Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday 23 May 2014

Makalah Analisis Masalah-Masalah Pendidikan di Indonesia


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan serta masalah-masalah baru. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertama karena sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri, kedua karena usaha pendidikan harus mengantisipasi hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia.


Kualitas Pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Berdasarkan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Sedangkan menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.

Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah dan menghadapi berbagai permasalahan. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis masalah pendidikan di Indonesia dan upaya pemecahannya.

Rumusan Masalah
Apa saja permasalahan pokok pendidikan di Indonesia?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan?
Bagaimana upaya pemecahan masalah pendidikan di Indonesia?

PEMBAHASAN
Permasalahan Pokok Pendidikan di Indonesia
Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.

Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.

Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (Calistung) sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan.

Untuk pendidikan formal atau persekolahan, terdapat kebijaksanaan penyediaan memperoleh kesempatan pendidikan dari setiap jenjang pendidikan yang ditempuh. Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan tersebut berdasarkan pada faktor kuantitatif, yaitu pemberian bekal dasar pendidikan yang sama kepada seluruh warga negara. Pada jenjang pendidikan menengah dan atas, kebijakan tersebut lebih didasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan peserta didik, keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu dan teknologi.

Untuk pendidikan informal atau luar sekolah, usaha pemerataan pendidikan dapat berjalan dengan pesat. Hal ini dikarenakan oleh dua faktor, pertama yaitu faktor perkembangan iptek yang menawarkan berbagai macam alternatif model pendidikan untuk memperluas pelayanan kesempatan belajar serta menambah pengetahuan mengenai teknologi. Faktor kedua yaitu faktor konsep pendidikan sepanjang hidup yang tidak membatasi usia seseorang untuk menuntut ilmu dan tidak terbatas hanya pada sarana-prasarana pendidikan yang tersedia.

Masalah Mutu Pendidikan
Masalah mutu pendidikan muncul ketika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperi yang diharapkan. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia pendidikan dan sistem pendidikan yang kita pakai dapat menjadi penyebab dari permasalahan tersebut. Banyaknya pelajar Indonesia masih belajar dalam taraf menghafal saja. Dimana hanya berbekal hafalan tidak membuat tambahnya suatu kecerdasan maupun tambahnya kedewasaan seseorang. Di dalam belajar seharusnya disertai pemahaman terhadap suatu materi, sehingga pemahaman tersebut akan benar-benar menancap pada otak pelajar. Dan pada akhirnya, ketika ia harus terjun dalam masyarakat ia akan benar-benar bisa mengaplikasikan ilmu yang pernah ia pelajari tersebut.

Mutu pendidikan dapat diketahui pada kualitas keluarannya (output). Masyarakat tidak akan melihat proses bagaimana ia belajar. Yang dilihat hanyalah hasil akhir dari sekian lama ia menempuh pendidikan. Permasalahan yang banyak muncul sekarang adalah, apakah kualitas keluaran dari sistem pendidikan itu termasuk dalam pribadi yang benar-benar berkualitas sebagai manusia pembangunan. Dalam hal ini mampu membangun dirinya sendiri dan lingkungannya. Tetapi jelas tidak mudah mengukur mutu produk keluaran tersebut. Hal inilah yang membuat masyarakat menilai seseorang hanya pada hasil keluarannya saja, tanpa melihat proses pembelajaran dan proses mendapatkan keluaran tersebut.

Padahal sangat jelas, bahwa hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal, maka akan sulit mendapat hasil yang maksimal. Tapi bila proses belajar tidak optimal tetapi hasil yang dicapai baik, maka bisa dipastikan bahwa hasil yang dicapai itu semu.

Mutu komponen pendidikan juga tergantung pada letak geografis tempat dimana komponen pendidikan itu berada. Umumnya di daerah pedesaan utamanya daerah terpencil mutu komponen pendidikannya lebih rendah daripada di daerah perkotaan. Usaha pemerataan pendidikan bertujuan untuk memeratakan mutu pendidikan di setiap jenjang agar terjadi peningkatan mutu pendidikan di setiap daerah, baik itu desa maupun kota sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.

Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi.
Masalah efisiensi pendidikan meliputi tenaga kependidikan dan sarana prasarana pendidikan.
Masalah pengangkatan tenaga kependidikan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas. Pada masa 5 tahun terakhir ini, jatah pengangkatan setiap tahunnya hanya sekitar 20% dari kebutuhan tenaga di lapangan. Sedangkan persediaan tenaga yang siap diangkat lebih besar daripada kebutuhan di lapangan. Dengan demikian, lebih dari 80% tenaga yang tersedia tidak segera difungsikan.

Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang studi, sering terterjadi kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Suatu sekolah menerima guru baru dalam bidang studi yang sudah cukup atau bahkan sudah kelebihan, sedangkan guru bidang studi yang dibutuhkan tidak diberikan karena terbatasnya jatah pengangkatan sehingga pada sekolah-sekolah terentu seorang guru bidang studi harus merangkap mengajarkan bidang studi di luar kewenangannya, misalnya guru bahasa harus mengajar IPA.

Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru. Setiap pembaharuan kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan. Dapat dikatakan umumnya penanganan pengembangan tenaga pelaksana di lapangan (yang berupa penyuluhan, latihan, lokakarya, penyebaran buku panduan) sangat lambat. Padahal proses pembekalan untuk dapat siap melaksanakan kurikulum baru memerlukan waktu. Akibatnya terjadi kesenjangan antara perencanaan dengan pelaksanaan kurikulum baru.

Gejala tentang tidak adanya efisiensi dalam penggunaan sarana pendidikan yaitu diadakannya dan didistribusikannya sarana pembelajaran tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan, sikap, dan keterampilan calon pemakai, ataupun tanpa dilandasi oleh konsep yang jelas.

Masalah Relevansi Pendidikan
Relevansi menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti hubungan atau kaitan. Maksudnya yaitu hubungan antara hasil keluaran (output) pendidikan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh pembangunan. Tugas pendidikan yaitu menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan mampu menghasilkan output dari proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Output pendidikan diharapkan mampu mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka ragam. Jika sistem pendidikan mampu menghasilkan output yang baik, potensial dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.

Umumnya output yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan jumlahnya lebih besar daripada tenaga yang dibutuhkan di lapangan. Namun sebaliknya, ada tenaga kerja yang dibutuhkan di lapangan, tapi kurang diproduksi atau bahkan tidak diproduksi. Ketidakseimbangan ini tentunya dapat menambah permasalahan dalam dunia pendidikan.

Jumlah output yang lebih besar daripada tenaga yang dibutuhkan menyebabkan terjadinya penumpukan jumlah tenaga kerja yang menunggu pekerjaan setiap tahunnya. Hal lain yang mendukung masalah relevansi pendidikan yaitu masalah penyebaran penduduk. Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang jarang penduduk yaitu di daerah pedalaman khususnya daerah terpencil yang berlokasi di pegunungan dan pulau-pulau. Permasalahan ini dapat menimbulkan perbedaan kebudayaan dan pandangan hidup mereka.


Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
Perkembangan IPTEK
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama, karena belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kita sudah banyak mendapat pengalaman dalam hal ini. Kedua pada dasarnya orang meragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Umumnya lebih suka mengerjakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan rutin pada dapat menerima hal baru yang belum dikenal.
Masalahnya ialah bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi atau orang menerimanya. Setiap inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita, prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik Pelaksanaannya). Kepada masyarakat sasaran perlu manfaatnya, motif yang mendasarnya.

Laju Pertumbuhan Penduduk dan Penyebaran Penduduk
Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka penyediaan prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus didikan ditambah. Dan ini berarti beban pengembangan nasional menjadi bertambah.
Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata penurunan angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu proposi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja dan penduduk usia tua meningkat berat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan demikian terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas sekolah dasar. Sebagai akibat meningkat khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan non formal.

Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang padat penduduk , terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah pedalaman khususnya di daerah terpencil yang berlokasi di pegunungan dan pulau-pulau sebaran penduduk seperti seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan. Sebagai contoh adalah dibangunnya SD kecuali untuk melayani kebutuhan akan pendidikan di daerah terpencil pada pelita V. Di samping SD yang reguler. Belum lagi kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru.

Di samping sebaran penduduk seperti digambarkan itu dengan pola yang statis (di kota padat, di desa jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terus menerus terjadi peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan laibel yang lebih menyulitkan perencanaan penyediaan kerja yang seharusnya menjadi acuan dalam pengadaan tenaga kerja.

Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya pendidikan aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan itu maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tua sendiri. Dorongan yang kuat ini terdapat pada anak-anak sendiri.
Mereka (orang tua dan anak-anak) merasa susah jika mendapat rintangan bersekolah dan lanjut studi mungkin ini dapat dipandang sebagai indikator tentang betapa besarnya aspirasi orang tua dan anak terhadap pendidikan itu.
Akibatnya yang timbul dari perubahan sosial tersebut gejala yang timbul yaitu membanjirinya pelamar pada sekolah-sekolah arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota di samping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan non formal.

Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai baik. Terlepas dari kenyataan apakah apakah kebudayaan tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu penilaian masyarakat luar itu dianggap subyektif. Semestinya masyarakat luar itu bukan harus menilainya melainkan hanya melihat bagaimana kesesuaian kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Jika sesuai dikatakan maju dan jika tidak sesuai lalu dikatakan terbelakang.

Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh: masyarakat daerah terpencil, masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis, dan masyarakat yang kurang terdidik.

Permasalahan yang terjadi ialah kelompok masyarakat yang terbelakang kebudayaannya tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju. Jadi inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan mereka. Pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hal ini adalah kebudayaan nasional). Sebab sistem pendidikan yang tangguh adalah yang bertumpu pada kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional selalu berkembang dengan bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika sistem pendidikan dapat menggapai masyarakat keterbelakangan kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan.

Upaya Pemecahan Masalah Pendidikan di Indonesia
Upaya Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Cara konvensional antara lain:
Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
Menggunakan gedung sekolah untuk double shift  (sisem bergantian pagi dan sore).
Cara inovatif antara lain:
Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru).
SD kecil pada daerah terpencil dan sisem guru kunjung.
SMP terbuka.
Kejar paket A dan B.
Belajar jarak jauh pada Universitas Terbuka.
Upaya Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Seleksi yang lebih maksimal terhadap masukan mentah, khususnya untuk SMA dan Perguruan Tinggi.
Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan dengan cara studi lanjut, misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.
Penyempurnaan kurikulum, misalnya member materi yang lebih esensial dan mengandung muatan lokal, metode yang menantang dan mengarahkan belajar, serta melaksanakan  evaluasi yang beracuan PAP.
Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkunagn yang tentram untuk belajar.
Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran, dan peralatan labratorium.

Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-kegiatan:
Laporan penyenlenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
Supervisi dan monitoring pendidikan oleh penilik dan pengawas.
Sistem ujian nasional/negara seperti UAN dan SNMPTN.
Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.
Upaya Pemecahan Masalah Efisiensi Pendidikan

Permasalah efisiensi pendidikan lebih mengarah pada masalah kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan. Hal tersebut dapat ditempuh melalui cara-cara pendekatan sistem, berorientasi pada peserta, dan pemanfaatan sumber belajar.
Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu didesain atau dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural meliputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran. Prinsip berorientasi pada peserta didik berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari peserta didik.

Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran peserta didik hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidikan adalah bagaimana pesera didik dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar.

Upaya Pemecahan Masalah Relevansi Pendidikan
Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi agar tercipta manusia yang berkualitas tinggi sehingga meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.

Peningkatan kemampuan akademik, profesionalisme dan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat menunjukkan apa yang pernah ia dapatkan selama menempuh pendidikan.

Melakukan pembaharuan sistem pendidikan, termasuk kurikulum. Seperti menyusunan kurikulum yang mengacu pada standar nasional yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat.

Memberdayakan lembaga pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Juga meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai hak, dukungan, dan lindungan sesuai dengan potensinya.

Pemberdayaan lembaga pendidikan baik formal dan nonformal di dalam pembentukan dan pengembangan kualitas SDM sedini mungkin, termasuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan keimanan dan ketakwaan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan.
Memberdayakan dewan pendidikan dan komite sekolah sebagai wujud peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

PENUTUP
Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan. Pendidikan berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Karena pembangunan selalu berubah mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi. Sebagai akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun semakin luas. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan yang mempunyai orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh pemikiran manusia. Permasalahan yang timbul antara lain seperti masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, dan masalah relevansi pendidikan.

Untuk memecahkan permasalahan-permasalahn tersebut diperlukan rumusan tentang berbagai masalah yang bersifat pokok agar pemecahannya pun bisa tepat sasaran. Keempat permasalahan yang timbul tersebut dapat teratasi jika pendidikan mampu untuk:
Menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya mampu menampung semua warga negara yang butuh pendidikan dalam suatu wadah pendidikan.
Mencapai hasil pendidikan yang bermutu, artinya perencanaan dan proses belajar telah sesuai dengan tujuan sistem pendidikan yang telah ditetapkan.
Terlaksana secara efisien, artinya pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang telah ditulis dalam perencanaan.
Menghasilkan produk bermutu yang relevan, artinya output yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Munib, Ahmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan . Semarang: UNNES Press.
Tirtarahardja, U. Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ (Diskases Tanggal 11 September 2013 Pukul 13.10)
http://ratna-punya-blog.blogspot.com/2009/12/permasalahan-dalam-sistem-pendidikan.html
(Diskases Tanggal 16 November 2013 Pukul 18.22)
http://ichalolla.wordpress.com/2010/12/19/permasalahan-pokok-pendidikan-dan-pemecahannya/
(Diskases Tanggal 16 November 2013 Pukul 18.57)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Makalah Analisis Masalah-Masalah Pendidikan di Indonesia Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda