Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Sunday 2 December 2012

Solidaritas Indonesia Untuk Palestina



Serangan militer Israel yang menewaskan banyak warga di jalur Gaza, Palestina, menuai simpati muslim Indonesia. Berbagai cara dilakukan muslim Indonesia untuk mendesak Israel menghentikan kebrutalannya dan mendukung perjuangan Palestina untuk menjadi bangsa yang merdeka.Ketua Palestine Liberation Indonesia (PLI) Taufik Kadafik Namakule menyerukan pimpinan negara-negara Islam menindak tegas Israel. 

Negara-negara Islam jangan sekadar menjadi penonton atau sekadar melancarkan kecaman atas kebrutalan Israel. Namun, kata dia, perlu ada tindakan nyata. Misalnya, mengerahkan tentara ke jalur Gaza untuk melindungi warga Gaza. Palestina memang kewalahan menghadapi kekuatan militer Israel yang memiliki banyak pasukan dan senjata tempur yang canggih.
Aksi nyata lainnya dapat dilakukan dengan memboikot produk-produk Israel. Menurut Taufik, boikot produk Israel selama ini baru dilakukan LSM dan organisasi pro Palestina. Taufik juga menyerukan agar negara-negara Islam segera memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Dia menyesalkan banyak negara di Timur Tengah yang  memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Seruan agar masyarakat Indonesia memboikot produk Israel juga disuarakan Ketua Aqsa Working Group (AWG) Agus Sudarmaji. Menurut dia, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sudah menyerukan untuk memboikot produk suporter zionis Israel. Kemenlu harus menyosialisasikan apa saja produk-produk itu. Umat Islam perlu memberikan dukungan dalam bentuk bantuan kemanusiaan, termasuk mengirim doa untuk membela muslim Palestina di Gaza yang ditindas Israel.
Morsi di Seberang Jalan
Konflik di Gaza yang meletus lagi antara Israel dan Hamas telah menempatkan Mohamed Morsi dalam posisi yang dilematis. Presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis itu harus menyeimbangkan antara kepentingan politik kelompok asalnya, Ikhwanul Muslimin, dan interes ekonomi negara yang dipimpin.
Morsi tahu bahwa kebrutalan yang lagi-lagi dipertunjukkan Israel di Gaza sungguh tak bisa diterima. Berasal dari kelompok yang membidani kelahiran Hamas, Morsi jelas harus mengambil kebijakan tegas atas serangan udara Israel yang mengakibatkan 92 warga Palestina tewas, sebagian anak-anak dan perempuan.
Dan, Morsi memang sudah melakukannya. Dia mengutuk serangan itu, menarik duta besarnya dari Tel Aviv, dan menghimbau Dewan Keamanan PBB untuk segera mengakhiri konflik berdarah yang juga mengakibatkan tiga korban tewas di pihak Israel tersebut. Sebagai bentuk dukungan kepada Palestina, Morsi mengirim Perdana Menteri Hisham Qandil ke Gaza.
Namun, Morsi juga sadar bahwa perekonomian Mesir sangat terbantu oleh Amerika Serikat, negeri ”induk semang” Israel, sebesar  2 miliar dolar AS (sekitar Rp19,2 triliun). Itulah hadiah yang diterima Negeri Sphinx tersebut karena selama ini telah bersikap ”manis” kepada tetangganya, Israel, terutama pada masa kepresidenan pendahulu Morsi, Hosni Mubarak.
Praktis, jalan termudah untuk segera keluar dari dilema itu bagi Morsi dan Mesir adalah segera mengupayakan gencatan senjata. Persoalannya, Hamas sejauh ini bersikeras untuk terus melawan. Kematian salah seorang komandan mereka, Ahmed Ja’abari, karena serangan udara Israel, kian menggumpalkan semangat.
Bak lingkaran setan, resistensi Hamas tersebut pada akhirnya semakin membuat Israel gelap mata. Menteri Pertahanan Ehud Barak sudah menyiagakan 16 ribu di antara total 100 ribu pasukan cadangan untuk melakukan gempuran darat ke Gaza.
Kalau benar terjadi, itu akan menjadi gempuran terbesar Israel ke wilayah tetangga mereka yang dikuasai Hamas tersebut sejak 1991. Bisa dibayangkan berapa besar jumlah korban yang akan berjatuhan, terutama di kubu Palestina. Serbuan selama 17 hari pada akhir 2008 hingga awal 2009 saja yang tak melibatkan pasukan sebesar itu mengakibatkan sekitar 1.500 jiwa melayang di Gaza, mayoritas anak-anak dan perempuan.
Karena itu, Morsi harus cepat bergerak. Dukungan yang ditunjukkannya sejauh ini kepada Gaza membuat Kairo menjadi pihak yang paling mungkin didengar oleh Hamas. Tetapi, tentu Morsi dan Mesir tidak bisa bergerak sendirian. PBB, AS, dan komunitas internasional juga harus terus menekan Israel agar segera meletakkan senjata dan duduk di meja perundingan.
Sebab, sejarah perseteruan dua pihak di Gaza tersebut selama ini sudah membuktikan bahwa perang tidak akan menyelesaikan apa-apa, hanya menyuburkan dendam. Israel sudah melihat sendiri, bertahun-tahun Gaza mereka blokade dan gempur, tetapi resistansi tak pernah mati. Satu warga Palestina tewas, seribu lainnya tumbuh menggantika.
Tulisan ini dimuat di Koran Pagi Wawasan, Kamis 29 November 2012 
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Solidaritas Indonesia Untuk Palestina Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda