Pendekatan Scientific
Metode scientific memiliki karakteristik
“doing science”. Metode ini memudahkan
guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan
memecah proses kedalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secarat erperinci
yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas
and Michael Ford, 2008: 31). Hal
inilah yang menjadi dasar dari pengembangan
kurikulum 2013 di
Indonesia.
Selanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatucara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur
yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai
non ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,
prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis
(Kemendikbud, 2013: 142). Perubahan proses pembelajaran
(dari siswa diberitahu menjadi siswa mencaritahu)
dan proses penilaian (dari berbasis
output menjadi berbasis proses dan output). Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh
(Permen No.65 Tahun 2013).
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Proses
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
Ranah keterampilan menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan
dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft
skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau
situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi
seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.
Mengamati
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti berikut ini.
Menentukan objek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat
tulis lainnya.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama
observasi pembelajaran disajikan berikut ini.
Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi
untuk kepentingan pembelajaran.
Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek,
atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau
situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan,
guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur
pengamatan.
Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat
catatan atas perolehan observasi.
Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik.
Kriteria pertanyaan yang baik
Singkat dan jelas.
Menginspirasi jawaban.
Memiliki fokus.
Bersifat probing atau divergen.
Bersifat validatif atau penguatan.
Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.
Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Merangsang proses interaksi.
Tingkatan Pertanyaan
Bobot pertanyaan yang
menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi
disajikan berikut ini.
Tingkatan
|
Sub tingkatan
|
Kata-kata kunci pertanyaan
|
Kognitif yang lebih
rendah
|
Pengetahuan (knowledge)
|
Apa...
Siapa...
Kapan...
Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan atau pasangkan...
Persamaan kata...
Golongkan...
Berilah nama...
Dll.
|
Pemahaman (comprehension)
|
Terangkahlah...
Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...
|
|
Penerapan (application
|
Gunakanlah...
Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
|
|
Kognitif yang lebih
tinggi
|
Analisis (analysis)
|
Analisislah...
Kemukakan bukti-bukti…
Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah sebabnya…
Berilah alasan-alasan…
|
Sintesis (synthesis)
|
Ramalkanlah…
Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
Tulislah…
Bagaimanakita dapat memecahkan…
Apa yang terjadi seaindainya…
Bagaimana kita dapat memperbaiki…
Kembangkan…
|
|
Evaluasi (evaluation)
|
Berilah pendapat…
Alternatif mana yang lebih baik…
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Bandingkan…
Bedakanlah…
|
|
|
Menalar
Esensi Menalar
Penalaran adalah proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah
tidak selalu tidak bermanfaat.
Aplikasi pengembangan
aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat
dilakukan dengan cara berikut ini.
Guru menyusun bahan
pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Guru tidak banyak
menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi
instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan
sendiri maupun dengan cara simulasi.
Bahan pembelajaran
disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana
(persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
Kegiatan pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
Seriap kesalahan harus
segera dikoreksi atau diperbaiki
Perlu dilakukan
pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
atau pelaziman.
Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
Guru mencatat semua
kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran
perbaikan.
Cara menalar
Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalardengan
menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan
dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi
simpulan yang bersifat umum.Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada observasi indrawi atau pengalaman empirik.
Contoh:
Singa binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan
Harimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan
Ikan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan melahirkan
Simpulan: Semua binatang yang berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara
kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Mencoba
Agar pelaksanaan percobaan dapat
berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga
akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan
kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga
akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7)
Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan
hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara
klasikal.
Kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga
tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan
eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
Persiapan
Menentapkan tujuan eksperimen
Mempersiapkan alat atau bahan
Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didik serta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan
eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok
secara paralel atau bergiliran
Memertimbangkanmasalah keamanan
dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
Memberikan
penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan yang harus
dilakukan peserta didik,
termasuk hal-hal yang dilarang
atau membahayakan.
Pelaksanaan
Selama proses eksperimen
atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus
memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu
berhasil dengan baik.
Selama proses eksperimen
atau mencoba, guru
hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan
memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
Tindak lanjut
Peserta didik
mengumpulkan laporan hasil
eksperimen kepada
guru
Guru memeriksa hasil
eksperimen peserta didik
Guru memberikan umpan
balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
Guru dan peserta didik mendiskusikan
masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen.
Guru dan peserta didik memeriksa
dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA
Kemdikbud. 2013. Pendekatan
Scientific (Ilmiah) dalamPembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik.
Kemdikbud. 2013. PengembanganKurikulum
2013. PaparanMendikbuddalamSosialisasiKurikulum 2013.Jakarta :Kemdikbud
Matlin, Margaret W.
(2009). Cognitive Psychology Seventh Edition International Student Version.Printed
In Asia: John Wiley & Sons, Inc.
Rudolph, J.L. 2005. Epistemology for the masses: The origins of
the scientific method in American schools. History of Education Quarterly,
45, 341-376.
Varelas, M and Ford M.
2009. The scientific method and scientific inquiry: Tensions in teaching and
learning. USA: Wiley InterScience.
0 komentar:
Post a Comment