Latest News

Ingin bisa menulis? Silakan ikuti program training menulis cepat yang dipandu langsung oleh dosen, penulis buku, peneliti, wartawan, guru. Silakan hubungi 08562674799 atau klik DI SINI

Sunday 12 August 2012

Krisis Kedelai, Kapan Selesai?


Krisis Kedelai, Kapan Selesai?
Oleh Hamidulloh Ibda
Peneliti di Centre for Democracy and Islamic Studies IAIN Walisongo Semarang
Dimuat di Koran Wawasan, edisi Jumat, 3 Agustus 2012.

Sejak terjadi kenaikan harga kedelai, tahu dan tempe mulai menghilang dari pasar. Di berbagai tempat, produsen tahu-tempe secara kompak menghentikan aktivitas produksinya. Meskipun masih ada yang berproduksi, tapi hanya dalam jumlah terbatas. Selain itu, aksi mogok yang dilakukan produsen tahu-tempe juga meluas. Mereka menunjukkan gerakan protes akibat tingginya harga kedelai yang kini melambung hingga Rp 8.000 per kilogram.
Yang sering terkena getahnya tentu masyarakat selaku konsumen. Masyarakat mulai kesulitan membeli tahu-tempe untuk kebutuhan sehari-hari. Jika ada, harganya lebih mahal dari biasanya. Kondisi ini tentu mengundang kekhawatiran konsumen tak bisa lagi menikmati gurihnya tahu-tempe. Memang benar, untuk tahu-tempe berbahan baku kedelai, dan tak tergantikan. Maka, peran pemerintah sangat ditunggu petani, pengusaha, dan masyarakat untuk segera mengatasi krisis ini.
Setengah Hati
Diakui atau tidak, pemerintah masih setengah hati mengatasi krisis kedelai. Bahkan, pemerintah selalu menempuh solusi instan atas persoalan pasokan kedelai. Pemerintah tidak mengantisipasinya dengan serius dan tegas. Seharusnya, pemerintah lebih fokus pada upaya menggenjot produksi kedelai dalam negeri, bukan malah mengimpor.
Penghapusan bea masuk hanya solusi instan. Membebaskan bea masuk, hanyalah upaya mempermudah pasokan. Namun, Indonesia tetap bergantung pada kedelai impor. Dampak pembebasan bea masuk terhadap harga kedelai impor juga relatif kecil. Setelah bea masuk dihapuskan, harga kedelai impor memang harus turun. Karena itu, pemerintah harus segera menghapus bea masuk kedelai. Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan harus segara berkoordinasi dengan para importir dan koperasi perajin tahu tempe agar tujuan penghapusan bea masuk bisa tercapai.
Pada intinya, pemerintah harus menuntaskan problem ini secepatnya. Pasalnya, selama ini pemerintah masih setengah hati tanpa melakukan langkah nyata. Seluruh petani dan pengusaha kedelai serta masyarakat sangat berharap ketegasan pemerintah dalam menuntaskan masalah ini.
Solusi
Ada dua langkah yang harus ditempuh pemerintah, yaitu langkah jangka pendek dan janka panjang. Untuk jangka panjang, pemerintah harus segara memberikan insentif kepada petani yang mau mengembangkan pertanian kedelai. Pasalnya, selama ini menanam kedelai belum dianggap menguntungkan. Petani lebih memilih menanam tebu dan tembakau yang lebih menjanjikan keuntungan daripada kedelai. Pemerintah juga harus memberikan jaminan supaya distribusi pupuk bersubsidi bisa langsung sampai ke tangan petani kedelai. Selain itu, perluasan lahan pertanian untuk tanaman kedelai juga perlu diusahakan pemerintah. Selama ini, lahan untuk tanaman kedelai sangat sedikit dan sporadis. Jika lahan pertanian kedelai diperluas, Indonesia bisa memiliki pusat-pusat produksi kedelai, sehingga tidak lagi bergantung pada pasokan dari luar negeri.
Perlu juga digalakkan riset dan pengembangan teknologi untuk menghasilkan bibit kedelai unggul yang lebih produktif. Jika negara-negara yang mengekspor saja bisa menghasilkan kedelai yang bagus, mengapa Indonesia tidak bisa? Ini harus menjadi perhatian serius pemerintah.
Jika dihitung, total konsumsi kedelai Indonesia mencapai 2,4 juta ton per tahun. Dari total konsumsi per tahun itu, sebanyak 1,4 juta ton diserap oleh industri tahu dan tempe. Sementara pertanian kedelai dalam negeri hanya mampu memproduksi 700.000 ton per tahun, sehingga sisanya sebanyak 1,7 juta ton ditutup dari impor.
Selain itu, swasembada kedelai juga harus digentakkan. Swasembada melalui penyediaan lahan harus terus diupayakan, selain mengadopsi teknologi transgenik “Genetically Modified Organism” (GMO) dalam rangka pengembangan benih. Jadi, penambahan lahan itu mutlak untuk kedelai, agar pengusaha memproduksi sepenuhnya dari dalam negeri.
Pembebasan Bea Masuk?
Sementara untuk solusi jarak pendek, guna mengatasi lonjakan harga kedelai, pemerintah harus memperpanjang waktu pembebasan bea masuk kedelai yang semula 5 % menjadi 0 %. Pasalnya, pembebasan bea itu hanya berlaku sampai dengan akhir tahun ini. Kebijakan itu dikeluarkan untuk memberlakukan pembebasan bea masuk kedelai, karena terjadi kondisi darurat akibat persoalan lonjakan harga kedelai. Kebijakan ini bersifat sementara, karena sudah diputuskan tim tarif yang dipimpin Kementerian Keuangan. Padahal, kenaikan harga kedelai bisa saja terjadi kapan pun. Maka, pemerintah harus segera menuntaskannya.
Dengan adanya kebijakan pembebasan bea masuk kedelai, maka harga impor kedelai akan turun sekitar 350-400 upiah per kilogram. Maka, pemerintah harus tegas kebijakan bea masuk ini. Apa pun usaha dari pemerintah, yang paling penting dilakukan secara tegas dan maksimal. Masyarakat sudah tercekik atas kenaikan kedelai. Jika bukan pemerintah, lalu siapa lagi yang akan menuntaskan krisis ini? karena itu menjadi keniscayaan bagi pemerintah. Wallahu a’lam bisshawab.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Post a Comment

Item Reviewed: Krisis Kedelai, Kapan Selesai? Rating: 5 Reviewed By: Hamidulloh Ibda