Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Thursday 8 May 2014

Mimpi Doni



Oleh Hamidulloh Ibda

Maju tak gentar
Membela yang benar
Maju tak gentar
Hak kita diserang
Maju serentak
Mengusir penyerang
Maju serentak
Tentu kita kita menang
Bergerak bergerak
Serentak Serentak
Menerkam Menerjang Terkam
Tak gentar tak gentar
Menyerang menyerang
Majulah majulah menang
Setelah aku menyanyikan lagu karangan Cornel Simanjuntak di depan kelas, teman-teman memberikan tepuk tangan cinta padaku. Ya, hari ini Senin, hari kegembiraanku. Guruku juga memberikan pelajaran tentang perjuangan para pendiri bangsa, pahlawan yang tak gentar melawan penjajah.
“Hari ini, tugas kalian adalah mengisi kemerdekaan dengan belajar. Raihlah cita-cita setinggi langit, agar kalian mampu membahagiakan kedua orang tua, dan mengharumka nama bangsa.” Demikian sekelumit motivasi dari guruku saat di kelas.
Doni Setiawan. Itulah nama yang disematkan ayah padaku sejak aku lahir ke dunia yang anggun ini. Meskipun ayahku hanya petani, tapi menjadi profesor adalah cita-citaku tertinggi agar bisa membahagiakan ibu dan bapakku.
Kata guruku, untuk menjadi seorang profesor, aku harus belajar rajin belajar, berpacaran dengan buku, berteman dengan ilmuwan dan harus berkelahi dengan waktu. Dipaksa pecahkan malas, kepalkan tangan untuk menggenggam harapan.
Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung. Demikian pesan guruku setiap kali di kelas yang artinya siapa saja mengganggu akan lebur, yang menghalangi akan hancur. Kata-kata guruku itu menjadi semangatku untuk mencapai impian dan harus ku gentakkan.
Sebelum mendapat wejangan tersebut, aku selalu bermalas-malasan untuk membaca buku. Temanku, Rian dan Anton juga demikian. Mereka tiap kali tak ajak untuk belajar selalu mengelak dan malah mengajakku untuk bermain bola.
Aku kesal padanya karena mereka tidak bisa diajak menjadi pemenang. Memang impian orang berbeda, si Rian ingin jadi pemain bola, sedangkan Anton ingin menjadi bisnisman seperti ayahnya.
“Jika kamu ingin jadi profesor, belajar lah yang rajin, pokoke maju terus pantang mundur, Don”. Demikian kalimat yang sering dilontarkan Rian padaku. Ia memang agak manja, tapi semangatnya kuat untuk jadi pemain bola.
Suatu ketika aku pernah bertanya pada Rian. “Menurutmu, menjadi profesor itu mudah atau sulit sih?” tanyaku padanya. Rian menjawab, ah itu mudah, asalkan ada keinginan kuat, pasti kau dapat meraihnya, Don. Ingat kata guru kita Pak Joni, Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung. “Maju terus pantang mundur lah, Don,” katanya.
Anton juga terus menjadi teman yang tak henti memberikan suntikan semangat padaku. Baginya, apa saja yang ada dibenak pikiran kita harus dilakukan, jangan cuma diimpikan. Sopo temen, bakal tinemu (barang siapa bersungguh-sungguh, ia akan berhasil). Itu salah satu kalimat yang menjadi jurusnya ketika memberikan semangat padaku.
Mendengar motivasi Rian, impian bertambah kuat dan bulat. Aku ingin menjadi profesor yang hebat, memiliki banyak karya nyata yang berguna untuk bangsa. Meskipun aku belum pernah menjadi juara kelas, tapi aku tak mau jadi macan di kandang kucing. Namun, aku ingin jadi macan di kandang macan.
Benar apa kata ibuku, jadilah anak yang luar biasa, jangan yang biasa-biasa saja. Ibuku juga pernah berpesan padaku, jika kamu ingin membahagiakan keluarga, jangan jadi anak pemalas, jadilah anak yang rajin belajar, tak bolong salatnya dan jangan pernah putus asa.
Ya, setidaknya semester ini aku harus juara kelas dan mendapat tiket untuk lomba cerdas-cermat di kabupaten. Setelah lulus SD, aku mau daftar di SMP dan SMA 1 Pati. Setelah itu, aku mau kuliah di UI dan sampai S3 nanti akan kuperjuangan.
Doakan, teman, aku ingin jadi juara kelas, dapat beasiswa dan impianku menjadi profesor akan menjadi kenyataan.

Semarang, 5 Mei 2014
Cerpen ini dikumpulkan sebagai tuga Cerpen Anak mata kuliah Teori Sastra PPs Unnes
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

1 komentar:

Item Reviewed: Mimpi Doni Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda