Disusun Hesti
Fitriana 0103513045 Hamidullah
Ibda 0103513129
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd, Dr. Khomsun Nurhalim, M.Pd
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan pendidikan di Indonesia masih banyak dan
beragam yaitu kualitas pendidikan yang masih rendah dan pemerataan pendidikan
yang sesuai dengan standar pendidikan nasional masih belum tercapai. Pendidikan adalah upaya mengembangkan
potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa,
maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam
studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Peranan filsafat pendidikan
memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi
masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan?
Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat pendidikan?
Bagaimana peranan filsafat dalam pembangunan pendidikan?
PEMBAHASAN
Filsafat Pendidikan
John S. Brubacher dalam bukunya yang populer “Modern Philosophies of Education”
mengemukakan bahwa filsafat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu
pendidikan atau paedagogiek. Terhadap
filsafat, maka seni pendidikan harus menantikan suatu pola untuk bertindak.
Filsafat tidak akan mewujudkan teorinya menjadi kenyataan, hanya dengan
memikirkan teori-teori saja. Seni pendidikan atau mendidik dapat menjadi
laboratorium untuk menguji perbedaan pendapat filosofi secara empiris.
Menurut John
Dewey filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intekektual) maupun daya perasaan
(emosional), menuju kearah tabiat manusia, maka filsafat dapat juga diartikan
sebagai teori umum pendidikan.
Seperti yang disampaikan oleh Prof.Dr. Hasan Langgulung
(dalam Djumransjah 2006:51-52) filsafat pendidikan merupakan aktivitas
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai media untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskannya, serta menerapkan nilai-nilai
dan tujuan yang ingin dicapainya. Jadi filsafat, filsafat pendidikan, dan
pengalaman manusia merupakan tiga elemen dalam satu kesatuan yang utuh.
Filsafat pendidikan dalam kegiatannya secara normatif
berfungsi sebagai berikut.
Merumuskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan, konsep
hakikat pendidikan dan manusia, dan isi moral pendidikan.
Merumuskan teori, bentuk, dan sistem pendidikan, yang
meliputi kepemimpinan, politik kependidikan, pola-pola akulturasi, dan peranan
pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara.
Merumuskan hubungan antara agama, filsafat, filsafat
pendidikan, dan kebudayaan.
Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran,
seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena
filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat
beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan
berbagai aliran.
Berikut adalah beberapa aliran dalam filsafat pendidikan
(Chaedar 2008:23-24) ;
Filsafat Pendidikan Idealisme : memandang bahwa realitas
akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui
panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai
adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik,
buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh
dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al
Ghazali.
Filsafat Pendidikan Realisme : merupakan filsafat yang
memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas
ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak
dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat
dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme:
Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke,
Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
Filsafat Pendidikan Materialisme : berpandangan
bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau
supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig
Feurbach.
Filsafat Pendidikan Pragmatisme: dipandang sebagai
filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme
Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia
alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce,
wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
Filsafat Pendidikan Eksistensialisme: memfokuskan pada
pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan
kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan
manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin
Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.
Filsafat Pendidikan Progresivisme : bukan merupakan
bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan
merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran
ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar
di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan
pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle,
william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
Filsafat Pendidikan Esensialisme : Esensialisme
adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan
sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka
berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar
intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini:
william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Filsafat Pendidikan Perenialisme : Merupakan suatu aliran
dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai
suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan
progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio
kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan
tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau
prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan
teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins
dan Ortimer Adler.
Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme : merupakan
kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu
anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori
oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat
baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline
Pratt, George Count, Harold Rugg.
Peranan Filsafat dalam Pembangunan Pendidikan
Menurut Prof.Rupert.C.Lodge,”In this sense life is education and education is life”.
Artinya, seluruh pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Karena,
segala pengalaman sepanjang hidup memberikan pengaruh pendidikan bagi
seseorang. Maka dapat dipahami bahwa masalah pendidikan memerlukan jawaban
secara filosofis. Bidang filsafat pendidikan adalah juga masalah hidup dan
kehidupan manusia. Dengan mengambil pengertian pendidikan secara luas,
berarti masalah kependidikan mempunyai ruang lingkup yang luas pula, meliputi
seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Sehingga otomatis keduanya saling
berkaitan dan berkesinambungan satu sama lain. (Djumransyah 2004:43)
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari :
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Isi
Standar Proses
Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Standar Sarana dan Prasarana
Standar Pengelolaan
Standar Pembiayaan Pendidikan
Standar Penilaian Pendidikan
Fungsi dan Tujuan Standar :
Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global.
Penerapan/implementasi
filsafat ilmu dalam pendidikan (Ihsan, 2010:6) adalah penerapan filsafat ilmu
dalam upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Perkembanagan
IPTEK membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan social dan kebudayaan umat
manusia, yang meliputi beberapa aspek antara lain komunikasi, transportasi,
mekanisasi industri, pertanian dan persenjataan, termasuk di dalamnya adalah
pendidikan. Perkembangan IPTEK di samping banyak menimbulkan perubahan
dalam nilai-nilai,baik nilai sosial, budaya, spiritual, intelektual maupun
material juga menimbulkan kebutuhan baru, aspirasi baru dan sikap hidup baru.
Hal itu menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan
yang diwujudkan dalam rekonstruksi kurikulum. Mengingat pendidikan bukan hanya
mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan SDM
unggul agar mampu hidup pada masa kini dan yang akan datang.
Perkembangan IPTEK secara langsung maupun tidak langsung
membawa pengaruh terhadap kurikulum pendidikan. Pengaruh langsung dari
perkembangan ini adalah memberikan isi/materi atau bahan yang akan disampaikan
dalam pendidikan.
Pengaruh tidak
langsung dari perkembangan IPTEK ini menyebabkan perkembangan masyarakat, yang
tentunya menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan masalah
dengan pengetahuan dan ketrampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan. Oleh
sebab itu, perlunya usaha-usaha yang terus menerus dalam pengembangan kurikulum
dan pembelajaran agar selaras dengan perkembangan zaman. Usaha-usaha tersebut antara lain meliputi (Mudyahardjo, 2002:97):
Perbaikan kurikulum
secara terus menerus dapat di-up date
Isi muatan
kurikulum dapat memenuhi kebutuhan stake holders
Isu-isu global
perkembangan kontemporer dan nilai-nilai kearifan potensi lokal menjadi basik
pendekatan kurikulum
Pengembangan metode
pengajaran yang bervariasi
Penggunaan
multimedia dalam pembelajaran
Akibat pengaruh
globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
memberikan dampak tersendiri bagi kehidupan manusia, baik dampak yang positif
maupun maupun yang negatif. Dampak yang positif salah satunya memberikan kemudahan
bagi manusia memenuhi kebutuhannya secara cepat, efektif dan efisien di segala
lini aktivitas kehidupan. Sebaliknya dampak negatifnya tak kurang banyak,
termasuk di dalamnya sifat ketergantungan manusia olehn kemudahan fasilitas, di
samping dampak-dampak lainnya yang berhubungan dengan kehidupan sosial.
Implikasi nyata
dalam dunia pendidikan membawa pengaruh terhadap model pendidikan dimana
tuntutan kurikulum dan pengajaran harus selalu up to date, disesuaikan dengan perkembangan yang ada, agar hasil
dari pengembangan kurikulum tidak ketinggalan zaman. Kenyataan seperti
sebagaimana digambaarkan filsafat progresivisme yang memandang bahwa kemajuan
yang telah dicapai oleh manusia dewasa ini karena kemampuan manusia dalam
mengembangkanberbagai ilmu, baik ilmu-ilmu sosial, budaya, maupun ilmu
pengetahuan alam.
Ide-ide sentral
pendidikan yang dikembangkan dalam progresivisme ini berkisar pada penerapan
dari konsep-konsep rasionalitas, kebebasan dan kesamaan. Pendidikan adalah
distribusi demokratis dan rasionalitas dengan perlakuan yang seimbang
(kewajiban dan hak) antara kebebasan dan kesamaan pada subjek didik. Hal ini
sebagaimana dikatakan Imam Barnadib bahwa menurut teori SDM, suasana pendidikan
(kurikulum dan aspek-aspek pembelajaran) mengikuti konsep pendidikan yang
berpusat pada siswa dan mengutamakan perhatiannya ke masa depan daripada masa
lalu, yaitu tuntutan untuk survive
mengikuti perkembangan zaman, terutamanya perkembangan informasi dan ilmu
pengetahuan teknologi.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan sesuatu yang abstrak, ia menjadi induk dari semua ilmu. Jika ada
pertanyaan tentang penerapan peran filsafat dalam pendidikan, maka sesungguhnya
filsafat itu mendasari semua ilmu yang dikaji dalam pendidikan, misalnya
ekonomi, sosiologi, matematika, dan sebagainya.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang dalam
pelaksanaannya, perlu menggunakan filsafat sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Filsafat tersebut digunakan sebagai nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan filsafat yang menjiwai, mendasari, dan memberikan identitas
(karakteristik) suatu sistem pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2008. Filsafat
Bahasa dan Pendidikan. Bandung: UPI
Badan Standar Nasional Pendidikan (http://www.bnsp-indonesia.org)
Diakses 18 September 2013
Djumransyah. 2004. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu.
Jakarta: Rineka Cipta
Mudyahardjo, Redja. 2002 Filsafat
Ilmu Pendidikan. Bandung: ROSDA
Rachman, Maman.2008. Filsafat Ilmu. Semarang: UNNES Press
0 komentar:
Post a Comment