Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday 23 May 2014

Makalah Pendidikan Dalam Prespektif Psikologi


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam perkembangan individu ada dua istilah yang sering muncul, pertama adalah istilah “Perkembangan” dan kedua adalah istilah “Pertumbuhan”. Kedua istilah tersebut kadang menimbulkan keambiguan bahkan ada yang mengartikan bahwa perkembangan dan pertumbuhan adalah sama.


Perkembangan dan pertumbuhan sebenarnya juga memang mempunyai kesamaan yaitu yang berarti adanya perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan-perubahan yang menuju kepada kemajuan-kemajuan. Namun perbedaannya pertumbuhan adalah perubahan perubahan yang  terjadi secara kuantitatif pada aspek jasmani, biologisanatomis dan  fisiologis. Sedangkan per-kembangan adalah perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif pada aspek pematangan fungsi organ individu

Berangkat dari permasalahan tersebut, khususnya dalam mengkaji tentang perkembangan individu, tentunya tidak bisa lepas dari tatanan Psikologi, yang mana kemudian akan berkembang pada turunannya yaitu Psikologi Perkembangan sebagai cabang dari psikologi sebagai ilmu. Dan jika juga perlu dikaitkan dengan pendidikan, maka nantinya seyogyanya juga menelusuri manfaat psikologi khususnya psikologi perkembangan dalam dunia pendidikan itu sendiri.

Rumusan Masalah
1.  Bagaimanakah pendidikan menurut prespektif psikologi perkembangan?
2.  Bagaimanakah pendidikan menurut prespektif psikologi belajar?
3.  Bagaimanakah pendidikan menurut prespektif psikologi sosial?
4.  Bagaimanakah yang dimaksud kesiapan belajar dan aspek-aspek individu?
5.  Bagaimanakah implikasi konsep pendidikan di lapangan?

PEMBAHASAN
A. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Ada tiga teori tentang perkembangan. Teori pendekatan yang di maksud yaitu:
Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu melalui tahapan tahapan tertentu. Setiap tahap mempuntai ciri khusus yang berbeda dari tiap tahap sebelumnya.

Pendekatan diferensial.Pendekatan ini memandang tiap individu mempunyai kesamaan dan perbedaan, maka lahirlah kelompok-kelompok manusia. Misalnya kelompok berdasarkan jenis kelamin, intelek, bakat, ras, agama, status sosial, ekonomi.

Pendekatan ipsatif atau pendekatan individual. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik berdasarkan individual.

Dari ketiga pendekatan ini yang sering dipakai adalah pendekatan pentahapan karena mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap perkembangan.Menurut Crijns (tt) tahap perkembangan manusia secara umum adalah:

Umur 0 – 2 tahun disebut bayi. Pada perkembangan ini bayi banyak memanfaatkan waktunya untuk tidur, memandang, mendengarkan, belajar merangkak dan berbicara

Umur 2 – 4 tahun disebut masa kanak-kanak. Perkembangannya anak sudah bisa berjalan, menyebutkan beberapa nama benda, suka mengkhayal. Bersifat egosentris karena menurutmereka semua benda yang ada di sekelilingny adalah hanya untuk mereka.

Umur 5 – 8 tahun disebutmasa dongeng.Pada saat ini anak suka bermain dengan teman dan bersifat kontruktif. Kesadaran akan dunia sesungguhnya mulai muncul namun masih dipengaruhi oleh subjektifitasnya sendiri sehingga suka pada dongeng.

Umur 9 – 14 tahun. Masa ini adalah masa petualang, masa ingin mengetahui segala sesuatau secara mendalam.

Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan, mulai suka bersolek, melamun, suka menyendiri dan enggan berolah raga.

Umur 14 – 18 tahun, masa puber. Mereka menenui nilai-nilai hidup tapi juga beralih ke nilai hidup yang lain. Hal ini merupakan periode pembentukan cita.

Umur 19 – 21 tahun, disebut masa adolesen, masa ini mulai menemui keseimbangan, mereka sudah punya rencana hidup tertentu dengan nilai yang sudah dipastikan.

Umur 21 tahun ke atas  disebutmasa dewasa. Mereka mulai berhati-hati dalam melakukan aktifitasnya.
Havinghust menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut :

Tugas perkembangan masa kanak-kanak: Belajar berbicara, berjalan, mengendalikan gerakan tubuh, mengendalikandiri secara emosional kepada orang lain, belajar membedakan yang benar dan yang salah.
Tugas perkembangan masa anak: Belajar kemampuan fisik untuk kepentingan bermain, membentuk sikap diri, belajar membeca, menulis, berhitung, membentuk kata hati,moral dan nilai serta membuat kebebasan diri.

Tugas perkembangan masa remaja: mengembangkan konsep yang diperlukan menjadi warga negara yang baik, mulai memiliki tanggung jawab, mulai menggunakan etika dan norma untuk pedoman berperilaku.
Tugas perkembangan masa dewasa wal: mulai mengenal pasangan hidup, berkeluarga dan menjaga kerukunan dalam keluarga. Bertanggung jawab terhadap kebahagiaan keluarga.

Tugas perkembangan masa setengah baya: bertanggung jawab ssial, membibing anak dan keluarga agar menjadi lebih baik, menjadi pribadi yang lebih arif, menerima serta menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan pertanbahan umur.

Tugas perkembangan orang tua: mulai menyesuaikan diri dengan kondisi fisik yang dialami sebagai manusia lanjut usia, contohnya perubahan fisik, perubahan lingkunagn atau ekonomi karena mengalami masa pensiun.

Tugas yang harus dijalankan atau diselesaikan oleh setiap individu, memberi kemudahan pada para pendidik pada tiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk:
Menentukan arah pendidikan
Menentukan metode atau model belajar anak agar merek mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.
Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.

Menurut Piaget ada empat tingkat perkembangan kognisi, ( Mulyani 1988, Nana Syaodih, 1988 dan Callahan, 1983). Yaitu:
Periode sensorimotor pada umur 0 – 2 tahun
Periode praoperasional umur 2 – 7 tahun
Periode operasi konkret umur 7 – 11 tahun
Periode operasi formal umur 11 – 15 tahun

Teori ini bermanfaat bagi pendidikan dalam mengorganisasi materi pelajaran dan proses belajar terutama yang berkaitan dengan upaya pengembangan kognisi anak-anak. Konsep ini ada pertaliannya dengan perkembangan kognisi menurut Bruner sebagai berikut, (toeti Soekamto, 1994).
Tahap enaktif, anak melakukan aktifitas dalam upaya memahami lingkungan.
Tahap ikonik, anak memahami dunia melalui gambaran-gambaran dan visualisasi verbal.
Tahap simbolik, anak telah memiliki gagasan abtrak yang banyak dipengaruhi oleh gagasan dan logika
Konsep perkembangan yang terakhir berasal dari Gagne yang disebut perkembangan kemampuan belajar. Perkembangan itu sebagai berikut, (McNeil, 1977).
Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya huruf  b dengan  d.

Belajar konsep, yaitu belajar embuat respon sederhana, seperti huruf hidup, huruf mati, dan sebagainya.
Belajar prinsip, yaitu mempelajarai prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep
Pemecahan masalah, yaitu belajar mengkombinasikan dua atau lebih prinsip untuk memperoleh sesuatu yang baru.

Pembahasan tentang psikologi perkembangan ini yang mencakup perkembangan umum, kognisi, moral, afeksi dan kemampuan belajar atau dapat di singkat menjadi teori perkembangan umum, kognisi dan afeksi, memberi petunjuk yang sangat berharga bagi para pendidik dalam mengoperasionalkan pendidikannya. Karena itu pendidik harus paham terhadap tahap-tahap perkembangan agar dapat membantu perkembangananak-anak secara optimal pada segala jenjang dan tingkat sekolah.

PSIKOLOGI BELAJAR
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomnikasikannya pada orang lain.Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) yaitu:
Kogniguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan beberapa kali secara berturut-turt.
Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulng atau dipraktikan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama di ingat.
Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.
Motifasi positif atau pecaya diri dalam belajar.
Tersedia materi peajaran yang lengkap untuk memancing ktifitas anak-anak.
Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
Aspek-aspek jiwa anak harus dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran.

Tiga butir pertama disebut Gagne sebagai faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, sedangkan sisanya adalah faktor intern. Faktor ekstern lebih banyak dapat ditangani oleh pendidik, sedangkan faktor intern dikembangkan sendiri oleh anak-anak di bawah arahan dan strategi mengajar atau pendidik.
Pembahasan selanjutnya adalah teori belajar. Ada sejumlah teori belajar yang bila dimuat secara sistematik sebagai berikut: (Callahan, 1983, nana Syaodih, 1988, dan Toeti Soekamto, 1994).
Teori belajar klasik meliputi : disiplin mental theistik, disiplin mental humanistik, naturalis atau aktualisasi diri, apersepsi
Teori belajar modern meliputi: asosiasi,pengkondisian intrumental, pengkondisian operan, penguatan, kognisi, belajar bermakna, lapangan, tanda, fenomenologi
Teori belajar diatas di bagi dalam dua kelompok, yaitu behavior mencakup poin a sampai d, dan kognisi mencakup poin e sampai dengan j.Sedangkan langkah-langkah belajar menurut Herbar adalah sebagai berikut:
Pendidik harus mengdakan persiapan dengan cermat.
Pendidikan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga anak-anak merasa jelas menerima pelajaran.
Asosiasi-asosiasi baru terbentuk antara materi yang dipelajari dengan struktur jiwa atau appersepsianak yang telah ada.

Mengadakan generalisasi. Pada saat ini terbentuklah suatu struktur baru dalam jiwa anak.
Mengaplikasi pengetahuan yang baru di dapat agar struktur terbentuk semakin kuat.
Berkaitan dengan teori belajar, Thorndike mencetuskan tiga hukum belajar yaitu:
Hukum kesiapan, artinya semkin siap anak itu maka semakin mudah terbentuk hubungan antara stimulus dan respon.
Hukum latihan atau pengulangan, artinya hubungan stimulus dan respon akan terbentuk jika hubungan itu sering diulang-ulang atau sering di latih.
Hukum dampak. Artinya hubungan antara stimulus dan respon akan terjadi bila hubungan itu memberikan dampak yang menyenangkan.

Manfaat Psikologi Perkembangan dalam Dunia Pendidikan
Berikut ini akan dikemukakan manfaat mempelajari psikologi perkembangan dalam dunia pendidikan:
Dengan mempelajari psikologi perkembangan, Tenaga Pendidik (Guru) akan mengetahui fakta-fakta dan prinsip-prinsip mengenai tingkah laku manusia pada umumnya dan peserta didik pada khususnya.
 Dengan mempelajari psikologi perkembangan, sedikit banyak Tenaga Pendidik akan mengetahui kehidupan jiwanya sendiri, baik segi pengenalan, perasaan, kehendak maupun tingkah laku lainnya. Sehingga orang dapat menilai dirinya sendiri. Karena pengenalan dan pemahaman terhadap kehidupan jiwa sendiri merupakan bahan yang sangat penting untuk dapat memahami kehidupan jiwa orang lain atau peserta didik.

Dengan bekal pengetahuan psikologi perkembangan juga dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai tingkah laku normal, sehingga dapat mengetahui apakah tingkah laku seseorang/peserta didik itu sesuai atau tidak dengan tingkat kewajarannya, termasuk tingkat kenormalan tingkah laku kita sendiri.
Dengan menguasai psikologi perkembangan, Tenaga Pendidik dapat memilih dan memberikan materi pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat perkembangan tertentu.
Dengan menguasai psikologi perkembangan, Tenaga Pendidik juga dapat memilih metode pengajaran dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan pemahaman murid-murid mereka.

C. PSIKOLOGI SOSIAL
Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi sesorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu (Hollander, 1981). Pada psikologi sosial akan dibahas beberapa konsep psikologi sosial, seperti pembentukan kesan pertama, persepsi diri, sikap, motivasi, keintiman hubungan, perilaku agresif, kesepakatan, perbedaan kemampuan dan sifat, serta peranan pemimpin.

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memiliki tiga kunci utama, yaitu:
Kepribadian orang yang diamati.
Perilaku orang yang diamati.
Latar belakang situasi.

Dalam dunia pendidikan, hal ini perlu diperhatikan. Para pendidik harus mampu membangkitkan kesan pertama yang positif dan tetap positif untuk hari-hari berikutnya. Sikap dan perilaku pendidik seperti ini sangat penting artinya bagi kemauan dan semangat belajar anak-anak.

Persepsi diri sendiri berkaitan dengan sikap dan perasaan, sikap adalah keadaan internal individu yang mempengaruhi tindakannya terhadap objek, orang, atau kejadian (Gagne, 1979). Selain secara alami, sikap juga dapat tmbul dalam dua metode, yaitu (1) dengan metode langsung seperti pengkondisian dan penguatan, manakala sukses dalam kegiatan tertentu, maka akan bersikap positif terhadap kegiatan itu, (2) dengan metode tidak langsung seperti dengan melihat dan mempelajari sikap tokoh tertentu, misalnya dengan buku bacaan, televisi, atau melihat langsung. Metode kedua ini sangat penting dilakukan oleh pendidik, sangat mudah, dan etika pendidik mewajibkan hal itu, yaitu dengan membuat diri pendidik itu sendiri menjadi tokoh yang patut ditiru. Sementara itu secara tradisi perasaan bersumber dari kondisi fisik, mental, sebab-sebab dari luar manusia itu sendiri, dan juga label-label kognisi, seperti marah, bahagia, dan sebagainya.

Sikap dan perasaan yang keduanya bertalian dengan lingkungan, mempengaruhi konsep diri seseorang. Oleh sebab itu pendidik harus memperhatikan proses pendidikan agar dapat memunculkan konsep diri yang positif.

Motivasi juga merupakan salah satu aspek psikologi sosial, oleh sebab itu pedidik punya kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah. Menurut Klinger (Savage, 1991) faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi adalah:
Minat dan kebutuhan individu
Persepsi kesulitan akan tugas-tugas
Harapan untuk sukses

Konsep selanjutnya adalah keintiman hubungan atau atau disebut juga penetrasi sosial, bahwa terjadi perilaku antarpribadi yang diikuti oleh perasaan subjektif. Proses pemdidikan juga membutuhkan penetrasi sosial, dalam proses belajar bersama misalnya, tanpa keintiman persahabatan mereka akan sulit menciptakan proses belajar yang kondusif. Dalam pembimbingan terhadap anak-anak yang lemah baik oleh guru atau tutor sebaya membutuhkan suatu keintiman, juga dalam proses konseling butuh keakraban antara konselor dengan kliennya. Dalam keluarga juga perlu ada hubungan yang intim antara orang tua dan anak, juga antar anak-anak itu sendiri agar proses pendidikan bisa berjalan dengan baik.

Perilaku yang bertentangan dengan hubungan intim adalah perilaku agresif. Ada tiga kategori agresif menurut (Freedman, 1981) yaitu:
Agresif anti sosial
Agresif pro sosial
Agresif sanksi

Jadi perilaku agresif mana yang akan muncul pada seseorang tergantung pada watak seseorang dan situasi yang dihadapi. Ada tiga faktor yang menyebabkan perilaku agresif, yaitu:
Watak berkelahi
Gangguan atau serangan dari pihak lain
Putus asa atau tidak mampu mencapai suatu tujuan

Cara untuk mengurangi agresif antara lain (1) dengan katarsis yaitu penyaluran ketegangan psikis ke arah aktivitas-aktivitas positif, (2) dengan belajar secara perlahan-lahan menyadarkan diri bahwa agresif itu tidak baik.

Konsep berikutnya adalah altruisme atau kasih sayang. Perilaku ini berbentuk memberi pertolongan kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. Para pendidik perlu belajar dan menanamkan kasih sayag itu dalam dirinya untuk disebarkan dalam proses pendidikan. Inilah yang dimaksud mengabdi kepada sang anak dalam pendidikan.

Kesepakan atau kepatuhan juga merupakan faktor penting dalam proses pendidikan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kesepakatan, yaitu:
Penjelasan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan
Perasaan takut akan disisihkan oleh teman-teman
Keintiman anggota-anggota kelompok
Besarnya kelompok, iyalah kelompok yang tidak terlalu besar
Tingkat keahlian anggota kelompok, makin ahli dan makin homogen makin mudah mendapatkan kesepakatan
Kepercayaan diri masing-masing anggota
Keakraban dan perbaruan anggota-anggota kelompok
Komitmen masing-masing anggota kelompok

Kesepakatan tentang prinsip dan model pendidikan yang akan dilaksanakan di sekolah akan memperlancar proses belajar itu sendiri. Jadi, kesepakatan para personalia pendidikan sangat mendukung kelancaran pendidikan itu.

Lebih lanjut pendidikan tidak boleh mengesampingkan kemungkinan adanya pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku seseorang. Menyadari perbedaan kemampuan dan sifat-sifat antara anak laki-laki dengan perempuan, pendidik dalam membina anak-anak harus dapat mengatur strategi dan metode belajar mengajar agar sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat kedua jenis kelamin ini.

Kepemimpinan juga dibutuhkan dalam pendidikan, baik dikalangan para pendidik, dikalangan anak-anak maupun dalam proses pendidikan itu sendiri. Dalam proses belajar mengajar misalnya, guru adalah seorang pemimpin kelas, dan beberapa anak juga menjadi pemimpin kelompok belajarnya masing-masing. Baik buruknya proses belajar banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya. Di sini juga terkandung makna bahwa tugas guru untuk membina anak-anak agar menjadi pemimpin-pemimpin yang baik.

D. KESIAPAN BELAJAR DAN ASPEK-ASPEK INDIVIDU
Kesipan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Kesiapan kognisi bertalian dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas berpikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan-kemampuan ini bergantung pada tingkat kematangan intelektual. Sedangkan kesipan afeksi bergantung pada kekuatan motif atau kebutuhan berprestasi, orientasi motivasi itu sendiri, dan faktor-faktor situasional yang mungkin dapat membangunkan motivasi. Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk berprestasi adalah mengejar kompetensi, usaha mengaktualisasi diri, dan usaha berprestasi.

Selain memahami kesiapan belajar pendidik juga perlau memahami aspek-aspek individu. Aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:
Rohani
Umum
Agamis
Perasaan
Kemauan
Pikiran
Sosial
Kemasyarakatan
Cinta tanah air
Jasmani
Keterampilan
Kesehatan
Keindahan tubuh

Kesembilan aspek tersebut semula merupakan potensi-potensi belaka. Dengan bantuan pendidikan diharapkan aspek-aspek pada individu itu dapat bekembang dan berbentuk sebagaimana mestinya secara wajar. Individu manusia harus berkembang secara total membentuk manusia berkembang seutuhnya dan diwarnai oleh sila-sila pancasila. Dikatakan berkembang total ialah yang memenuhi tiga kriteria, yaitu:
Semua potensi berkembang secara proporsional atau berimbang dan harmonis
Semua potensi berkembang secara optimal
Semua potensi berkembang secara integratif

E. IMPLIKASI KONSEP PENDIDIKAN
Tinjauan tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi sosial, dan kesiapan belajar serta aspek-aspek individu, memberikan implikasi kepada konsep pendidikan. Implikasinya kepada konsep pendidikan adalah sebagai berikut:

Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi, dan pada kognisi, semuanya memberi petunjuk pada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapkan dan mengorganisasi materi pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.
Psikologi belajar
Yang klasik
Disiplin mental bermanfaat untuk menghafal perkalian dan melatih soal-soal
Naturalis/aktualisasi diri bermanfaat untuk pendidikan seumur hidup
Behavioris bermanfaat untuk membentuk perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat belajar, gemar bernyanyi, dan sebagainya.
Kognisi cocok untuk mempelajari materi pelajaran yang lebih rumit, yang membutuhkan pemahaman, untuk ememcahkan masalah, dan untuk berkreasi menciptakan suatu bentuk atau ide baru.
Psikologi sosial
Persepsi diri. Agar para siswa memiliki konsep diri yang riil maka pendidik perlu mengembangkan perilaku yang overtpersepsi lingkunagn secara wajar, dan sikap serta perasaan yang positif.
Pembentukan sikap bisa secara alami, dikondisi, dan meniru sikap para tokoh. Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak hal.
Motivasi anak juga perlu dikembangkan pada saat yang memungkinkan melalui:
Pemenuhan minat dan kebutuhannya
Tugas-tugas yang menantang
Menanamkan harapan yang sukses dengan cara yang sering memberikan pengalaman sukses
Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok.
Pengurangan agresif anti sosial dapat dilakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak mengganggu satu sama lain dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
Kepemimpinan sangat besar peranannya dalam mencapa sukses berorganisasi dalam kehidupan setelah dewasa.
Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajar anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik.
Kesembilan aspek individu harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik da dilayani secara berimbang.
Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi iga kriteria, yaitu:
Semua potensi berkembang secara proporsional atau berimbang dan harmonis
Semua potensi berkembang secara optimal
Semua potensi berkembang secara integratif


PENUTUP
Simpulan
Pembahasan tentang landasan psikologi ini yang mencakup perkembangan umum, kognisi, moral, afeksi dan kemampuan belajar atau dapat di singkat menjadi teori perkembangan umum, kognisi dan afeksi, psikologi belajar, sosial, aspek-aspek individu dan implikasinya dapat memberi petunjuk yang sangat berharga bagi para pendidik dalam mengoperasionalkan pendidikannya. Karena itu pendidik harus paham terhadap tahap-tahap perkembangan agar dapat membantu perkembangananak-anak secara optimal pada segala jenjang dan tingkat sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad. 2009. PengantarIlmuPendidikan. Semarang: Unnes Press.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Rifai, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Makalah Pendidikan Dalam Prespektif Psikologi Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda