Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Sunday 25 May 2014

Contoh Tugas Akhir Rincian Materi Sastra Kelas V Materi Membaca



Disusun Hamidulloh Ibda
Puisi
Rincian Materi Sastra Kelas 1
Materi Pembelajaran Sastra Kelas 1
Standar Kompetensi: 3. Memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata/menit dan membaca puisi.
Kompetensi Dasar    : 3.3  Membaca  puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Contoh:
Gambar
 
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat membaca puisi dengan ekspresi yang tepat
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Pragmatik (Reseptif)
Resptif menurut kamus bahasa Indonesia artinya mau (dapat) menerima, terbuka dan tanggap terhadap pendapat, saran, dan anjuran orang lain. Pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi. Pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatis dan subjek ekspresif, sebagai pembaca dan pengarang berbagi objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaannya, pengarang merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-funsinya dihilangkan, bahkan pada gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis (rewritten).
Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara historis (Abrams, 1976: 16) pendekatan pragmatik telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam Ars Poetica (Horatius). Meskipun demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya strukturalisme dinamik. Stagnasi strukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses estetis, yaitu pembaca (Mukarovsky).
Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ini menekankan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya sastra. Sejauh manakah keberhasilan pengarang dalam mengekspresikan ide-idenya. Sastra disebut baik tergantung pada niat pengarang. Dasar telaahnya adalah keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu karya yang bernilai tinggi. Komposisi dan ketepatan peramuan atau penyatuan unsur-unsur ekspresif disini akhirnya menjadi satu unsur sentral dalam penilaian.
Pendekatan Objektif
Pendekatan objektik adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Yang jelas penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya. Karena patokan pendekatan objektif sudah jelas, maka sering sekali pendekkatan ini di sebut dengan pendekatan struktural.

Teori Pembelajaran
Teori pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran membaca puisi anak yaitu teori strukturalisme. Teori ini menganggap karya sastra terdiri dari unsur-unsur pembangun teks yang saling berhubungan. Teori strukturalisme memusatkan analisis pada unsur-unsur struktur dengan melihat jalinan antarunsur. Pada prinsipnya, analisis struktural bertujuan membongkar dan memaparkan secermat keterkaitan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan karya secara menyeluruh.
Stanton membagi unsur-unsur instrinsik yang dipakai dalam menganalisis struktural karya sastra diantaranya, alur, karakter, latar, tema, saranasarana sastra, judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme dan ironi.
Alur: adalah rangkaian-rangkaian dalam sebuah cerita.
Karakter atau penokohan: karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita seperti ketika ada orang yang bertanya; "Berapa karakter yang ada dalam cerita itu?". Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu.
Latar atau setting: adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.
Tema: merupakan aspek cerita yang sejajar dengan "makna" dalam pengalaman manusia; suatu yang menjadikan suatu pengalaman yang diangkat.
Sarana-Sarana Sastra: merupakan metode pengarang memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Metode ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut sehingga pengalaman pun dapat dibagi.
Judul: judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga keduanya membentuk satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketika judul menuju pada sang karakter utama atau satu latar.
Sudut pandang: adalah posisi tokoh dalam cerita.
Gaya atau Tone: adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa.
Simbolisme: adalah tanda-tanda yang digunakan untuk melukiskan atau mengungkapkan sesuatu dalam cerita. 
Ironi: adalah cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya.

Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah pembelajaran menbaca puisi dapat menggunakan model pengajaran dengan menggunakan  pendekatan struktual. Dalam membacakan puisi, dikenal dengan tiga gaya, yaitu gaya potery reading, gaya deklamatoris, dan gaya teaterikal. Teknik pembelajaran membacakan puisi yang akan diuraikan adalah teknik membacakan puisi dengan gaya poetry reading. Teknik pembelajaran membacakan puisi ini dilakukan secara berkesinambungan. Teknik ini dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan struktural dan metafisika. Keduanya merupakan perpaduan yang diperlukan dalam membacakan puisi. Kedua pendekatan ini dipalikasikan dalam bentuk latihan-latihan dasar yang akrab dalam kehidupan berteater.
Sebelum melakukan pendekatan ini, siswa diharuskan untuk mencari puisi yang akan dibacakan. Siswa boleh memilih satu puisi dari berbagai macam sumber.
a.  Membaca berulang-ulang
Tahap ini merupakan tahap mengenali bentuk puisi. Dengan membaca berulang-ulang, akan diketahui bentuk puisi berikut makna yang hendak disam-paikan penyair. Tipografi puisi dapat digali hingga menemukan maksud penyair. Dalam hal ini guru harus memberi contoh pada anak bagaimana cara membaca berulang-ulang pada materi puisi yang dijarkan.
b.   Memberinya jeda
Setelah memahami bentuknya, berilah tanda jeda agar memperoleh rima yang enak didengar saat membacakan puisi nanti. Tanda jeda (/) diletakkan di antara kata yang hendak dipisah pelafalannya. Harapanya, dengan pemberian tanda jeda, dapat mempermudah untuk menyampaikan isi dari puisi kepada pendengar (penonton). Dengan pemenggalan tanda yang tepat, setidaknya makna yang disampaikan lebih baik.
c.  Mencari alur
Setiap karya sastra yang baik, tentu memiliki alur cerita yang ditandai dengan puncak alur sebagai konflik. Dalam puisi, penulis melihat adanya puncak konflik itu. Dengan menemukan alur, puisi dapat dibacakan secara tepat. Pembaca puisi harus bisa membedakan suara ketika sedang membaca-kan bait-bait yang merupakan penciptaan konflik, konflik, hingga penyelesaian konflik. Dengan demikian, siswa akan mengetahui bait-bait mana yang harus dibacakan secara maksimal.
d. Memahami makna secara intensif
Setelah melakukan tahapan di atas, tahapan terakhir adalah tahapan yang memerlukan waktu cukup lama untuk menafsirkan kembali makna puisi. Penafsiran ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Proses perenungan ba-banyak terjadi di sini. Tidak cukup 10-20 menit untuk mencari “nyawa” dari puisi yang dipilih, melainkan bisa memakan waktu 2-3 hari. Pada awal tahap ini harus dilakukan secara serius, kemudian boleh dilakukan di sela-sela aktivitas sehari-hari.
Penjabaran Langkah Kegiatan Guru dan Siswa
No
Langkah Pembelajaran Sastra dengan Demonstrasi
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Metode
1
Membaca Berulang-ulang
Tahap ini guru harus mengenalkan pada siswa bentuk puisi. Dengan membaca berulang-ulang, akan diketahui bentuk puisi berikut makna yang hendak disampaikan penyair. Tipografi puisi dapat digali hingga menemukan maksud penyair.
1) siswa diminta maju ke depan kelas dan membacakan puisi
--
2
Memberinya Jeda
Guru mencontohkan cara membaca puisi dengan memberi tanda jeda agar memperoleh rima yang enak didengar saat membacakan puisi nanti. Tanda jeda (/) diletakkan di antara kata hendak dipisah pelafalannya. Dengan pemberian tanda jeda, dapat mempermudah untuk menyampaikan isi dari puisi kepada siswa lain.
--
--
3
Mencari Alur
Guru menjelaskan pada siswa bagaimana cara mencari alur puisi. Karena dengan menemukan alur, puisi dapat dibacakan secara tepat. Dengan demikian, siswa akan mengetahui bait-bait mana yang harus dibacakan secara maksimal.
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.

4
Memahami makna secara insentif
Guru mengajak siswa memahami makna puisi secara intensif. Di sini guru harus membimbing siswa untuk memahami puisi yang sudah dibacakan dengan cara membentuk kelompok diskusi dan memaknai dengan jernih.
Siswa berkelompok dan memahami puisi.
Melakukan tanya jawab jika ada persoalan terhadap puisi yang didiskusikan anak.


6
Reinforcement
Guru memberikan penguatan terhadap hasil yang telah dicapai siswa.
Siswa menerima penguatan yang diberikan guru.
--


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan      : SD SMART-A School
Kelas / Semester         : I (Satu) / V (Lima)
Hari dan Tanggal        : Senin, 16 Desember 2013
Mata Pelajaran           : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 2 x 30 menit (1x pertemuan)
Standar Kompetensi
3. Memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata/menit dan
membaca puisi.

Kompetensi Dasar
       3.3  Membaca  puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Indikator
Menyimulasikan membaca puisi di depan kelas
Memadukan isi puisi dengan ekspresi yang tepat

Tujuan Pembelajaran
Dengan melihat demonstrasi pembacaan puisi yang dilakukan guru, siswa dapat menyimulasikan membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang sesuai
Dengan diskusi kelompok, tanya jawab, siswa dapat memadukan isi puisi dengan ekspresi tepat
Karakter Yang Diharapkan: Cekatan, Disiplin, Tanggunjawab, Peka

Materi Ajar
Puisi Kupu-kupu
Gambar

Metode dan Model Pembelajaran
Metode            :  Demonstrasi, Simulasi, Diskusi Kelompok, Tanya jawab
Model              :  Model Pembelajaran Cooperatif Learning

Langkah-Langkah Pembelajaran
Pra kegiatan (±5 menit)
Salam
Doa (karakter agamis)
Presensi
Pengkondisian kelas
Kegiatan awal (±10 menit)
Guru menyiapkan pembelajaran
Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Guru melakukan apersepsi dan motivasi:
Menyanyikan lagu “Kupu-kupu”.
Kupu-kupu
Kupu-kupu yang lucu
ke mana engkau terbang
hilir mudik mencari
bunga-bunga yang kembang
berayun ayun
pada tangkai yang lemah
tidakkah sayapmu
merasa lelah

Kupu-kupu yang elok
bolehkah saya serta
mencium bunga-bunga
yang semerbak baunya
sambil bersenda
semua kauhampiri
bolehkah kuturut
bersama pergi
Kegiatan inti (±35 menit)
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Guru menyiapkan teks puisi bagi siswa
Guru menyajikan pembacaan puisi berjudul “Kupu-Kupu” ditirukan oleh siswa (pendekatan objektif-strukturalisme)
Guru menunjukkan unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi (pendekatan objektif-strukturalisme)
alah seorang siswa diminta untuk mendemonstrasikan membaca puisi di depan kelas (pendekatan ekspresif)
Setiap siswa membacakan puisi di tempat duduk dengan diperhatikan teman sebangkunya (pendekatan ekspresif)
Siswa mengemukakan hasil analisis dan pengalaman membaca puisi
Guru membuat simpulan

Kegiatan akhir (±10 menit)
Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari
Guru memberikan penguatan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan siswa
Guru memberi tugas kepada siswa untuk evaluasi
Guru menyampaikan topik pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
Penilaian
Prosedur Tes :
Tes awal          : tidak ada
Tes proses       : ada berupa lembar pengamatan (terlampir)
Tes akhir         : ada berupa soal evaluasi (terlampir)

Jenis Tes : Demonstrasi, lisan, tertulis
Alat Tes  : Lembar soal, lembar pengamatan
Media dan Sumber Belajar
Media:  Teks puisi kupu-kupu anak, buku
Sumber : 
Silabus BSNP. 2006. Model Silabus Kelas I. Jakarta: BSNP.
Standar Proses dan Standar Isi
Jaruki, Muhammad. 2008. Bahasa Kita Bahasa Indonesia untuk SD/MI kelas V (BSE). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyatno. 2009. Menjelalah Pembelajaran Inovatif. Sidoarja: Masmedia Buana Pustaka
Semarang, 14 Desember 2013
Kepala Sekolah                                                                     Guru Kelas

…………………..                                                            Hamidulloh Ibda
            ………………..                                                     NIM 0103513094
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Contoh Tugas Akhir Rincian Materi Sastra Kelas V Materi Membaca Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda