Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Sunday 25 May 2014

RINCIAN MATERI FRASA, KLAUSA, DAN KALIMAT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA PADA TINGKATAN KELAS RENDAH DI SEKOLAH DASAR



Makalah ini disusun oleh Hamidulloh Ibda dan Ersila Devi Rinjani

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berbahasa           Indonesia dengan baik dan benar adalah kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia. Entah dia seorang petani, nelayan, apalagi mahasiswa, dosen dan pendidik. Maka dari itu, ada benarnya jika kita mengkaji ilmu bahasa Indonesia secara ilmiah, komprehensif dan mendalam.

Sebagai ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk struktur kata, morfologi pun menjadi salah satu ilmu dasar dalam bidang linguistik. Ia bisa diposisikan setelah bidang fonologi. Itulah sebabnya, morfologi selalu dipelajari setelah fonologi. Tidak banyak orang yang sudah mempelajari tentang seluk-beluk struktur kata. Memang semua orang sudah mengerti kata-kata bahasa, memang kelihatan masalah sepele, namun struktur kata sangat penting sekali bagi kita sebagai warga Indonesia, karena di setiap negara mempunyai bahasa nasional, dan kesepakatan bahasa yang digunakan dalam berbahasa.

Rumusan Masalah
Apa pengertian frasa, klausa, dan kalimat?
Apa saja materi  frasa, klausa, dan kalimat  yang diajarkan pada siswa kelas rendah di Sekolah Dasar?

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Frasa, Klausa, Dan Kalimat
Frasa
Frasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222).
Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa frasa adalah kelompok kata yang mendukung suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat.
Frasa juga disebut sebagai satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat, yaitu
Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat. Macam-macam frasa:
Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frasa endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
Frasa endosentrik yang koordinatif, yaitu: frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek                 pembinaan dan pengembangan
                    laki bini                                             belajar atau bekerja
Frasa endosentrik  yang atributif, yaitu frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang, hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
Frasa endosentrik yang apositif, yaitu frasa yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frasa Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik ialah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frasa di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. Kelas
Frasa Nominal, frasa Verbal, frasa Bilangan, frasa Keterangan.
Frasa Nominal: frasa yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
Fras Verbal: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
       Misalnya: akan berlayar
Frasa Bilangan: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
       Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
Frasa Keterangan: frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
       Misalnya: tadi pagi, besok sore
Frasa Depan: frasa yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frasa sebagai aksinnya.
       Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
Frasa Ambigu
Frasa ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: perancang busana wanita terkenal.
Frasa perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1.       Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2.       Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat. Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. Misalnya: Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh. Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan istrinya, klausa (b) Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat penggabungan ketiga klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan. Adapun ciri-ciri klausa  adalah sebagai berikut:
dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang;
klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final;
dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat;
klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat dalam klausa tersebut; selain dengan penambahan konstituen atribut pada salah satu atau setiap fungsi sintaktis yang ada.
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
Pola Dasar Kalimat
Pola kalimat adalah Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
Fungsi Sintaksis
Fungsi sintaksis adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut pandang penyajiannya dalam ujaran atau klausa. Jenis fungsi sintaksis yang umum diakui adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Fungsi sintaksis memegang peran paling dominan dalam teori tata bahasa dependensi yang menguraikan setiap unsur kalimat menjadi fungsi sintaksis spesifik.
Fungsi sintaksis : subjek, predikat, objek, keterangan.
Kategori sintaksis : nomina, verba, adjektiva, numeralia.
Peran sintaksis : pelaku, penderita, penerima.
Contoh :
Kalimat aktif : Nenek melirik kakek tadi pagi.
Kalimat pasif : Kakek dilirik nenek tadi pagi.
Struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi subjek, fungsi predikat. Objek dan keterangan boleh tidak memiliki, apalagi mengingat kemunculan objek ditentukan oleh transitif. Menurut Chafe (1970) menyatakan bahwa yang paling penting dari struktur sintaksis adalah predikat. Predikat harus berupa verba atau kategori lain yang diverbakan. Munculnya fungsi-fungsi lain tergantung pada jenis atau tipe verba itu. Verba yang transitif akan memunculkan fungsi objek dan yang intransitive tidak memunculkan fungsi objek.
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah verba transitif yang objeknya tidak perlu ada atau keberadaannya ditanggalkan. Verba transitif yang objeknya tidak perlu ada atau menyatakan kebiasaan.
Peran Semantis
Jenis Kalimat
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.

Kalimat Tunggal
Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok.
Adik minum susu.
Ibu menyimpan uang di dalam laci.
S-P
S-P-O
S-P-O-K
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subjek pada kalimat pertama diperluas)
Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
          Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.
Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
                 Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
                 Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.
Misalnya: Diakuinya  hal itu
                                P             S
                        Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
                                         (anak kalimat pengganti subjek)
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
                        Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
                                          (anak kalimat pengganti predikat)
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.
                                                S              P                       O
                        Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.
                                                                         (anak kalimat pengganti objek)
Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
                                S               P             K
Ayah pulang ketika kami makan malam
                                                                (anak kalimat pengganti keterangan)
Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
           Ketika ia duduk minum-minum (pola atasan)
           datang seorang pemuda berpakaian bagus (pola bawahan I)
datang menggunakan kendaraan roda empat (pola bawahan II)
                                                                               
Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi
Kalimat inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
Hanya terdiri atas dua kata
Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat
Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..
Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.
Contoh kalimat  Inti, Luas, dan Transformasi
Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.
Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
Kalimat transformasi. Contoh:
Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.
Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?
Kalimat Mayor dan Minor
Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
Kiki pergi ke Bandung.
Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.
Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!, Sudah siap?; Pergi!; Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil; Arif ada; Kiki pergi; Ibu berangkat-ayah menunggu.
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas, dan tepat.
Jelas      : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat  : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat     : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
kontaminasi= merancukan 2 struktur benar  1 struktur salah
contoh:
diperlebar, dilebarkan  diperlebarkan (salah)
memperkuat, menguatkan  memperkuatkan (salah)
sangat baik, baik sekali  sangat baik sekali (salah)
saling memukul, pukul-memukul  saling pukul-memukul (salah)
Di sekolah diadakan pentas seni. Sekolah mengadakan pentas seni  Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
pleonasme= berlebihan, tumpang tindih
contoh :
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
tidak memiliki subjek, contoh:
Buah mangga mengandung vitamin C.(SPO) (benar)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar) ??
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
adanya kata depan yang tidak perlu
Perkembangan  daripada teknologi informasi sangat pesat.
Kepada siswa kelas I berkumpul di aula.
Selain daripada bekerja, ia juga kuliah.
salah nalar
waktu dan tempat dipersilahkan. (Siapa yang dipersilahkan)
Mobil Pak Dapit mau dijual. (Apakah bisa menolak?)
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
Bola gagal masuk gawang. (Ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
kesalahan pembentukan  kata
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
menyetop seharusnya menstop
mensoal seharusnya menyoal
ilmiawan seharusnya ilmuwan
sejarawan seharusnya ahli sejarah
pengaruh bahasa asing
Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (seharusnya tempat)
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
pengaruh bahasa daerah
… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
… oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)

Rincian Materi  Frasa, Klausa, dan Kalimat di Kelas Rendah Sekolah Dasar
Materi Frasa
Kelas I
Menirukan suara yang didengar
Contoh:
Dodi dan kakak sedang bermain. (frasa verbal)
Suara motor brem … brem … (frasa nominal)
Buku sejajar dengan pinggir meja. (frasa nominal)
Melanjutkan membaca kalimat
Contoh:
Siti sedang sarapan pagi. (frasa keterangan)
Jalan lurus sampai di perempatan jalan (frasa nominal)
Bagian-bagian tubuh
Contoh:
Dua mata saya (frasa bilangan)
Dua kaki saya (frasa bilangan)
Dua telinga saya (frasa bilangan)
Satu mulut saya (frasa bilangan)
Kelas II
Mendengarkan teks pendek
Contoh:
Saat di rumah sakit putri khawatir pada heli. (frasa nominal)
Heli adalah anjing yang sangat lucu. (frasa endosentrik)
Mendengarkan cerita
Contoh:
Sore hari, ibu mengantar Janua ke dokter gigi. (frasa keterangan)
Memberikan pernyataan
Contoh:
Kura-kura terjatuh ketika membuka mulut. (frasa verbal)
Kelas III
Mendengarkan penjelasan
Contoh:
Ambillah tiga buah tongkat kayu. (frasa bilangan)
Tempelkan tanah lempung atau lilin mainan. (frasa nominal)
Membaca cerita
Contoh:
Kegiatan itu diadakan setiap hari Sabtu. (frasa keterangan)
Memahami dongeng
Contoh:
Tanpa disengaja, air seninya tertampung di dalam tempurung. (frasa depan)

Materi Klausa
Kelas I
Pada lagu “Naik Delman”, terdiri dari beberapa klausa
Ku turut ayah ke kota ( S-P-O)
Naik delman istimewa (P-O)
Ku duduk di muka (S-P)
Mengendali kuda (P-O)
Kelas II
Menceritakan kegiatan sehari-hari
Contoh:
Kami bermain petak umpet (S-P-O)
Kami bermain sampai pukul tiga (S-P-K)
Pulang sekolah lalu makan (P)
Membaca dan menyimpulkan si teks pendek
Contoh:
Husen berganti pakaian (S-P-O)
Membantu orang tua (P-O)
Kelas III
Mendengarkan cerita anak
Contoh:
Ia memilih pencak silat (S-P-O)
Berlatiih di rumah (P-K)
Dia sering mengganggu (S-P)
Pengalaman mengesankan
Contoh:
Ia mendapat nilai tertinggi (P-O)
Ani memenangkan lomba (S-P-O)
Susi menolong teman (S-P-O)

Materi Kalimat
Kelas I
Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun
Contoh:
Nama saya ani
Ini ayah saya namanya pak maman
Ini ibu saya namanya bu nani
Ini kakak saya namanya kak amin
Menyapa orang lain dengan menggunakan kalimat sapaan
Contoh:
Hai ani apa kabar
Selamat pagi pak guru
Selamat siang yah
Selamat siang bu

Kelas II
Melengkapi kalimat rumpang
Contoh:
Kanwa gemar....
Dia melakukan kegemarannya setiap hari....
Kanwa memiliki.... saudara perempuan
Dia bernama....
Adik kanwa duduk dibangku....
Dia juga gemar....
Mereka berenang bersama di....
Menulis kalimat sederhana
Contoh:
Rosi memili seekor ayam
Ayam rosi sedang bertelur
Telur-telur itu dierami induk ayam agar hangat
Setelah lebih kurang 40 hari
Telur-telur itu pun menetas
Rosi sangat senang
Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain
Contoh:
Bunga melati
Warna mahkotanya putih
Ukuran mahkota kecil mungil
Berbau harum
Kelas III
Bertelepon dengan kalimat efektif
Contoh:
Hallo … selamat sore!
Selamat sore … Saya Kanwa, bisa berbicara dengan Putra?
Ya, saya sendiri!Ada apa?
Eh, Put, kamu mau belajar bersama?
Tentu saja! Kebetulan aku sulit mengerjakan PR bahasa Indonesia. Kita belajar di rumahku saja, ya!
Ya, nanti sore aku ke rumahmu. Sudah dulu ya, Put. Selamat sore!
Selamat sore!
Mengembangkan kalimat menjadi paragraf
Contoh:
Contoh:
Kalimat berdasarkan gambar :
Banu kaget melihat tembok penuh cap sepatu .
Mengembangkan kalimat menjadi paragraf:
Banu kaget melihat tembok penuh cap sepatu.
Dia berpikir siapa yang telah melakukan ini. Tembok
menjadi kotor. Banu tidak menyukai hal itu.


BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Frasa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif yang mengisi salah satu fungsi sintaksis. Pembentuk frasa adalah morfem bebas. Frasa tidak mempunyai predikat. Jenis Frasa, antara lain frasa eksosentrik, frasa endosentrik, frasa koordinatif, frasa apositif
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata berkonstruksi predikatif. Artinya dalam konstruksi itu wajib ada komponen (kata atau frasa) yang berfunsi sebagai predikat. Dalam klausa, subjek juga wajib ada. Objek wajib ada jika predikat berupa verba transitif. Jika bukan verba transitif, maka yang muncul adalah pelengkap. Keterangan tidak wajib dalam klausa.
Kalimat adalah satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa. Atau satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar , klausa, dilengkapi konjungsi bila diperlukan. Kalimat bisa berasal dari klausa yang diberi intonasi final.
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dapat mempersatukan berbagai suku yang ada di seluruh wilayah Republik Indonesia, dan sering dipakai sebagai bahasa komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun hal yang mudah ini sangat sulit bagi siswa di sekolah untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, terutama dalam penulisan.
B. Saran
Pemahaman satuan sintaksis dan semantik bahasa Indonesia bagi guru, selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa. Sehingga, materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik SD, karena dengan dikuasainya materi ini Anda telah memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugasnya dalam membimbing anak didiknya sehingga semakin mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Martinet, Andre. 1987. Pengantar Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Kanisius
M. Verhaar, J.W. 1982. Pengantar Lingguistik jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soegijo. 1985. Morfologi Bahasa Indonesia. Semarang: IKIP Semarang Press.
http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frasa-klausa-dan-kalimat/ (Diakses pada 23/10/2013)
http://banggaberbahasa.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-jenis-klausa.html (Diakses pada 21/10/2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Frasa  (Diakses pada 10/11/2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_sintaksis (Diakses pada 10/11/2013)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: RINCIAN MATERI FRASA, KLAUSA, DAN KALIMAT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA PADA TINGKATAN KELAS RENDAH DI SEKOLAH DASAR Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda