Sesuai rencana pemerintah, implementasi
kurikulum 2013 di tingkat satuan pendidikan secara bertahap akan dilakukan pada
awal tahun pelajaran Juli 2013.Kini berbagai persiapan sudah dilakukan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
dalam pengantar Sidang Kabinet, Senin, 18 Februari 2013, juga menyatakan
perlunya sosialisasi kurikulum baru yang akan dilaksanakan pada tahun pelajaran
2013.
Kata Presiden, sampaikan bahwa yang kita
didik dan kita siapkan bukan hanya manusiamanusia Indonesia yang cerdas
semata,tapi juga yang tangguh mentalnya, sehat jasmaninya, toleran, dan rukun
terhadap saudaranya yang berbeda (Kompas,19/2/2013). Sebelumnya Wakil Presiden Boediono,
dalam acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan, meminta agar pelaksanaan
kurikulum jangan ditunda. Jika pelaksanaannya telah,yang rugi adalah peserta
didik, anak bangsa yang kelak akan memimpin negeri ini, saat Kemerdekaan Indonesia
memasuki usia 100 tahun pada 2045. Memang secara substansial, baik guru, orang
tua, maupun siswa tidak ada yang keberatan terhadap kurikulum 2013.
Riak kecil ada perbedaan yang selama ini
mengemuka diyakini, cepat atau lambat, akan selesai. Apalagi secara politis
panitia kerja kurikulum di DPR, yang terdiri atas unsurunsur fraksi, sebagian
besar telah menyatakan menerima kurikulum 2013. Dua organisasi besar
penyelenggara pendidikan di tingkat swasta pun, Muhammadiyah dan Lembaga
Pendidikan Ma’arif NU, tegas menyatakan siap mengimplementasikan kurikulum
2013.
Menyambut
Jika ada kurikulum yang disiapkan
melalui uji publik dan melibatkan banyak pakar serta lintas direktorat di
lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), mungkin baru
terjadi pada kurikulum 2013.
Karena itu, wajar jika masyarakat merespons
positif langkah itu. Masyarakat berharap kurikulum 2013 dapat benar-benar
mendorong peserta didik untuk mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan (mempresentasikan), apa yang diperoleh
atau diketahui setelah siswa menerima materi pembelajaran, sebagaimana tujuan
awal perubahan kurikulum ini. Inilah yang disebut kurikulum dengan pendekatan scientific
(ilmiah).
Jika boleh menggambarkan suasana di
lingkungan Kemendikbud, mereka yang terlibat di dalam penyiapan kurikulum 2013
pun mengakui bahwa baru kali ini sebuah kurikulum disiapkan dengan matang dan
terstruktur, melibatkan bukan hanya banyak narasumber dan pakar, melainkan juga
lintas direktorat.
Upaya Penyederhanaan
Inti dari kurikulum 2013 ada pada upaya
penyederhanaan dan tematik- integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak
generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu, kurikulum
disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan sebagai modal anak bangsa
untuk bersaing. Kurikulum 2013
sedikit-banyak juga akan menjawab “kegelisahan” orang tua selama ini yang
sering menyatakan bahwa para pelajar sekarang lebih berat bukunya ketimbang
timbangan berat badannya. Itulah sebabnya, penyederhanaan menjadi salah satu
kata kuncinya.
Di jenjang sekolah dasar (SD), dari
sepuluh mata pelajaran kini menjadi enam, disekolah menengah pertama (SMP) dari
sebelumnya dua belas menjadi sepuluh, sedang di sekolah menengah atas (SMA)
tidak lagi mengenal penjurusan. Tentu
pertimbangan penyederhanaan itu bukan semata soal beban, melainkan juga telah
melalui proses pengkajian baik terhadap hasil Programme for International
Student Assessment (PISA), Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS), maupun hasil Progress in International Reading Literacy
Study (PIRLS).
Terhadap hasil PISA misalnya, hampir
semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3, sementara
negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6. Dengan keyakinan bahwa
semua manusia diciptakan sama,interpretasi dari fakta ini hanya satu bahwa yang
diajarkan siswa di Indonesia berbeda dengan tuntutan zaman. Kajian terhadap isi mata pelajaran
pun dilakukan dan ditemukan fakta ada beberapa materi pada mata pelajaran
tertentu yang terlalu berat untuk diberikan dan dicerna peserta didik.
Penyederhanaan jumlah mata pelajaran juga diikuti dengan penambahan jam
pelajaran. Ini untuk peningkatan efektivitas pembelajaran.
Penambahan jam pelajaran ini
rasionalitasnya adalah perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu
menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi
berbasis proses dan output), memerlukan penambahan jam pelajaran. Di banyak
negara, seperti AS dan Korea Selatan, akhirakhir ini juga ada kecenderungan
menambah jam pelajaran. Diketahui juga bahwa perbandingan dengan negaranegara
lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat.
Peran Guru
Ada pertanyaan bernada khawatir terkait
dengan implementasi kurikulum 2013. Apakah sedemikian mendesak sehingga tahun
pelajaran 2013 kurikulum itu sudah harus diterapkan? Menjawab kekhawatiran itu,
sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah masuk agenda kementerian untuk
implementasi kurikulum 2013.
Pertama, terkait dengan buku pegangan
dan buku murid. Pemerintah kini sedang menyiapkan buku induk untuk pegangan
guru dan murid yang tentu saja dua buku itu berbeda konten satu dan lainnya. Kedua, pelatihan guru. Karena
implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, pelatihan kepada guru pun
dilakukan bertahap pula. Jika implementasi dimulai untuk kelas satu dan empat
di jenjang SD dengan 30% dari populasi SD,dan kelas tujuh di SMP,serta kelas
sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang akan diikutkan pelatihan pun tidak
seluruhnya.
Ketiga, tata kelola.Kementerian sudah
pula memikirkan terhadap tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Dengan
kurikulum 2013, tata kelola pun akan berubah. Sebagai misal administrasi buku
rapor. Karena empat standar dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, buku
rapor pun harus berubah.
Persoalannya,jangan sekalikali persoalan
implementasi kurikulum dihadapkan pada stigma persoalan yang kemungkinan akan
menjerat kita untuk tidak mau melakukan perubahan. Padahal kita sepakat, perubahan
itu sesuatu yang niscaya harus dihadapi mana kala kita ingin terus maju dan
berkembang. Bukankah melalui perubahan kurikulum ini sesungguhnya kita ingin
membeli masa depan anak didik kita dengan harga sekarang. Pada titik ini pulalah, peran guru
menjadi sangat-sangat penting. Guru dan kurikulum dapat diibaratkan dua sisi
mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Satu saja tidak ada, tidak memiliki nilai
apa-apa.
Pada diri guru sedikitnya ada empat
aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan
keterlaksanaan kurikulum 2013 yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi akademik
(keilmuan), kompetensi sosial, dan kompetensi manajerial atau kepemimpinan. Guru sebagai ujung tombak penerapan
kurikulum diharapkan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa
kemungkinan terjadi perubahan. Itu sebabnya, guru ke depan dituntut tidak hanya
cerdas, tapi juga adaptif terhadap perubahan.
Sumber: Wawasan 27/2/2013
0 komentar:
Post a Comment