Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Friday 23 May 2014

Pengertian Alih Koda dan Campur Kode dalam Bahasa Indonesia


Oleh Hamidulloh Ibda
ALIH KODE
Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (language dependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa. Dalam alih kode masing-masing bahasa masih cenderung mengdukung fungsi masing-masing dan dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya. Appel memberikan batasan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi.


Beberapa faktor yang menyebabkan alih kode adalah:
1. Penutur
Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu tujuan. Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya.
2. Mitra Tutur
Mitra tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian dan bila mitra tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa.
3. Hadirnya Penutur Ketiga
Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka berbeda.
4. Pokok Pembicaraan
Pokok Pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa takbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.
5. Untuk membangkitkan rasa humor
Biasanya dilakukan dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara.
6. Untuk sekadar bergengsi
Walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor sosio-situasional tidak mengharapkan adanya alih kode, terjadi alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung tidak komunikatif.

CAMPUR KODE
Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti latar belakang sosil, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence).

Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
1. sikap (attitudinal type)
Latar belakang sikap penutur
2. kebahasaan (linguistik type)

Latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan.

Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa.

Beberapa wujud campur kode,
1. Penyisipan kata,
2. Menyisipan frasa,
3. Penyisipan klausa,
4. Penyisipan ungkapan atau idiom, dan
5. Penyisipan bentuk baster (gabungan pembentukan asli dan asing).

Alih kode adalah gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubah situasi (Appledan chaer dan Agustina, 1995:141). Berbeda dengan Apple yang mengatakan alih kode itu terjadi antarbahasa, melainkan juga terjadi antara ragam-ragam bahasa dan gaya bahasa yang terdapat dalam satu bahasa. Dengan demikian, alih kode itu merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa yang terjadi antarbahasa dan antar ragam satu bahasa. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode antara lain :a). siapa yamg bicara;b). dengan bahasa apa;c). kepada siapa;d). kapan; dan) dengan tujuan apa.

Dalam berbagai kepustakaan linguistik, secara umum penyebab terjadinya alih kodeantara lain:1. pembicara/penutur; 2. pendengar/lawan tutur; 3. perubahan situasi dengar hadirnya orang ke 3; 4. perubahan dari formal dan informal/sebaliknya; dan 5. perubahan topik pembicaraan.

Sebagai contoh, simaklah ilustrasi alih kode berikut : alih kode yang terjadi adalah dari bahasa Minangkabau ke dalam bahasa Indonesia. Latar belakang : Kompleks perumahan Balimbiang Padang Para Pembicara:Ibu-ibu rumah tangga. Ibu Las dan Ibu Leni orang Minangkabau, Ibu Lin orang Sulawesi yang tidak bisa berbahasa Indonesia.Topik : Listrik mati, sebab alih kode: kehadiran Ibu Lin dalam peristiwa tutur Peristiwa Tutur :Ibu Las : Ibu Len jam bara cako malam lamup iduik, awaklah lalok sajak jamsembilan (“Ibu Leni pukul berapa lampu mti tadi malam hidup, saya sudah tidursejak pukul sembilan”) Ibu Leni : Samo awak tu, awaklah lalo pulo sajak sanjo, malah sajak pukuasalapan, awak sakik kapalo (“sama kita itu, saya sudah tidur pula sejak sore, malahsemenjak pukul delapan karena saya sakit kepala.

Bagaimana Ibu Lin tahu pukulberapa lampu hidup tadi malam?). (pertanyaan ditamnyakan pada bu Lin) Ibu Lin : Tahu Bu, kira-kira pukul sepuluh lebih. Dari contoh di atas, terlihat bahwa alih kode terjadi karena hadirnya orang ketiga. Alih kode tersebut terjadi dari bahasa Minangkabau ke dalam bahasa Indonesia. Ibu Leni beralih kode ke dalam Bahasa Indonesia karena mitra tuturnya Ibu Lin (Orang Sulawesi) tidak mengerti bahasa Minangkabau.
Suwito (1985) membagi alih kode menjadi dua, yaitu 1.alih kode internbila alih kode berupa alih varian yang terjadi antarbahasa sendiri. Contoh :dari bahasa Jawa ngoko merubah ke krama. 2. Alih kode eksternal bila alih terjadi antara bahasa sendiri dengan bahsa asing. Contoh : dari bahasa Indonesia beralih ke bahasa Inggris atau sebaliknya. C. Campur Kode Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatubahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasalainnya.

Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk penutur, seperti latarbelakang sosil, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnyaberupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasanbahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya, sehingga adaketerpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan (linguistic convergence).

Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu:1. Campur kode ke dalam (innercode-mixing): Campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya2. Campur kode ke luar (outer code-mixing): campur kode yang berasal dari bahasaasing. Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu 1. sikap (attitudinal type) latar belakang sikap penutur, 2. Kebahasaan (linguistik type) latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan. Dengan demikian campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balikantaraperanan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa.
Beberapa wujud campur kode, 1. penyisipan kata, 2. menyisipan frasa,3. penyisipan klausa,4. penyisipan ungkapan atau idiom, dan 5. penyisipan bentuk baster (gabungan pembentukan asli dan asing). 
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Pengertian Alih Koda dan Campur Kode dalam Bahasa Indonesia Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda