Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday 23 May 2014

Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Pembentukan Karakter


Kata Pengantar
Segala puji syukur penuli haturkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis diberi kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.  Dengan segala upaya, akhirnya penulis menyelesaikan makalah berjudul Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia.


Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd dan Dr. Khomsun Nurhalim, M.Pd., selaku Dosen pengampu mata kuliah Landasan Kependidikan yang telah mencerahlan penulis.
Semua keluarga, teman dan pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini.

Banyak kesalahan yang terjadi dalam makalah ini. Sehingga penulis mohon kritik dan saran membangun untuk kemajuan dan perbaikan ke depan.

Semarang, 15 Desember 2013
Penyusun

ABSTRAK
Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah diharapkan tidak hanya mampu mengembangkan kemampuan akademik saja, tetapi juga mampu membentuk karakter atau pribadi peserta didik. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam berbagai segi pendidikan di sekolah, salah satunya yaitu ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia.  Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi yang mendukung dalam pembelajaran. Bahasa Indonesia dapat dimasuki nilai-nilai pendidikan karakter dalam materi maupun uji kompetisi. Masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah: apa saja nilai-nilai pendidikan karakter pada kompetensi membaca dalam bahasa Indonesia? Berkaitan dengan masalah tersebut, makalah ini bertujuan untuk memaparkan nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terdapat pada kompetensi membaca dalam bahasa Indonesia.

Pendidikan karekter sesungguhnya bisa diintegrasikan dalam berbagai hal untuk membentuk karakter siswa. Pendidikan karakter terdiri dari kata “pendidikan” dan “karakter”. Pendidikan merupakan sebuah kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat tindakan edukatif dan didaktis yang diperuntukkan bagi generasi yang sedang bertumbuh. Sedangkan karakter dianggap sebagai kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari tindakan-tindakan yang diterima dari lingkungan.

Pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral individu yang ada dalam lembaga pendidikan. Penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai individu merupakan tujuan dari pelaksanaan pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter yang terutama dinilai adalah perilaku. Pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang bekerja dalam lingkup pendidikan itu sendiri. Dalam makalah ini akan dikupas tuntas tentang penerapan pendidikan karakter yang diselipkan pada pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia sebenarnya mampu menjadi sarana pembentuk karakter anak. Karakter seseorang tidak terbentuk dalam hitungan detik namun membutuhkan proses yang panjang dan melalui usaha tertentu. Mulyasa (2011:1) mengungkapkan beberapa contoh usaha untuk membina karakter misalnya anjuran atau suruhan terhadap anak untuk duduk diam, tidak berteriak-teriak agar tidak mengganggu orang lain, bersih badan, rapih pakaian, hormat terhadap orang tua, menyayangi yang muda, menghormati yang tua, menolong teman dan seterusnya merupakan proses membentuk karakter seseorang.

Usaha-usaha tersebut dapat terlaksana dengan baik jika dibiasakan sejak dini. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dekat dengan anak-anak usia dini, oleh karena itu sekolah dalam proses penyusunan bahan ajar tiap mata pelajaran perlu mengintegrasikan atau mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam pendidikan karakter. Salah satu mata pelajaran yang dapat membantu pembentukan dan pengembangan karakter di SD adalah Bahasa Indonesia.

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa termasuk media komunikasi maka bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang artinya melalui bahasa seseorang dapat diketahui kepribadiannya atau karakternya (Pranowo, 2011:3). Dengan demikian, bahasa merupakan salah satu bidang yang memegang peranan penting untuk membentuk karakter seseorang.

Peranan bahasa khususnya bahasa Indonesia bagi anak usia SD sangatlah penting terutama untuk bertutur baik itu lisan maupun tulisan, sehingga mampu membantu anak untuk membentuk karakternya. Pranowo mengungkapkan bahwa berbahasa secara baik, benar dan santun dapat menjadi kebiasaan yang dapat membentuk pribadi seseorang menjadi lebih baik. Pentingnya bahasa dalam membentuk dan mengembangkan karakter terungkap juga dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP mengungkapkan bahwa bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain (Depdiknas, 2006:113).

Siswa diharapkan mengalami perkembangan intelektual, sosial dan emosional serta mampu mengenal budayanya dan budaya orang lain sebagai wujud dari sebuah karakter. Maka dari itu, empat keterampilan pada bahasa Indonesia merupakan keterampilan bahasa yang dapat membantu perkembangan siswa tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru dituntut untuk mengintegrasikan nilai-nilai hidup yang bermakna dalam membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang secara utuh dan menjadi warga negara yang kreatif dan bijaksana dalam kehidupan bersama.

Rumusan Masalah
Bagaimana pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran bahasa Indonesia?
Bagaimana implementasi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pembentukan karakter siswa?

BAB II
Pembahasan
Pembentukan Karakter Siswa
Mengajarkan bahasa Indonesia bagi seorang guru, bukan hanya mengajarkan sebuah bahasa yang menjadi bahasa nasional bagi masyarakat, bangsa Indonesia, melainkan sebuah ritme kegiatan mengajar yang tidak bisa dikesampingkan dan penuh tantangan. Memang benar bahwa bahasa ini merupakan bahasa negara kita, tapi selama ini apakah seorang guru sudah dapat membimbing siswanya untuk dapat mengenal, mengetahui dan menggunakan bahasa ini untuk kelak menjadi seorang negarawan yang unggul dan berkarakter dalam berbahasa.

Membelajarkan bahasa Indonesia di tingkatan sekolah dasar ditujukan untuk memunculkan empat kompetensi dasar (KD) siswa dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, kemudian dari keempat KD tersebut akan muncul beberapa KD yang merupakan turunan atau paduan 2 KD atau lebih seperti bermain peran (paduan KD mendengarkan, berbicara, membaca bahkan menulis naskah peran), deklamasi dan berpuisi (turunan KD berbicara) dan membuat puisi (turunan KD menulis). Bagi seorang guru, mengajarkan sebuah ilmu bukan hanya sekedar mentransferkan ilmu saja tetapi bagaimanakah membangun konsep ilmu yang telah diajarkan untuk dapat diaplikasikan dalam pengalaman belajar yang bermanfaat bagi kehidupan siswa, atau kita kenal dengan istilah ketrampilan hidup (life skill).
Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia maka dapat difokuskan dalam bentuk pembinaan ketrampilan hidup kebahasaan. Kemunculan ketrampilan hidup kebahasaan inilah yang nantinya diharapkan dapat menumbuhkan karakter siswa dengan berbahasa Indonesia. Karakter inilah yang nantinya dapat menjadikan seorang siswa yang memiliki potensi kebahasaan dapat menjadi seorang deklamator, sastrawan, negosiator, aktor ataupun penulis yang berkompeten. Lalu, bagaimanakah menumbuhkan karakter kebahasaan siswa dengan berbahasa Indonesia?

Karakter Kebahasaan
Menumbuhkan karakter kebahasaan siswa dengan berbahasa Indonesia dalam membelajarkan siswa dapat dilakukan melalui beberapa hal.

Kemasan pembelajaran
Kemasan pembelajaran yang dimaksud adalah penyajian pembelajaran
yang varaiatif, kreatif dan inovatif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan dukungan guru yang kreatif. Ada kalanya perlu digunakan sebuah cara penyampaian yang berbeda dengan buku teks tetapi masih berorientasi dengan pemenuhan kompetensi dasar siswa seperti membiasakan siswa menulis buku harian pada hari tertentu pada saat pembelajaran bahasa Indonesia.

Dengan kebiasaan menulis buku harian, secara tidak langsung siswa dapat belajar untuk memenuhi KD menceritakan secara tertulis atau berbicara dengan tulisan. Dalam orientasi jangka panjang, bagi seorang siswa yang memiliki potensi menulis dapat mengasah potensinya untuk menjadi seorang penulis. Mengajarkan mengenal kata dengan permainan tebak kata dan rangkai kata secara implisit dapat menunjukkan minat siswa dalam kegiatan mendengar dan berbicara.

Menulis puisi dan mendeklamasikan melatih KD menulis, membaca dan berbicara, jika seorang anak memiliki minat dalam kegiatan ini maka dapat dijadikan sebagai awalan ketrampilan hidup kebahasaan menjadi seorang deklamator. Membuat poster atau komik dengan tema tertentu dengan tambahan komentar siswa, melatih ketrampilan keluasan spasial linguistik siswa yang membentuk karakter seorang komikus. Diskusi dengan tema tertentu melatih ketrampilan siswa dalam bekerja bersama tim dan menghargai orang lain. Presentasi hasil karya dengan pengembangan KD berbicara yang melatih ketrampilan kepemimpinan. Bermain peran yang diawali dengan penulisan naskah merupakan paduan KD menulis, membaca, berbicara dan mendengar. Berlatih peran ini tentunya dapat mengarahkan karakter kebahasaan siswa untuk menjadi seorang aktor.

Mengolah Potensi Siswa 
Setiap siswa adalah unik. Antara satu dan yang lain memiliki potensi yang berbeda. Peran guru dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru dapat menjadi fasilitator penumbuhan dan pengembangan potensi siswa yang berbeda untuk ditumbuhkan karakter kebahasaanya. Dalam poin pertama, kemasan pembelajaran, ada beragam cara yang dapat digunakan guru untuk membelajarkan bahasa Indonesia dengan cara yang kreatif, setiap cara tentunya mengarah pada satu potensi tertentu, seperti menulis buku harian akan mengarahkan karakter kebahasaan siswa untuk menjadi seorang penulis. Lalu bagaimanakah menumbuhkan potensi siswa yang tidak suka menulis tetapi suka bercerita?

Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat sebuah grup bagi anak yang gemar bercerita untuk mewadahi potensinya. Grup ini dapat menjadi wadah pengembangan karakter kebahasaan siswa menjadi aktor atau pemain peran. Dengan mengetahui potensi kebahsaan setiap anak, tentunya seorang guru dapat menentukan strategi yang digunakan untuk menumbuhkan karakter kebahasaan siswanya.

Motivasi
Usaha untuk menumbuhkan karakter kebahasaan siswa, tentunya tidak hanya sebatas memberikan kemasan pembelajaran yang menarik dan pemetaan potensi kebahasaan siswa. Guru sebagai fasilitator kelas dapat memberikan motivasi kepada siswa baik saat dalam pembelajaran ataupun di luar jam belajar. Motivasi ini diberikan dengan tujuan untuk menguatkan potensi kebahasaan yang dimiliki dan diharapkan dapat meumbuhkan karakter kebahsaan siswa. Tujuan lain dari pemberian motivasi ini adalah untuk menumbuhkan potensi kebahasaan bagi siswa yang memiliki minat kebahasaan yang rendah, minimal siswa tersebut mengenal dan mengetahui empat Kompetensi Dasar (mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis).

Aksi Kebahasaan Siswa
Setelah mengetahui bagaimana mengemas pembelajaran, mengolah potensi siswa dan memotivasi siswa, hal lain yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan karakter kebahasaan siswa adalah dengan memyusun sebuah kegiatan yang bertemakan aksi kebahasaan siswa. Dalam kegiatan ini, siswa dan guru bersama- sama menampilkan hasil karya dan belajar siswa dengan disaksikan orang tua siswa ataupun masyarakat secara umum. Bagi siswa yang suka berpuisi, mereka dapat menampilkan aksinya. Bagi siswa yang menyukai drama ataupun teatrikal, mereka bisa menunjukkan aksi panggungnya. Bagi siswa yang suka membuat poster ataupun komik, mereka dapat mempublikasikan hasil karyanya. Semua karya siswa tersebut dapat dijadikan sebagai bukti hasil pencapaian pembelajaran bahasa Indonesia yang berorientasi pada pembentukan karakter kebahasaan siswa dengan bahasa Indonesia.

Rekaman Kebahasaan
Rekaman kebahasaan merupakan sebuah alat evaluasi bagi guru untuk mengetahui perkembangan karakter kebahasaan siswanya. Bentuk rekaman ini dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan guru. Model pengisiannya pun sesuai dengan kreatifitas guru. Muatan dalam rekaman ini dapat dijabarkan sebagai gambaran kegiatan yang dilakukan oleh setiap anak berdasarkan potensi kebahsaan yang dimiliki serta rincian perkembangna karakter kebahsaan anak. Dari kelima hal tersebut, seorang guru yang mengajarkan bahasa Indonesia ditingkatan dasar tentunya dapat memberikan pembelajaran yang lebih menarik.

Pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya sebatas mengajar untuk pemenuhan kompetensi dasar dari kurikulum yang digunakan, tetapi juga menjadi sarana untuk menumbuhkan karakter kebahasaan siswa dengan berbahasa Indonesia. Bahasa kita adalah bahasa yang mampu mengantarkan anak didiknya kelak menjadi seorang negarawan unggul dan kompetitif. Mereka adalah sosok generasi penerus bangsa yang akan memperkaya khasanah bangsa dengan karakter kebahasaan yang dimiliki.

Macam-macam Karakter Siswa
Manusia adalah makhluk individu dan sosial yang memiliki kelemahan dan kelebihan. Selain itu, manusia tidak dapat hidup dan tidak berdaya tanpa bantuan oang lain. Bantuan yang diberikan oleh manusia lain itu sebagai perwujudan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bermacam-macam cara yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam membantu individu lainnya. Misalnya para guru membantu para orang tua dalam mendidik anaknya. Anak berperan sebagai peserta ddik sehingga setiap guru harus  mempunyai tanggung jawab untuk ikut berperan dalam membentuk kepribadian yang lebih baik dan mengajarkan ilmu agar kelak dapat menjadi insan yang berintelektual dan berguna bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Meskipun peran guru ini sebenarnya bukan komponen utama dalam menentukan kepribadian peserta didiknya.

Buchori mengungkapkan “kepribadian berarti integrasi dari seluruh sifat seseorang baik sifat-sifat yang dipelajarinya maupun sifat-sifat yang diwarisinya, yang menyebakan kesan yang khas, unik  pada orang lain”. Memahami karakteristik  kepribadian peserta didik tidaklah mudah. Sehingga antara pendidik dengan peserta didik sama-sama belajar. Dari proses belajar tersebut, banyak pendapat-pendapat atau hasil penelitian tentang macam-macam kepribadian peserta didik yang bertujuan agar terjadi kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Jika dalam kehidupan atau ruang lingkup pendidikan, salah satunya dapat bertujuan untuk memperlancar proses pembelajaran agar sasaran dan ilmu yang disampaikan dapat maksimal saat diterima masing-masing peserta didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa memahami kepribadian peserta dapat dianggap modal atau langkah awal para pendidik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Karakteristik kepribadian sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena pelajaran atau materi dapat dipahami oleh peserta didik saat peserta didik dapat fokus terhadap apa yang sedang dibahas. Sebelum membuat peserta didik fokus terhadap materi atau pelajaran yang pendidik berikan, langkah awal pendidik adalah membuat peserta didik fokus kepada pendidik. Apabila para pendidik telah berhasil membuat fokus para peserta didik kepada pendidik, maka dengan mudahnya para pendidik melangsungkan kegiatan belajarnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk memberi tahu tentang macam-macam kepribadian anak.

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.

Karakter mulia berari individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis, sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertidak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakter adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).

Karakteristik siswa SD
Ada beberapa bentuk karakteristik siswa SD
Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri.
Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira / riang.
Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal yang dihadapinya, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru dan tidak akan pernah mau diatur oleh orang lain.
Mereka belajar dengan cara mengikuti atau berinisiatif dari apa yang temannya/orang lain dapat.
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit.
Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
Pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri.
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.

Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Pembentukan Karakter
Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai wahana pembentukan karakter siswa bisa melalu berbagai pendekatan. Situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri. Guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Seharusnya guru dapat menyesuaikan pola tingkah laku dalam mengajar terhadap situasi yang dihadapi. Seperti halnya diungkapkan oleh Umar dan Syambasril dalam bukunya mengungkapkan bahwa seorang guru yang baik perlu memiliki persyaratan sehingga dapat melaksanakan tugasnya sebagai berikut.
Penguasaan materi pelajaran
Kemampuan menerapkan prinsip-prinsip psikologi
Kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar
Kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi.

Keempat persyaratan di atas merupakan faktor yang sangat penting dan harus dimiliki seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Sardiman (2004:166), mengemukakan bahwa sebagai seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas perlu memperhatikan hal sebagai berikut.
Menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan jelas.
Pertanyaan yang diajukan cukup merangsang untuk berpikir, mendididk dan mengenai sasaran.
Memberikan kesempatan atau mencapaikan kondisi yang dapat menimbulkan pertanyaan dari siswa.
Terlihat adanya variasi dalam pemberian materi dalam kegiatan.
Guru selalu memperhatikan reaksi dan tanggapan yang berkembangan pada diri siswa baik verbal maupun nonverbal.
Memberikan pujian dan penghargaan bagi jawaban yang tepat bagi siswa dan sebaliknya mengarahkan jawaban yang kurang tepat.

Guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar dituntut memiliki berbagai keterampilan dalam menyelenggarakan kegiatan pengajaran di kelas yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan, agar proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, (PERMENDIKNAS NO.19 TAHUN 2005), meliputi kegiatan pendahuluan, Kegiatan inti, dan Kegiatan penutup.

Kegiatan pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru menyiapkan kondisi pembelajaran agar peserta didik terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran.
Guru mencatat kehadiran peserta didik.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik untuk mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, insprinsif, menyenangkan dan lainnya. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a) Eksplorasi
 Dalam kegiatan eksplorasi, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru membimbing peserta didik untuk mendemontrasikan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan topik/tema yang akan dipelajari.
Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan mendalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dari berbagai sumber belajar dan memanfaatkan alam dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
Guru menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lainnya.
Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan    pembelajaran.
Guru memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan dilaboraturium, studio,   dan lapangan.
b) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
Guru memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru secara lisan maupun tulisan.
 Guru memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, memecahkan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.
Guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaborasi.
Guru memfasilitasi  peserta didik berkompetensi secara sehat untuk  meningkatkan prestasi belajar.
Guru memfasilitasi  peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tulisan, secara individual maupun kelompok.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.
Guru memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

c. Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup, pendidik melaksanakan hal sebagai berikut.
Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran.
Guru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Guru melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Guru memberi umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Guru melakukan kegiatan perencanaan tindak lanjut.
Guru memotivasi peserta didik untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri.
Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan mengajar harus merupakan suatu rangkaian utuh dari setiap tahapan mengajar. Artinya tahap demi tahap harus tampak secara berkesinambungan dari awal sampai akhir pelajaran. Secara umum menurut Sudjana (1989:68) ada tiga tahapan besar dalam mengajar, yakni: ”Tahapan Pemula, Tahapan Pengajaran, dan Tahapan Penilaian atau Tidak Lanjut.”

Guru harus mampu mengimplementasikan pembelajaran sebagai wahana pembentukan karakter siswa. Inilah letak keterampilan profesional guru, khususnya dalam melaksakan kegiatan belajar-mengajar. Kemampuan mengajar seperti yang dilukiskan dalam uraian di atas secara teoritis mudah dikuasai, namun dalam prakteknya tidak mudah digambarkan seperti di atas.
Oleh karena itu  Hasibuan menjelaskan ada beberapa keterampilan dasar diutamakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, supaya dapat terpadu dengan baik ketiga tahapan di atas dan kegiatan belajar mengajar bisa mencapai tujuan pembelajaran yang didinginkan. keterampilan dasar yang diutamakan sebagai berikut.
1. keterampilan memberikan penguatan
2. keterampilan bertanya
3. keterampilan menjelaskan
4. keterampilan membuka dan menutup pelajaran
5. keterampilan menggunakan variasi
6. keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
7. keterampilan mengelola kelas
8. keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.

Inilah tahapan yang harus dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar yang ditunjang dengan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana di atas. Keberhasilan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas sangat bergantung pada guru dalam menguasai kelas dan menerapkan kemampuan yang dimiliki sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas dapat berlangsung dengan baik.

BAB III  PENUTUP
Simpulan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya kelas 2, akan menjadi sangat efektif, bermakna, dan berhasil mencapai tujuan jika guru mempertimbangkan berbagai faktor yang ada pada siswanya seperti motivasi, tipe belajar, lingkungan belajar yang disenangi, kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa.

Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa. Kesalahan-kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus dapat dijadikan motivasi siswa untuk belajar memperbaiki kesalahan tersebut dan mengetahui kebenaran atas kesalahan tersebut. Di sinilah peran guru untuk meluruskan dan mengarahkannya.

Metode- metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain : metode langsung, metode alamiah, metode tata bahasa, metode terjemahan, metode linguistik,metode pembatasan bahasa, metode SAS, metode bibahasa dan metode unit. Teknik teknik  yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain : teknik ceramah, teknik Tanya jawab, teknik diskusi kelompok, teknik pemberian tugas, teknik bermain peran, teknik karya wisata dan teknik sinektik.

Saran
Kita sebagai calon guru yang akan mengajar di sekolah Dasar hendaknya mengetahui tentang apa apa saja yang harus dipahami oleh kita sebagai calon guru. Jangan sampai kita mengajar dengan asal asalan karena itu akan membuat ketidak nyamanan bagi siswa. Di biasakan setiap kita akan mengajar kita terlebih dahulu harus mempunyai rencana pembelajaran atau yang biasa di sebut RPP, mengapa demikian agar pembelajaran kita terencana. Jadi kita dapat mengetahui tema apa yang akan di bahas metode apa saja yang akan digunakan dan teknik apa saja yang akan dipakai. Oleh karena itu kita harus selaku calon guru harus mengetahui teori-teori tersebut sehingga dapat dituangkan dalam proses pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakatra: Balai Pustaka
Hamka Abdul Aziz. 2011. Membangun Karakter Bangsa. Surakarta: Pustaka Al Mawardi
Heri Gunawan, S.Pd.I., M.Ag. 2011. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta
Kadir, dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Supriyoko. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban. Jakarta: Samudera Biru
Sutarjo Adisusilo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Rajagrafindo
http://bahasa.kompasiana.com/2013/07/10/bahasa-sebagai-sarana-pembentukan-karakter-575791.html (Diskases Tanggal 5 Oktober 2013 Pukul 21.30)
http://balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/545-kurikulum-pendidikan-yang-berkarakter.html
http://www.pendidikankarakter.com/macam-macam-kepribadian-anak/ (Diskases Tanggal 02 Desember 2013 Pukul 22.21)
http://www.bk07.web.id/2013/07/macam-macam-karakter-siswa-dan.html (Diskases Tanggal 5 Desember 2013 Pukul 22.35).
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Pembentukan Karakter Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda