Anas dan Partai Demokrat
Oleh Hamidulloh Ibda
Peneliti di Centre for Democracy and Islamic Studies IAIN Walisongo Semarang
Tulisan ini dimuat di Opini Koran Wawasan, Hal 4 edisi Jumat, 22 Juni 2012
Dewasa ini, kondisi internal Partai Demokrat (PD) sedang diterpa badai, setelah Ketua Dewan Pembina DPP (SBY) mengumpulkan seluruh Ketua DPD I di kediaman Puri Cikeas, dan dilanjutkan silaturahmi Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD), tanpa kehadiran Ketua Umum, Anas Urbaningrum. Apakah ini merupakan agenda politik untuk melengserkan Anas dari Ketua Umum PD? Bagi masyarakat awam, hal ini dimaknai sebagai cara melengserkan Anas, meskipun bantahan telah disampaikan sejumlah elit partai (SM, 18/6/ 2012).
Sekjen DPP PD, Edhie Baskoro Yudhoyono membantah ada upaya pelengseran Anas. Ia menyatakan, isu itu sengaja dihembuskan pihak luar untuk mengusik internal PD. Hal senada diutarakan Wakil Ketua DPP PD, Max Sopacua. Dia menuding sejumlah partai ingin menang sehingga mengembuskan kabar buruk soal PD. Ketua FKPD, Ventje Rumangkang juga membantah pihaknya ingin mendongkel Anas. Menurutnya, FKPD dibentuk karena ada keprihatinan terhadap kondisi PD yang menurut hasil survei beberapa lembaga kian anjlok.
Pelengseran Anas?
Wacana pelengseran Anas juga pernah diungkapkan anggota Dewan Pembina DPP PD, Adjeng Ratna Sumirat. Menurutnya, mayoritas anggota Wanbin menginginkan KLB untuk menggusur Anas, pada pertemuan Wanbin Demokrat di Kemayoran, 23 Januari 2012. Mayoritas peserta rapat sepakat agar PD segera menggelar KLB untuk menggusur Anas. Namun, ada perbedaan pendapat mengenai waktunya, apakah sebelum/setelah Anas ditetapkan sebagai tersangka kasus suap proyek Wisma Atlet oleh KPK.
Isu penggusuran Anas semakin ramai di media massa. Apalagi, ada isu pembentukan presidium berupa kepemimpinan kolektif untuk memperbaiki citra PD yang anjlok. Namun, Sekretaris FKPD PD, Sutan Bhatoegana tidak membantah soal isu pembentukan presidium. Menurutnya, pembentukan presidium itu boleh jadi ada kaitannya dengan pidato SBY beberapa waktu lalu yang sangat keras kepada kadernya untuk mundur jika terlibat masalah hukum (Suara Karya, 18/6/2012). Itu artinya, pelengseran Anas masih menjadi kontroversi di internal PD.
Citra Demokrat Anjlok
Berdasarkan survei elektabilitas pada 2-11 Juni 2012, Lingkaran Survei Indonesia/LSI mencatat PD hanya dipilih 11,3 % pemilih. Sebelumnya, survei Soegeng Sarjadi Syndicate di bulan Mei mencatat dukungan untuk PD hanya 10,7 %. Padahal, pada Pemilu 2009 PD mencapai dukungan 21 % pemilih (Media Indonesia, 19/6/2012). Jika dibandingkan pada Pemilu 2009, dukungan pemilih kepada PD anjlok drastis. Faktor kinerja SBY menjadi salah satu penyebab penurunan dukungan publik. Angka elektabilitas itu jelas mencerminkan kekecewaan masyarakat atas kasus internal PD dan kinerja SBY. Pada intinya, rakyat sudah kehilangan harapan terhadap PD.
Keterpurukan PD berdasarkan hasil survei tak bisa ditoleransi. Kalau tidak ada perubahan, kecenderungan elektabilitas akan turun terus, dan PD harus siap kalah pada Pemilu 2014. Seharusnya, hasil survei menjadi perhatian serius PD, dan mereka tak boleh meremehkannya. Apalagi, di negara demokrasi, lembaga survei menjadi salah satu parameter dalam menentukan posisi partai. Jika hasilnya buruk, maka nasib partai juga buruk, begitu pula sebaliknya.
Diakui atau tidak, kasus korupsi Wisma Atlet dan Hambalang yang sedang melilit Ketua DPP PD (Anas Urbaningrum), dan Sekretaris Dewan Pembina PD atau Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, sangat memperburuk citra PD. Maka, sudah seharusnya DPP menggelar rapat khusus untuk mengambil langkah terhadap Anas dan merekonsiliasi keterpurukan PD.
Harapan Anas dan PD
Jika polemik pelengseran Anas dan kasus lainnya tidak segera diselesaikan, maka PD akan semakin buruk ke depannya. Solusi atas problem ini adalah merekonsiliasi keadaan, memperbaiki citra, dan menyelamatkan Anas dan PD. Namun, jika polemik Anas malah semakin memanas, maka PD tinggal menunggu “kehancurannya”.
Akan tetapi, kenyataanya tidak demikian, Anas malah semakin memanas. Pasalnya, Anas sedang menyiapkan serangan balik kepada lawannya. Anas diperkirakan sedang menghimpun kekuatan untuk memulai perlawanan. Demikian dikemukakan Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti, dan pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi (Suara Karya, 20/6/2012).
Selain itu, hasil survei LSI yang memperlihatkan kegagalan PD di Indonesia sebagai pembawa amanat rakyat harus segara direkonsiliasi. Banyak responden memberikan jawaban negatif tentang kondisi politik saat ini, penegakan hukum, dan perbaikan ekonomi. Kegagalan parpol sebagai pembawa amanat rakyat dan harapan perubahan adalah persoalan serius dan genting yang harus dicari jawabannya. Padahal, PD memiliki posisi strategis di lingkup pemerintahan, seperti posisi SBY, anggota DPR, dan menteri-menteri lainnya yang berasal dari gerbong PD. Untuk itu, pemerintahan SBY dan internal PD harus melakukan revolusi dan gerakan perubahan agar masa depan mereka bisa cerah. Wallahu a’lam bissawab.
0 komentar:
Post a Comment