurkan anak. Di siang hari, sang ibu juga harus bekerja. Kondisi inilah yang kemudian menghadirkan persoalan bagi seorang ibu, yang memerlukan penanganan melalui kebijakan yang tepat. 
Memuliakan Ibu
Ibu mempunyai peran penting yang berpengaruh besar dalam perubahan kehidupan. Perempuan berperan dalam memajukan peradaban. Di tangannyalah tumbuh anak-anak yang memiliki segala potensi yang hebat. Namun, dilihat dari kondisi perempuan saat ini, peran itu dikaburkan. Sebagian besar perempuan saat ini tak lagi menjadi istri yang mulia, ibu yang tangguh, dan perempuan pejuang. Ibu bahkan dipaksa untuk bekerja dengan alasan membantu ekonomi keluarga. 

Jika ingin mendapatkan hak-haknya, mereka harus punya banyak uang, cantik dan pintar. Menjunjung tinggi kesetaraan dengan laki-laki. Islam adalah agama dan ideologi yang menjunjung tinggi kemuliaan perempuan, memberikan hak-hak perempuan seperti yang mereka harapkan tanpa melupakan kodratnya sebagai perempuan, istri, dan ibu. 
Islam memberikan kepada perempuan peran strategis terhadap bangsa. Segala potensinya diberdayakan, diberi hak dalam berpolitik, ekonomi, sosial, pendidikan dan lainnya. Mereka tidak akan menemui kehinaan dan kekasaran, karena mereka perempuan yang mulia. Namun, semua itu hanya akan tercipta dengan adanya khilafah (negara Islam). Dan semua kalangan harus mendukung perjuangan itu. 

Karena itu, sudah saatnya kita semua memuliakan ibu. Dengan berbagai cara, kita harus memuliakan ibu. Tak ada alasan untuk tidak memuliakan ibu. Karena kasih ibu tak akan terbalas meskipun kita memberikan harta berlimpah kepadanya. Namun, setidaknya kita bisa membahagiakan mereka dengan segala perjuangan kita. Selamat Hari Ibu.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Ibu, Kau Wanita Mulia Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda